Makalah Pembaharuan Konsep Dan Teori Dalam Pembelajaran Ips Di Mi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi ketika ini maju dengan pesat. Proses keterhubungan seluruh dunia cepat dan berdampak luar biasa, tidak sanggup dibendung yang mempunyai daya mengubah sangat kuat. Kompleksitas permasalahan yang muncul yang harus dihadapi masyarakat menuntut adanya sumber daya insan yang handal,lebih-lebih dalam menghadapi era globalisasi. Kemajuan di bidang elektronik contohnya televisi kuat besar terhadap kehidupan anak- anak dan hampir setiap rumah mempunyai pesawat televisi.
Situasi ibarat itu, menuntut para guru untuk bekerja lebih keras lagi. Guru harus mencari kiat-kiat atau jurus-jurus gres dan taktik yang tepat, supaya proses pembelajaran lebih menarikdanunik dan berhasil. melaluiataubersamaini kata lain guru harus aktif, banyak inspirasi dan kritis terhadap situasi yang ada. Pemerintah pun berupaya untuk meningkatkan kualitas para siswa sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Untuk itulah tiruana tokoh yang berperan dalam pendidikan berupaya melaksanakan pembaharuan pelajaran IPS supaya pendidikan IPS di Indonesia semakin maju. Berhubungan dengan hal tersebut maka penulis akan mengkaji pembaharuan pendidikan IPS di Indonesia.
Dari permasalahan di atas, kami tertarik untuk mengulas ihwal apa saja pembaharuan konsep dan teori dalam pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah.
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian di atas, rumusan duduk masalah yang diangkat dalam kajian ini yaitu sebagai diberikut:
1. Apa pengertian dari ilmu pengetahuan sosial?
2. Apa pengertian dari konsep?
3. Bagaimana konsep dasar sosial?
4. Apa saja esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial?
5. Apa pengertian teori?
6. Bagaimana sejarah perkembangan IPS di Indonesia?
7. Bagaimana kajian IPS MI?
8. Apa saja tujuan pendidikan IPS di Indonesia?
9. Bagaimana upaya pembaharuan pendidikan di Indonesia?
10. Apa saja kendala pembaharuan pendidikan IPS di Indonesia?
C. Tujuan Pembahasan
Penyususnan makalah ini bertujuan untuk para pembaca supaya mengetahui bagaimana dan apa saja pembaharuan konsep dan teori dalam pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran di tingkat sekolah dasar pada hakikatnya ialah suatu integrasi utuh dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan disiplin ilmu lain yang relevan untuk tujuan pendidikan. Artinya, aneka macam tradisi dalam ilmu sosial termasuk konsep, struktur, cara kerja ilmuwan sosial, aspek metode maupun aspek nilai yang dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial, dikemas secara psikologis, pedagogis, dan sosial-budaya untuk kepentingan pendidikan.
Terdapat beberapa definisi lain ihwal IPS. Richard E. Gross dalam Masruri (2008) menyatakan bahwa IPS yaitu dasar pendidikan sosial, dalam mempersiapkan fungsi masyarakat negara dengan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan masing-masing masyarakat negara tersebut sanggup tumbuh secara personal antara yang satu dengan yang lainnya secara baik, dan dalam berkontribusi pada kebudayaan yang akan hadir.
Muriel Crosby dalam Soemantri (2001) menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai studi yang memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah- masalah, bagaimana orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh lingkungannya.
Berdasarkan definisi tersebut sanggup disimpulkan pertama bahwa IPS ialah mata pelajaran yang berkaitan dengan kehidupan individu baik sebagai masyarakat negara maupun masyarakat. Individu yang diharapkan dalam IPS yaitu individu yang saling diberinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Interaksi yang diharapkan yaitu interaksi yang bisa membangun kehidupan yang lebih baik. Sebab secara sosiologis dan politis, apabila individu-individu tersebut mempunyai yang baik, secara otomatis memperlihatkan sebagai masyarakat negara yang baik.
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah salah satu mata pelajaran yang didiberikan mulai dari SD/MI/SDLB hingga SMP/MTS/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan warta sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk sanggup menjadi masyarakat negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawaban, serta masyarakat dunia yang cinta damai.
Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial sudah mengalami perkembangan sehingga timbulah pahan studi sosial (social studies). Paham studi sosial berkembang dan kuat terhadap aktivitas kurikulum pada sekolah-sekolah di Amerika semenjak tahun 1940-an, hingga sekarang.
