Makalah Metode Penelitian Studi Kasus (Case Study)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan penelitian ialah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis, dan menempuh langkah-langkah tertentu. Dalam penelitian di bidang apa pun pada umumnya langkah-langkah itu mempunyai kesamaan, walaupun dalam beberapa hal sering terjadi pelaksanaannya yang dimodifikasi oleh peneliti yang bersangkutan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
Adapun secara garis besar fase-fase atau langkah-langkah penelitian sanggup dipilah menjadi tiga fase, yaitu fase perencanaan, pelaksanaan, dan laporan. Adapun studi masalah termasuk ke dalam fase perencanaan penelitian yang dipertamai dengan acara menentukan dilema secara operasional dan membuat pembatasan-pembatasan, yaitu untuk menentukan ruang lingkup dilema yang diteliti. Sesudah menentukan dilema penelitian, gres dilakukan studi kasus.
Banyak penelitian yang perencanaannya tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Terdapat kecenderungan di kalangan peneliti untuk memeriksa sesuai dengan pergi ke lapangan guna mengumpulkan data tanpa perencanaan yang matang. Pada waktu hendak mengolah datanya barulah dirasakan adanya belum sempurnanya-belum sempurnanya dalam penelitian itu secara keseluruhan, sehingga hasil yang diperoleh tidak memuaskan, baik bagi si peneliti sendiri, maupun bagi pihak yang akan mempergunakan hasil penelitian tersebut. Oleh lantaran itu, tidak sanggup disangsikan lagi bahwa studi kasus ini sangat penting artinya untuk mendapat hasil yang memuaskan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian studi kasus?
2. Bagaimanakah terkena Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian?
3. Apa sajakah jenis-jenis studi kasus?
4. Apa sajakah langkah-langkah penelitian studi kasus?
5. Apa sajakah ciri-ciri studi masalah yang baik?
6. Bagaimanakah terkena keunikan studi kasus?
7. Bagaimanakah terkena tipe-tipe studi masalah dan implementasinya dalam penelitian?
8. Bagaimanakah terkena desain studi kasus?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui penelitian studi kasus.
2. Untuk mengetahui metode studi masalah (Case Study) dalam penelitian.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis studi kasus.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah penelitian studi kasus.
5. Untuk mengetahui ciri-ciri studi masalah yang baik.
6. Untuk mengetahui keunikan studi kasus.
7. Untuk mengetahui tipe-tipe studi masalah dan implementasinya dalam penelitian.
8. Untuk mengetahui desain studi kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defiisi Studi Kasus
Studi masalah atau penelitian masalah (case study), ialah penelitian perihal status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930). Subjek penelitian sanggup saja individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat. Peneliti ingin mempelajari secara intensif latar belakang serta interaksi lingkungan dari unit-unit sosial yang menjadi subjek. Tujuan studi masalah ialah untuk mempersembahkan citra secara mendetail perihal latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan jadikan suatu hal yang bersifat umum. Pada mulanya, studi masalah ini banyak digunakan dalam penelitian obat-obatan dengan tujuan diagnosis, tetapi kemudian penerapan studi masalah sudah meluas hingga ke bidang-bidang lain.
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi masalah ialah pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu insiden tertentu. Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi masalah sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu masalah secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) mempersembahkan batasan yang lebih bersifat teknis dengan pementingan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi masalah hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menernukan sernua variabel yang penting.
Berdasarkan batasan tersebut sanggup dipahami bahwa batasan studi masalah meliputi: (1) samasukan penelitiannya sanggup berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) samasukan-samasukan tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami aneka macam kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.
Hasil penelitian studi masalah ialah suatu generalisasi dari pola-pola masalah yang tipikal dari individu, kelompok, lembaga, dan sebagainya. Tergantung dari tujuannya, ruang lingkup dari studi sanggup mencakup beberapa aspek segmen atau penggalan tertentu atau mencakup beberapa aspek keseluruhan siklus kehidupan dari individu, kelompok, dan sebagainya, baik dengan penekanan terhadap factor-faktor masalah tertentu, ataupun mencakup keseluruhan factor-faktor dan fenomena-fenomena. Studi masalah lebih menekankan mengkaji variabel yang cukup banyak pada jumlah unit yang kecil. Ini tidak sama dengan metode survai, di mana peneliti cenderung mengevaluasi variabel yang lebih sedikit, tetapi dengan unit sample yang relative besar.