Paham studi sosial dipergunakan bagi keperluan pendidikan dan pengajaran, dan bukan ialah satu disiplin ilmu yang mandiri. Social studies atau ilmu pengetahuan sosial (IPS) yaitu ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendididkan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary, and secondary school).[1]
melaluiataubersamaini begitu, tandaslah sudah bahwa ilmu pengetahuan sosial (IPS) ialah ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi penerapan aktivitas pendidikan di sekolah atau bagi kelompok berguru lainnya, yang sederajat. Materi dari aneka macam disiplin ilmu sosial ibarat geograpi, sejarah, sosiologi, antropologi, sikologi sosial, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, dan ilmu-ilmu sosial lainnya dijadikan materi bagi pelaksanaan aktivitas pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah.
Ilmu pengetahuan sosial ( IPS) yaitu bidang studi yang ialah panduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.[2] dari uraian tersebut diatas sanggup disimpulakan bahwa ilmu-ilmu sosial ialah dasar dari IPS. Akan tetapi perlu dicamkan bahwa tidak tiruana ilmu-ilmu sosial secara otomatis sanggup menjadi bahan/pokok bahasan dalam IPS. Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik, sangat memilih materi-materi ilmu-ilmu sosial mana yang sanggup menjadi bahan/pokok bahasan dalam IPS. Di Indonesia, IPS menjadi salah satu mata pelajaran dalam pembaharuan kurikulum SD, SMP, dan Sekolah Menengan Atas dalam kurun waktu 1975-1976; dan masih berlangsung hingga kini ini.
Perlu diketahui bahwa ilmu sosial dasar (ISD) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS) kedua-duanya mempunyai persamaan dan perbedaan. Adapun persamaan antara keduanya yaitu :
a. Kedua-duanya ialah materi studi untuk kepentingan aktivitas pendidikan/pengajaran.
b. Keduanya bukan disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
c. Keduanya mempunyai materi yang terdiri dari pernyataan sosial dan duduk masalah sosial.
Adapun perbedaan antara keduanya yaitu :
a. Ilmu sosial dasar didiberikan di perguruan tinggi, sedangkan ilmu pengetahuan sosial didiberikan di sekolah dasar dan sekolah lanjutan.
b. Ilmu sosial dasar ialah satu mata kuliah tunggal, sedangkan ilmu pengetahuan sosial ialah kelompok dari sejumlah mata pelajaran (untuk sekolah lanjutan).
c. Ilmu sosial dasar diarahkan kepada pembentukan sikap dan kepribadian, sedangkan ilmu pengetahuan sosial diarahkan kepada pembentukan pengetahuan dan keterampilan intelektual.
Berikut ini dikemukakan pengertian IPS dari aneka macam ahli.
1) IPS yaitu sebagai “those” (studies) whose subject matter relates to the organization and development organisasi human society and to man as member of social group” (Binning & Binning, 1952:2)
2) IPS yaitu “the study of man information society information the past, present and future. Social studies emerges as a subject of prime importance for study information school (Mathias, 1973:20-21).
3) IPS yaitu “those portions aspect of the social sciences that have been selected and adapted for use informasi the school or the other instruction situation. Dikatakan juga “the social a studies are the sosial sciences simplified for pedagogical purposes information school (Wesley, 1952:9).
4) Social studies the study of people carried on in other to help students understand themselves and others in a varieties of societies in different places and at different times as individual and group seek to meet the needs through many institution as those human beings search for a satisfying a personal philosophy and the good society (Kenworthy, 1952).
5) The social studies as a part of the elementary school curriculum draw subject matter content from the social science, history, sociology, political, science, social psychology, philosophy, anthropology and economic. (Jarolimek, 1967:4)
Jadi, IPS yaitu ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan aktivitas pengajaran pada tingkat persekolahan.
2. Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia yaitu berasal dari Amerika Serikat dengan nama orisinil di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah masa setelah Revolusi Industri. Pada pertengahan masa 18 di Inggris terjadi Revolusi Industri yang ditandai dengan perubahan penerapan tenaga insan menjadi tenaga mesin. Revolusi industri membawa perubahan yaitu menhadirkan kemakmuran bagi sebagian masyarakat Inggris. Di sisi lain Revolusi Industri menjadikan paham kapitalisme dan dehumanisasi yaitu insan tidak dihargai sebagai insan atau tidak memanusiakan manusia, lantaran para industrialis lebih menghargai faktor produksi, modal, dan uang daripada tenaga manusia. Sesudah memperhatikan situasi tersebut maka Thomas Arnold bermaksud menanggulangi proses dehumanisasi, dengan cara memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum di sekolahnya. Adapun tujuannya yaitu supaya siswa mempelajari duduk masalah interaksi insan serta ikut berperan aktif dalam kehidupan masyarakat. [3]Latar belakang dimasukkan Social Studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat tidak sama dengan di Inggris lantaran situasi dan kondisi penyebabnya juga tidak sama. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari aneka macam macam ras di antaranya yaitu ras Indian yang ialah penduduk asli, ras kulit putih yang hadir dari Eropa, dan ras Negro yang dihadirkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut. Pada pertamanya penduduk Amerika Serikat yang multiras tersebut tidak menjadikan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara Utara dan Selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun 1861-1865. Amerika Serikat yang sudah menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesusahan, lantaran penduduk yang multiras tersebut merasa kesusahan untuk menjadi satu bangsa. Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam.
Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multiras tersebut menjadi merasa satu bangsa, yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh yaitu dengan memasukkan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah di negara penggalan Wisconsin pada tahun 1892. Sesudah dilakukan penelitian, maka pada pertama masa 20, sebuah Komisi National dari The National Education Association mempersembahkan rekomendasi ihwal perlunya Social Studies dimasukkan ke dalam kurikulum tiruana SD dan Sekolah Menengah (selanjutnya disebut SD dan SM) Amerika Serikat. Adapun wujud Social Studies ketika lahir ialah semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi, dancivics.
Faktor lain yang mengakibatkan dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum sekolah yaitu keinginan para pakar pendidikan. Mereka menginginkan supaya setelah meninggalkan SD dan SM (1) para siswa menjadi masyarakat negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya. (2) para siswa lulusan SD dan SM sanggup hidup bermasyarakat secara seimbang dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu berguru ilmu-ilmu sosial di
Perguruan Tinggi, tetapi harus sudah mendapat bekal pelajaran IPS di SD dan SM. Pertimbangan lain dimasukkannya Social Studies ke dalam kurikulum sekolah yaitu kemampuan siswa sangat memilih dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarikdanunik dan lebih simpel dicerna oleh siswa SD dan SM, bahanbahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat.
Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, kawan-kawan sebaya, serta lingkungan alam dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih simpel dipahami lantaran mempunyai makna lebih besar bagi para siswa daripada materi pengajaran yang abnormal dan rumit dalam ilmu-ilmu sosial. Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat tidak sama dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban pemberontakan G30S/PKI. Sesudah keadaan tenang pemerintah “Orde Baru” melancarkan Pembangunan Lima Tahun (PELITA). Pada masa Pelita I (1969- 1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima duduk masalah nasional dalam bidang pendidikan. Lima duduk masalah tersebut yaitu sebagai diberikut.
1) Masalah kuantitas, berkenaan dengan ekspansi dan pemerataan peluang belajar.
2) Masalah kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan.
3) Masalah relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4) Masalah efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penerapan sumber daya dan dana.
5) Masalah pelatihan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Salah satu upaya untuk mengatasi duduk masalah tersebut yaitu melaksanakan pembaharuan kurikulum sekolah. Pada pertama masa Pelita I, pemerintah membentuk Proyek Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar (PPKM) yang memdiberi peluang kepada masyarakat untuk membuat kurikulum sekolah secara lokal. Pembaharuan kurikulum tersebut dilaksanakan di Sekolah Laboratorium di IKIP Malang yang dikenal dengan “Sekolah Ibu Pakasi”. Di sekolah ini diberlakukan kurikulum lokal yang mempunyai ciri-ciri sebagai diberikut:
1) Penggabungan SD dengan SMP (SMP) menjadi SD 8 Tahun.
2) Penggabungan mata pelajaran sejenis, salah satunya yaitu menjadi bidang studi IPS.
3) Pelaksanaan sistem kredit yang memungkinkan siswa menuntaskan aktivitas pendidikan tidak secara klasikal melainkan secara individu.
Langkah pemerintah selanjutnya yaitu melaksanakan pembaharuan sistem
pendidikan melalui Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP). Proyek ini menyelenggarakan sekolah percobaan di delapan IKIP, yaitu Padang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Malang, Ujung Pandang dan Manado. Dalam kurikulum sekolah tersebut tercantum bidang studi IPS yang ialah perpaduan dari sejarah, geografi dan ekonomi; mulai dari SD hingga Sekolah Menengah.
Dalam lingkup yang lebih luas, kemudian pemerintah memberlakukan Kurikulum 1975 bagi tiruana SD dan SM. Dalam kurikulum ini tercantum bidang studi IPS, mulai dari SD hingga SM. Secara singkat IPS diartikan sebagai bidang studi kemasyarakatan secara terpadu (integrasi). Untuk SD, IPS ialah perpaduan mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Untuk SMP ditambah kependudukan dan koperasi. Sedangkan untuk SMA, IPS ditambah lagi Tata Buku dan Hitung Dagang. Sesudah Kurikulum 1975 dilaksanakan selama hampir sepuluh tahun, pemerintah memberlakukan kurikulum gres yaitu Kurikulum 1984. Belajar dari pengalaman implementasi Kurikulum 1975 yang tidak memungkinkan penerapan IPS terpadu untuk tiruana jenjang sekolah, maka dilakukan modifikasi.
Pada Kurikulum 1984, pengajaran IPS terpadu spesialuntuk dilaksanakan di SD, sedangkan di SMP digunakan pendekatan IPS Terkait (korelasi), dan untuk Sekolah Menengan Atas tidak lagi dikenal IPS terpadu melainkan diajarkan secara terpisah sehingga muncullah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, sosiologi dan tata negara yang berdiri sendiri.
Pada periode diberikutnya, pemerintah memberlakukan kurikulum gres lagi, yaitu Kurikulum 1994. Menurut Kurikulum 1994, aktivitas pengajaran IPS di SD terdiri dari IPS Terpadu dan Sejarah Nasional. IPS terpadu yaitu pengetahuan yang bersumber dari geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi dan ilmu politik yang mengupas ihwal aneka macam kenyataan dan tanda-tanda dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sejarah Nasional yaitu pengetahuan terkena proses perkembangan masyarakat Indonesia dari masa lampau hingga dengan masa kini. Untuk tingkatSMP, IPS spesialuntuk mencakup beberapa aspek materi kajian geografi, ekonomi, dan sejarah. Khusus mata pelajaran sejarah mencakup beberapa aspek materi yang lebih luas yakni terkena proses perkembangan masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia semenjak masa lampau hingga sekarang. Sedangkan untuk SMA, IPS tetap diajarkan secara terpisah atau berdiri sendiri.
Dari uraian tersebut di atas sanggup diambil kesimpulan bahwa untuk pertama kalinya mata pelajaran IPS muncul dalam kurikulum lokal yang dikembangkan oleh sekolah Ibu Pakasi di Malang dan kemudian dites kemampuan dan pemahamankan di delapan IKIP di Indonesia dan diimplementasikan secara nasional semenjak diberlakukannya Kurikulum 1975.
3. Pengertian Konsep
Secara umum konsep yaitu suatu abstraksi yang menggambarkan ciriciri umum sekelompok objek, insiden atau fenomena lainnya. Ada pula yang mendefinisikan konsep sebagai diberikut:
a) Suatu gagasan atau inspirasi yang relatif tepat dan bermakna,
b) Suatu pengertian ihwal suatu objek,
c) Produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek- objek atau benda- benda melalui pengalamannya (sesudah melaksanakan persepsi terhadap objek atau benda).
Pada tingkat konkrit, konsep ialah suatu citra mental dari beberapa objek atau insiden yang sesungguhnya. Pada tingkat abnormal dan komplek, konsep ialah sintesis sejumlah kesimpulan yang sudah ditarik dari pengalaman dengan objek atau insiden tertentu.
melaluiataubersamaini menggunakan definisi pembentukan konsep, suatu pernyataan konsepsi dalam suatu bentuk yang berkhasiat untuk merencanakan suatu unit pengajaran ialah suatu deskripsi ihwal sifat- sifat suatu proses, struktur atau kualitas yang ditetapkan dalam bentuk yang memperlihatkan apa yang harus digambarkan atau dilukiskan sehingga siswa sanggup melaksanakan persepsi terhadap proses, struktur atau kualitas bagi dirinya sendiri. Dalam hal tersebut terdapat 3 macam konsep yaitu :
a) Konsep proses: ihwal insiden atau sikap dan konsekuensikonsekuensi yang dihasilkan bila terjadi,
b) Konsep struktur: ihwal objek, hubungan atau struktur dari beberapa macam,
c) Konsep kualitas: sifat suatu objek atau proses dan tidak mempunyai eksistensi yang berdiri sendiri.