Studi masalah banyak dikerjakan untuk mereview desa. Kota besar, sekelompok insan drop out, tahanan-tahanan, pemimpin-pemimpin, dan sebagainya. Jika studi masalah ditunjukkan untuk mereview kelompok, maka perlu dipisahkan atau disosialisasikan kelompok-kelompok dalam onggokan yang homogen. Studi masalah mempunyai banyak kelemahan disamping adanya keunggulan-keunggulan. Studi masalah mempunyai kelemahan lantaran anggota sample yang terlalu kecil, sehingga susah dibentuk inferensi kepada populasi. Disamping itu, studi masalah sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektf dalam pemilihan masalah lantaran adanya sifat khas yang sanggup saja terlalu dibesar-besarkan. Kurangnya objektivitas, sanggup disebabkan lantaran masalah cocok benar dengan konsep yang sebelumnya sudah ada pada si peneliti, ataupun dalam penempatan serta pengikutsertaan data dalam konteks yang bermakna yang menjurus pada interpretasi subjektif.
Studi masalah mempunyai keunggulan sebagai suatu studi untuk mengukur studi-studi yang besar di kemudian hari. Studi masalah mendukung studi-studi besar di kemudian hari. Studi masalah sanggup mempersembahkan hipotesis-hipotesis untuk penelitian lanjutan. Dari segi edukatif, maka studi masalah sanggup digunakan sebagai contoh ilustrasi baik dalam perumusan masalah, penerapan statistik dalam menganalisis data serta cara-cara perumusan generalisasi dalam kesimpulan.
Marilah kita lihat sebuah contoh studi masalah perihal belum dewasa yang tidak sanggup menguasai metode membaca lantaran berjenis-jens sebab. Penelitian yang memakan waktu dua tahun, secara mendetail sudah mempelajari hal-hal diberikut:
· Menentukan sejarah dari sekolah dan rumah tangga sang anak.
· Menentukan status kini dari anak.
· Mengadakan diagnosis terhadap kesukaran-kesukaran membaca sang anak.
· Menentukan sebab-musabab si anak mempunyai belum sempurnanya-belum sempurnanya dalam membaca.
· Mengukur hasil dari pengajaran.
Langkah-langkah pokok dalam mereview masalah ialah sebagai diberikut;
1. Rumuskan tujuan penelitian.
2. Tentukan unit-unit studi, sifat-sifat mana yang akan diteliti dan hubungkan apa yang akan dikaji serta proses-proses apa yang akan menuntun penelitian.
3. Tentungan rancangan serta pendekatan dalam menentukan unit-unit dan metode pengumpulan data mana yang digunakan. Sumber-sumber data apa yang tersedia.
4. Kumpulkan data.
5. Organisasikan informasi serta data yang terkumpul dan analisis untuk membuat interpretasi serta generalisasi.
6. Susun laporan dengan mempersembahkan kesimpulan serta implikasi dari khas penelitian.
B. Metode Studi Kasus (Case Study) dalam Penelitian
Salah satu jenis penelitian kualitatif deskriptif ialah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi masalah (Case Study). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi masalah sanggup diperoleh dari tiruana pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari aneka macam sumber (Nawawi, 2003). Sebagai sebuah studi masalah maka data yang dikumpulkan berasal dari aneka macam sumber dan hasil penelitian ini spesialuntuk berlaku pada masalah yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi masalah sebagai salah satu jenis pendekatan deskriptif, ialah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), forum atau tanda-tanda tertentu dengan kawasan atau subjek yang sempit.
Penelitian case study atau penelitian lapangan (field study) dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif perihal latar belakang dilema keadaan dan posisi suatu insiden yang sedang berlangsung ketika ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given). Subjek penelitian sanggup berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat. Penelitian case study ialah studi mendalam terkena unit sosial tertentu dan hasil penelitian tersebut mempersembahkan citra luas serta mendalam terkena unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas, namun variabel-variabel dan serius yang diteliti sangat luas dimensinya (Danim, 2002 ).