Konsep tersebut mempunyai lima elemen, yaitu: (1) nama, (2) pola contoh (positif dan negatif), (3) atribut (esensial dan non esensial), (4) nilai- nilai atribut, dan (5) aturan.
Pemahaman konsep berdasarkan Rosser (Sumantri, 2010) yaitu suatu konsep abstraksi yang mewakili suatu kelas objek- objek, kejadian- kejadian, atau hubungan- hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Pemahaman konsep yaitu tingkat kemampuan yang mengharapkan siswa bisa memahami
arti dari konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya.
Dari beberapa klarifikasi terkena pemahaman konsep, maka sanggup disimpulkan bahwa pemahaman konsep yaitu kemampuan untuk menangkap dan menguasai lebih dalam lagi sejumlah fakta yang mempunyai keterkaitan dengan makna tertentu. Pemahaman konsep penting bagi siswa lantaran dengan memahami konsep yang benar maka siswa sanggup menyerap, menguasai, dan menyimpan materi yang dipelajarinya dalam jangka waktu yang lama.
Berbicara terkena konsep Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari pemahaman konsep diantaranya, yaitu:
a) Konsep membuat kita tidak perlu ``mengulang- ulang pencarian arti' setiap kali kita menemukan informasi baru.
b) Konsep memmenolong proses mengingat dan menciptakannya menjadi lebih efisien.
c) Konsep memmenolong kita menyederhanakan dan meringkas informasi, komunikasi dan waktu yang digunakan untuk memahami informasi tersebut.
d) Konsep- konsep ialah dasar untuk proses mental yang lebih tinggi.
e) Konsep sangat diharapkan untuk problem solving.
f) Konsep memilih apa yang diketahui atau diyakini seseorang.
4. Konsep Dasar Sosial
Menurut engkaus umum Bahasa Indonesia (1984 : 961), Sosial diartikan sebagai “segala sesuatu terkena masyarakat atau kemasyarakatan”. Sosial diartikan sebagai “of people living in communities; of relation between person and communities”.[4] Berdasarkan pengertian- pengertian diatas, maka sosial sanggup diartikan sebagai masyarakat atau orang- orang yang hidup di masyarakat atau hubungan antara orang dan masyarakat.
Dalam suatu masyarakat orang- orang saling menyebarkan sumber daya yang mereka miliki untuk sanggup memenuhi kebutuhan dasar hidup. Kebutuhan- kebutuhan dasar hidup insan itu bahwasanya menggambarkan nilai- nilai sosial yang dihargai oleh masyarakat lantaran berkhasiat bagi masyarakat itu sendiri. Nilai sosial bisa diartikan sebagai segala sesuatu yang dihargai masyarakat lantaran nilai sosial terbuki mempunyai daya guna yang fungsional bagi perkembangan hidup. Nilai sosial itu bisa berupa orang, benda, barang, hewan, sikap, perbuatan, perilaku, cara berfikir, dan perasaan serta pandangan.
Pangan, sandang, dan papan ialah nilai sosial yang selalu menjadi usaha masyarakat pada umumnya lantaran tiruana itu dipandang masyarakat mempunyai daya guna untuk bisa memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar kehidupan insan sebagai anggota masyarakat. Nilai sosial juga sanggup dilihat dari manfaat dan kegunaanbagi insan dan masyarakat. Nilai sosial mencakup beberapa aspek segi etika seperi kesusilaan dan moral. Nilai- nilai yang mencakup beberapa aspek baik dan jelek atau benar dan salah. Hati nurani insan menyampaikan bahwa sesuatu yang baik harus dilakukan, sedangkan sesuatu yang jelek mesti ditinggalkan atau tak pantas untuk dilakukan.