Penelitian studi masalah akan kurang kedalamannya bilamana spesialuntuk dipusatkan pada fase tertentu saja atau salah satu aspek tertentu sebelum memperoleh citra umum perihal masalah tersebut. Sebaliknya studi masalah akan kehilangan artinya kalau spesialuntuk ditujukan sekedar untuk memperoleh citra umum namun tanpa menemukan sesuatu atau beberapa aspek khusus yang perlu dipelajari secara intensif dan mendalam. Disamping itu, studi masalah yang baik harus dilakukan secara pribadi dalam kehidupan bahwasanya dari masalah yang diselidiki. Walaupun demikian, data studi masalah sanggup diperoleh tidak saja dari masalah yang diteliti, tetapi juga sanggup diperoleh dari tiruana pihak yang mengetahui dan mengenal masalah tersebut dengan baik. melaluiataubersamaini kata lain, data dalam studi masalah sanggup diperoleh dari aneka macam sumber namun terbatas dalam masalah yang akan diteliti tersebut (Nawawi, 2003 ).
Pengertian yang lain, studi masalah bisa berarti metode atau taktik dalam penelitian, bisa juga berarti hasil dari suatu penelitian sebuah masalah tertentu.Dalam konteks goresan pena ini, penulis lebih memseriuskan pada pengertian yang pertama yaitu sebagai metode penelitian. Studi masalah ialah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasikan suatu masalah dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi pihak luar. Pada pada dasarnya studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan, mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya. (Salim, 2001).
Secara ringkasnya yang membedakan metode studi masalah dengan metode penelitian kualitatif lainnya ialah kedalaman analisisnya pada masalah yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu). Biasanya pendekatan triangulasi juga digunakan untuk menguji keabsahan data dan menemukan kebenaran adil sesungguhnya. Metode ini sangat tepat untuk menganalisis kejadian tertentu disuatu tempat tertentu dan waktu yang tertentu pula.
C. Jenis-jenis Studi Kasus
1. Studi masalah kesejarahan terkena organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, lantaran sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.
2. Studi masalah observasi, mengutamakan metode pengumpulan datanya melalui observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan serius studinya pada suatu organisasi tertentu. Bagian-bagian organisasi yang menjadi serius studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) acara sekolah.
3. Studi masalah sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, dedikasi hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik perteman dekatan dan topik tertentu lainnya.
4. Studi masalah kemasyarakatan, ialah studi perihal masalah kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi masalah organisasi dan studi masalah observasi.
5. Studi masalah analisis situasi, jenis studi masalah ini mencoba menganalisis situasi terhadap insiden atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang tiruana pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, kawan-kawannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.
6. Mikroethnografi, ialah jenis studi masalah yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, menyerupai suatu penggalan sebuah ruang kelas atau suatu acara organisasi yang sangat spesifik pada belum dewasa yang sedang mencar ilmu menggambar.
D. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
1. Pemilihan kasus
Dalam pemilihan masalah hendaknya dilakukan secara bertujua (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus sanggup dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi masalah haruslah masuk akal, sehingga sanggup diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;
2. Pengumpulan data
Terdapat beberapa metode dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih digunakan dalarn penelitian masalah ialah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, sanggup menyesuaikan cara pengumpulan data dengan dilema dan lingkungan penelitian, serta sanggup mengumpulkan data yang tidak sama secara sekaligus;
3. Analisis data
Sesudah data terkumpul peneliti sanggup mulai mengagregasi mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang sanggup dikelola. Agregasi ialah proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data sanggup diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan semenjak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah tiruana data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan.
4. Perbaikan (refinement)
Meskipun tiruana data sudah terkumpul, dalam pendekatan studi masalah hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data gres terhadap kategori yang sudah ditemukan. Pengumpulan data gres mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data gres tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada.
5. Penulisan laporan
Laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu tanda-tanda atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan sanggup membawa pembaca ke dalam situasi masalah kehiclupan seseorang atau kelompik.
E. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik
1. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.
2. Batas-batasnya sanggup ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya bisa diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh aneka macam keterbatasan.
3. Mampu mengantisipasi aneka macam alternatif jawabanan dan sudut pandang yang tidak sama-beda.
4. Keempat, studi masalah bisa memperlihatkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.
5. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarikdanunik sehingga bisa terkomunikasi pada pembaca.
F. Keunikan Studi Kasus
Sebagai sebuah metode, studi masalah mempunyai keunikan atau keunggulan tersendiri dalam kancah penelitian sosial. Secara umum studi masalah mempersembahkan terusan atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus. Secara lebih rinci studi masalah mengisyaratkan keunggulan-keunggulan diberikut:
a. Studi masalah sanggup mempersembahkan informasi penting terkena hubungan antar-konsep serta proses-proses yang memerlukan klarifikasi dan pemahaman yang lebih luas
b. Studi masalah mempersembahkan peluang untuk memperoleh wawasan terkena konsep-konsep dasar sikap manusia. Melalui penyelidikan intensif peneliti sanggup menemukan karakteristik dan hubungan-hubungan yang (mungkin) tidak diharapkan/diduga sebelumnya;
c. Studi masalah sanggup menyajikan data-data dan temuan-temuan yang sangat berkhasiat sebagai dasar untuk membangun latar permasalahan bagi perencanaan penelitian yang lebih besar dan mendalam dalam rangka pengembangan ilmu-ilmu sosial.
Di samping tiga keunggulan di atas, studi masalah sanggup mempunyai keunggulan spesifik lainnya, menyerupai dilansir oleh Black dan Champion (1992), yakni:
1) bersifat luwes berkenaan dengan metode pengumpulan data yang digunakan
2) keluwesan studi masalah menjangkau dimensi yang sesungguhnya dari topik yang diselidiki.
3) sanggup dilaksanakan secara mudah di dalam banyak lingkungan sosial.
4) studi masalah mengatakan peluang menguji teori; dan
5) studi masalah bisa sangat murah, bergantung pada jangkauan penyelidikan dan tipe metode pengumpulan data yang digunakan.
Akan tetapi, di samping keunggulan-keunggulan yang ditawarkan studi masalah ternyata juga mengandung sejumlah kelemahan yang harus disadari oleh peneliti. Kelemahan-kelemahan itu adalah, misalnya:
1) Pertama, studi kasus, setidaknya yang dilakukan selama ini, agak kurang mempersembahkan dasar yang besar lengan berkuasa untuk melaksanakan suatu generalisasi ilmiah.
2) Kedua, kedalaman studi yang dilakukan tanpa banyak disadari ternyata justru mengorbankan tingkat keluasan yang seharusnya dilakukan, sehingga susah digeneralisasikan pada keadaan yang berlaku umum.
3) Ketiga, ada kecenderungan studi masalah kurang bisa mengendalikan bias subjektifitas peneliti. Kasus yang dipilih untuk diteliti, misalnya, cenderung lebih lantaran sifat dramatiknya, bukan lantaran sifat khas yang dimilikinya. melaluiataubersamaini demikian subjektifitas peneliti dikhawatirkan terlalu jauh mencampuri hasil penelitian.
Meskipun kelemahan-kelemahan tersebut dicoba ditepis oleh Yin diberikut mempersembahkan alternatif yang harus ditempuh, tak pelak kesan "stereotip" demikian masih saja menempel atau dilekatkan oleh para peneliti sosial terhadap studi kasus. Tetapi terlepas dari kesan atas sejumlah kelemahan yang menyelimuti raut wajah studi masalah itu, Yin (1996) mencoba menyiasatinya dengan mengajukan proposal "cerdas" dalam melaksanakan studi kasus. Dia menyebut tawarannya itu sebagai terobosan yang pada gilirannya membuat hasil studi masalah sebagai suatu yang patut diteladani.
Terobosan alternatif yang dimaksud adalah: Pertama, studi masalah harus signifikan. Artinya, masalah yang diangkat mengisyaratkan sebuah keunikan dan betul-betul khas serta menyangkut kepentingan publik atau masyarakat umum. Karena itu bukan lantaran sifat dramatiknya belaka. Kedua, studi masalah harus "lengkap".