Sesuatu yang baik dan berkhasiat serta membawa manfaat dan laba dipandang masyarakat mempunyai nilai. Anggota masyarakat mungkin saja melaksanakan tindakan- tindakan yang tertuju untuk bisa meraih dan mencapai nilai- nilai itu. Dari segi kebutuhan- kebutuhan dasar hidup manusia, tindakan- tindakan yang dilakukan untuk mengejar nilai- nilai itu yaitu dimaksudkan untuk memenuhi aneka macam kebutuhan dasar tadi. Tetapi kadang- kadang tindakan yang dilakukan masyarakat tidak sama dan selaras dengan niliai- nilai itu bahkan ada yang saling berperihalan. Ada tindakan yang dianggap baik dan tepat dipandang oleh banyak orang sehingga orang cenderung mengulanginya berkali- kali yang hasilnya tindakan- tindakan yang dilakukan oleh banyak tadi menjadi pola kelakuan. Tindakan atau kelakuan yang sama dilakukan secara berulang- ulang menjadi pola tindakan atau pola kelakuan. Pola tindakan atau kelakuan ini kemudian dipandang masyarakat sebagai norma.
Proses dari tindakan hingga menjadi norma yaitu tindakan sebagai pola atau teladan dengan melaksanakan pengulangan berkali- kali sebagai pola kelakuan sehingga lambat laun akan menjadi norma. Suatu pola kelakuan menjadi norma berarti pola kelakuan itu dipandang sebagai kaidah yang ialah patokan, standar, atau ukuran. Suatu kelakuan yang ditampilkan seseorang individu sesuai dengan pola kelakuan yang diidam- idamkan. Perilaku yang diharapkan masyarakat terhadap individu dalam masyarakat. Perilaku yang dinilai baik oleh anggota masyarakat pada umumnya. Misalnya saja, pada pertamanya seseorang melaksanakan tindakan mempersembahkan sesuatu pada orang lain dengan menggunakan tangan kanan.Kelakuan ini terus menerus dilakukan secara berulang- ulang oleh anggota masyarakat yang lain sehingga usang kelabuaan kelakuan ini menjadi pola kelakuan tiruana orang dimana- mana diberbagaui peluang.
Dalam kehidupan bermasyarakat ada aneka macam macam ragam norma dari yang lemah hingga kepada yang kuat. Norma- norma yang terdapat dalam masyarakat yaitu sebagai diberikut:
· Usage (cara- cara seseorang) merujuk pada suatu bentuk perbuatan seseorang. Norma ini kekuatan-nya sangat lemah bila dibandingkan dengan norma- norma yang lain. Usage ini lebih menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.
· Folkways berasal dari katefolk yang artinya orang kebanyakan dan ways yang artinya cara- cara sehingga folkways sanggup diartikan sebagai cara- cara kebanyakan orang bertingkah laku. Folkways yaitu norma yang diikuti tanpa dasar, tanpa berpikir, spesialuntuk berdasarkan kebiasaan atau kelaziman dalam tradisi.
· Tatakrama dapat diartikan menjadi sopan santun sopan santun, tata cara pergaulan, etiket. Pola kelakuan tetentu digolongkan sebagai norma, kaidah atau patokan tata krama, tata cara pergaulan.
· Mores asal katanya mos yang berarti sopan santun istiadat, tabiat, watak susila. Mores sanggup diartikan menjadi sopan santun kebiasaan yang berbobot moral, aturan kesusilaan atau akhlak. Mores adalah norma kelakuan yang diikuti dengan keyakinan dan pertimbangan perasaan. Mores adalah norma moral yang memilih suatu kelakuan tergolong benar dan salah, baik dan buruk.
· Hukum atau peraturan- peraturan aturan yaitu norma- norma yang dirumuskan dan diwajibkan secara terang dan tegas serta berlaku bagi tiruana orang yang ada dalam masyarakat itu. Biasanya aturan memperkuat mores yang berlaku dalam suatu masyarakat.
Adapun himpunan kaidah yang berkisar pada suatu fungsi pemenuhan kebutuhan pokok dan ada himpunan kaidah yang berkisar pada fungsi pemenuhan kebutuhan pokok yang lain. Himpunan kaidah- kaidah atau norma- norma itu disebut dengan pranata sosial. Ada yang menyebutnya institusi sosial.
5. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial
Sumber dari tiruana ilmu pengetahuan yaitu filsafat (philosophia), dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu:
1) Social Sciences (ilmu-ilmu social mencakup : sejarah, politik, ekonomi dll)
2) Natural Science (ilmu-ilmu alam mencakup : fisika, kimia, biologi dll
3) Humanities (ilmu-ilmu budaya mencakup : bahasa, agama, kesenian dll)
Ilmu pertama yang akan dibahas yaitu ilmu-ilmu sosial (social sciences).