Kelengkapan ini dirincikan oleh tiga hal:
(1) masalah yang diteliti mempunyai batas-batas yang terang (ada perbedaan yang tegas antara fenomena dengan konteksnya);
(2) tersedianya bukti-bukti relevan yang meyakinkan; dan
(3) mempermasalahkan ketiadaan kondisi buatan tertentu. melaluiataubersamaini kata lain, meski menghadapi aneka macam keterbatasan, masalah yang diangkat haruslah diselesaikan dengan tuntas. Untuk dilema yang disebutkan terakhir ini peneliti harus membuat desain studi masalah sedemikian rupa dengan mengingat aneka macam keterbatasan yang sangat boleh jadi akan muncul. Ketiga, studi masalah mempertimbangkan alternatif perspektif. Bahwa kemungkinan munculnya bukti-bukti dan/atau jawabanan yang tidak sama dari perspektif yang tidak sama harus sanggup diantisipasi dengan baik, contohnya dengan membuat desain yang sanggup mempersembahkan tempat bagi aneka macam alternatif pandangan termasuk dari teori-teori yang berlainan.
(4) Keempat, studi masalah harus menampilkan bukti yang memadai dan secara bijak mendukung atas masalah yang diteliti.
(5) Kelima, laporan hasil studi masalah haruslah ditulis dengan cara yang menarikdanunik dan menggugah minat pembaca. Gaya penulisannya hendaklah terang sehingga rasa ingin tahu orang lain untuk membacanya. Karena itu, penulisan laporan dalam studi masalah tidak selayaknya disajikan spesialuntuk dengan menggelar data-data yang melimpah saja dan kemudian membosankan bahkan menjadikan kesan bahwa membacanya terlalu banyak menguras tenaga dan memerlukan waktu yang lama. melaluiataubersamaini demikian metode penyajian dan penulisan yang menarikdanunik sungguh penting dalam laporan penelitian, khususnya dalam studi kasus.
G. Tipe-tipe Studi Kasus dan Implementasinya dalam Penelitian
Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi masalah ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini ialah single case studies, studi masalah tunggal. Pertama, studi masalah kesejarahan sebuah organisasi. Yang dituntut dalam studi masalah jenis ini ialah pemusatan perhatian terkena perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula. Melakukan studi macam ini selain memerlukan sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga membutuhkan kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. Untuk memastikan ketersediaan bahan-bahan dan sumber informasi yang diper-lukan, agaknya penting studi penlampauan dalam studi masalah tipe pertama ini.
Kedua, studi masalah observasi. Yang lebih ditekankan di sini ialah kemampuan seorang peneliti memakai metode observasi dalam acara penelitian. melaluiataubersamaini metode observasi menyerupai ini diharapkan sanggup dijaring keterangan-keterangan empiris yang detail dan nyata dari unit analisis atau unit pemikiran (thinking unit) penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat.
Ketiga, studi masalah sejarah kehidupan (life history). Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci cerita perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku yang mengharu biru kehidupannya. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang mempunyai keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Misalnya, perihal kehadirannya memdiberi makna tersendiri sekaligus sangat mewarnai perubahan-perubahan dalam masyarakat. Melakukan studi masalah life history ini sanggup bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melaksanakan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama.
Keempat, studi masalah komunitas sosial atau kemasyarakatan. Seorang peneliti yang berpengalaman serta mempunyai kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali bisa melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana ia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut sanggup dijadikan sentra perhatian untuk melaksanakan studi masalah komunitas sosial atau kemasyarakatan.
Kelima, studi masalah analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. Misalnya, krisis politik yang melanda negeri ini disertai aneka macam informasi berseliweran tak karuan menyerupai akan ada kerusuhan, penjarahan massal dan sebagainya, sudah membuat orang-orang keturunan Cina di aneka macam kota besar ramai-ramai mengungsi ke kota lain yang dianggap kondusif bahkan tidak sedikit yang keluar negeri. misal lain, hadirnya era reformasi di tengah angin puting-beliung krisis ekonomi dan politik ketika ini justru disikapi oleh kalangan elite masyarakat dengan mendirikan partai politik. Fenomena demikian sesungguhnya menggambarkan sebuah situasi sosial macam apa? Hal ini menarikdanunik diteliti untuk menggambarkan sebuah situasi sosial yang sudah dan tengah berlangsung.
Keenam, studi masalah mikroemografi. Studi masalah tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.
Sementara itu, Yin (1996), secara tegas mengkategorikan studi masalah ke dalam tiga tipologi, yakni: studi masalah ekplanatoris, eksploratoris, dan deskriptif. Yin meletakkan ketiga tipologi ini berdasarkan jenis pertanyaan yang harus dijawaban dalam studi kasus, yakni pertanyaan "how" (bagaimana) dan "why" (mengapa), serta pada tingkat tertentu juga menjawaban pertanyaan "what" (apa/apakah). melaluiataubersamaini mengedepankan tiga tipologi tersebut, Yin sekaligus menolak anggapan (atau yang menurutnya kesalahpahaman umum) bahwa studi masalah spesialuntuk cocok diterapkan dalam penelitian yang bersifat eksploratoris, tidak dalam konteks penelitian yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif. Sejalan dengan Yin, Sevilla dkk. (1993) misalnya, meletakkan studi masalah sebagai penelitian yang bersifat deskriptif. Untuk mendukung argumentasinya, Yin menyebut salah satu karya berkarakter dan populer yang dihasilkan melalui studi kasus. Sebuah buku yang ditulis oleh William F. White (1943), Street Comer Society, dikedepankannya sebagai contoh sebuah karya klasik dalam sosiologi komunitas dari studi masalah yang bersifat deskriptif. Juga, karya Graham Allison (1971), Essence of Decision Making: Eksplaining the Missile Crisis, sebagai contoh studi masalah eksplanatoris.
H. Desain Studi Kasus
Selanjutnya, bagaimana implementasi studi masalah dalam acara penelitian ? melaluiataubersamaini kata lain, desain macam apakah yang harus dirancang dalam melaksanakan studi kasus? Dalam hubungan ini, desain yang hendak diketengahkan di sini mengacu pada model yang dikembangkan Robert Yin. Bagi Yin, sebelum membangun desain seorang peneliti perlu memperhatikan empat aspek kualitas, yakni validitas konstruk (menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep yang akan diteliti), validitas internal (credibility, memutuskan hubungan kausal, dan ini khusus untuk studi masalah eksplanatoris), validitas eksternal (transferability, memutuskan ranah di mana temuan suatu penelitian sanggup divisua-lisasikan), dan reliabilitas (dependability, proses penelitian sanggup diinterpretasikan, dengan hasil yang sarna).
Berkaitan dengan itu, Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah:
a. pertanyaan-pertanyaan penelitian;
b. proposisi penelitian (jika diperlukan). Proposisi ini memdiberi isyarat kepada peneliti terkena sesuatu yang harus diteliti dalam lingkup studinya
c. unit-unit analisis penelitian. Hal ini menunjuk pada apa sesungguhnya yang dimaksud harus ditentukan terlebih lampau secara jelas;
d. logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan
e. kriteria untuk menginterpretasikan temuan. Kedua komponen yang disebutkan terakhir (4 & 5) menunjuk pada tahap-tahap analisis data dalam penelitian studi kasus.
Dalam studi masalah analisis data sepertinya jarang sekali didefinisikan secara tegas dan konkret. Dalam konteks ini, Yin menyarankan supaya gagasan perihal "pola penjodohan" yang digunakan Donald Campbell sanggup dijadikan teladan bagi acara analisis data dalam penelitian studi kasus. Teknik "pola penjodohan" Campbell ini menggambarkan dua pola potensial yang memperlihatkan bahwa data-data tersebut bersesuai satu sarna lain secara seimbang. Meminjam term pendekatan kuantitatif, "pola penjodohan” Campbell jikalau dipandang sebagai proposisi tentangan menunjuk pada proposisi "ada pengaruh" dan proposisi "tak ada pengaruh". Selain itu, metode analisis lainnya yang sanggup digunakan dalam penelitian studi masalah ialah pem-buatan klarifikasi dan analisis deret waktu. Untuk mendesain penelitian studi masalah terdapat sekurang-kurangnya tiga macam rasionalitas yang harus diperhatikan, yakni:
a. Bahwa kasus-tunggal pada dasarnya analog dengan eksperimen tunggal (dalam penelitian kuantitatif). Dalam konteks ini sebuah rasional muncul ketika masalah itu tampak sebagai masalah renting dan relevan untuk menguji suatu teori yang diletakkan sebelumnya sebagai perspektif.
b. Sebuah masalah merefleksikan sesuatu yang ekstrem atau penuh keunikan sehingga menarikdanunik dan bermakna untuk ditelusuri;
c. Sebuah masalah yang sanggup dikatakan sebagai masalah penyingkapan.
Kasus semacam ini sanggup dijumpai seorang peneliti mabadunga ia berpeluang memasuki suatu ranah sosial atau fenomena yang kurang diizinkan untuk diteliti secara alamiah. Sebuah contoh yang baik, dalam konteks ini, ialah kuman studi Elliot Liebow (1967) dipublikasikan dengan judul Tally's Corner, yang menyingkap dengan menarikdanunik perihal kehidupan orang-orang kulit gelap yang menganggur di sebuah lingkungan sosial di Washington, D.C
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Studi masalah atau penelitian masalah (case study), ialah penelitian perihal status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930).
2. Secara ringkasnya yang membedakan metode studi masalah dengan metode penelitian kualitatif lainnya ialah kedalaman analisisnya pada masalah yang lebih spesifik (baik kejadian maupun fenomena tertentu).
3. Jenis-jenis Studi Kasus:
a. Studi masalah kesejarahan terkena organisasi
b. Studi masalah observasi
c. Studi masalah sejarah hidup
d. Studi masalah kemasyarakatan
e. Studi masalah analisis situasi
f. Mikroethnografi
4. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus:
a. Pemilihan kasus
b. Pengumpulan data
c. Analisis data
d. Perbaikan (refinement)
e. Penulisan laporan
5. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik:
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa
b. Batas-batasnya sanggup ditentukan dengan terang
c. Mampu mengantisipasi aneka macam alternatif jawabanan dan sudut pandang yang tidak sama-beda.
d. Studi masalah bisa memperlihatkan bukti-bukti yang paling penting saja
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarikdanunik sehingga bisa terkomunikasi pada pembaca.
6. Secara umum studi masalah mempersembahkan terusan atau peluang yang luas kepada peneliti untuk menelaah secara mendalam, detail, intensif dan menyeluruh terhadap unit sosial yang diteliti. Itulah kekuatan utama sebagai karakteristik dasar dari studi kasus.
7. Bogdan dan Biklen (1982), mencoba mengklasifikasikan tipe-tipe studi masalah ke dalam enam tipologi. Keenam tipologi ini ialah single case studies, studi masalah tunggal.
8. Yin mengajukan lima komponen penting dalam desain studi kasus. Kelima komponen tersebut adalah:
a. pertanyaan-pertanyaan penelitian;
b. proposisi penelitian (jika diperlukan)
c. unit-unit analisis penelitian
d. logika yang mengaitkan data dengan proposisi; dan
e. kriteria untuk menginterpretasikan temuan.
B. Saran
1. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh lantaran itu, semoga tidak puas dengan makalah ini dan tertarik meyusun kembali makalah ini lebih dalam lagi.
2. Semoga sanggup mengetahui metode penelitian studi kasus.
3. Semoga sanggup mempersembahkan manfaat terhadap penyusunan makalah ini, khususnya bagi kami dan umumnya bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Nazir, Moh, 2003. “Metode Penelitian”. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy, 2002. ”Metodologi Penelitian Kualitatif”. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Arikunto, Suharsimi, 1998. ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta: Rineka Cipta.
0 Response to "Makalah Metode Penelitian Studi Kasus (Case Study)"
Posting Komentar