Ilmu pertama yang akan dibahas yaitu ilmu-ilmu sosial (social sciences).
Struktur ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas yaitu fakta, konsep dan generalisasi. Secara garis besar fakta yaitu insiden yang benar-benar terjadi di masyarakat. Yang dimaksud konsep yaitu sesuatu yang tersimpan dalam suatu pemikiran, inspirasi atau gagasan. Sedangkan generalisasi yaitu pernyataan ihwal hubungan diantara konsep.
Esensi dari ilmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan insan yang berlangsung dalam proses kehidupan dalam upaya mengambarkan mengapa insan berprilaku ibarat apa yang mereka lakukan. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh penggalan terbesar masyarakat lantaran yang menjadi objeknya yaitu masyarakat insan yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Didalam rumpun ilmu-ilmu sosial terdapat objek formal diantaranya:
1) Sosiologi yaitu ilmu sosial yang mempelajari tetang hubungan antar insan dalam konteks sosialnya. Makara objek formal dari sosiologi yaitu interaksi atau hungan antar insan yang hidup dalam kelompok-kelompok tertentu.
2) Antropologi ialah ilmu sosial yang mempelajari aspek kebudayaan yang ada didalam masyarakat. Objek formal dari antropologi yaitu kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
3) Ekonomi yaitu ilmu sosial yang mempelajari ihwal aspek kebutuhan insan untuk memenuhi keperluan jasmani manusia. Objek formal dari ilmu ekonomi yaitu kebutuhan material insan dalam konteks sosialnya.
4) Hukum yaitu ilmu sosial yang memperhatikan sikap insan berdasarkan ketentuan atau aturan yang berlaku didalam suatu kelompok masyarakat. Objek formal dari ilmu aturan ini yaitu sikap insan dalam mematuhi tata tertib yang berlaku didalam masyarakat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keamanan dan keadilan didalam masyarakat.
5) Komunikasi ialah ilmu sosial ihwal aspek pernyataan insan dalam konteks sosialnya. Objek formal dari ilmu komunikasi ini yaitu penyampaian pesan antara encoding (pemdiberi pesan) dan decoding (penerima pesan).
6) Politik ialah ilmu sosial yang bergelut dalam aspek kekuasaan khususnya dalam duduk masalah kenegaraan dan pemerintahan. Objek formah dari ilmu politik ini yaitu kekuasaan dalam suatu pemerintahan.
6. Pengertian Teori
Dalam bidang pembelajaran sering sekali antara istilah model dengan istilah teori disamakan walaupun ada juga pandangan yang membedakan antara model dengan teori. Kebingungan penerapan istilah teori dengan model terjadi lantaran 2 hal diberikut, yakni:
1) Ketidakpastian apakah sebuah model ialah “model dari (analisis)” situasi yang umum atau teori, ataukah dimaksudkan untuk menjadi “model untuk (sintesis)” emergent arrangement atau teori, dan
2) Berkaitan dengan duduk masalah penyesuaian paradigma dari sebuah ilmu laboratorium ekperiemental ke paradigma suatu bidang terapan.
Guna mempersembahkan landasan pemahaman yang benar ihwal konsep teori serta model, diberikut dibahas definisi teori dan model secara komprehensif serta perbedaan-perbedaan yang ada di antara 2 istilah tersebut. Teori yaitu sekelompok proposisi yang berafiliasi yang menunjuk-kan mengapa suatu peritiwa terjadi. Dorin, dkk (1990) menyatakan bahwa teori menyediakan sebuah klarifikasi umum atas suatu observasi, mengambarkan dan memprediksi perilaku, bisa dimodifikasi, dan mempunyai kebenaran relatif untuk dites.
Teori berafiliasi dengan proposisi lantaran proposisi membentuk teori. Teori terdiri dari konsep dan hubungan di antara mereka (Hoover, 1984). Teori, berdasarkan Hoover (1984), berkhasiat untuk tujuan-tujuan diberikut ini.
1) Memdiberikan pola interpretasi data.
2) Menghubungkan satu kajian dengan kajian lain
3) Menawarkan kerangka kerja sehingga konsep dan variabel mendapat signifikansi yang khusus
4) Memandu menginterpretasi makna yang lebih luas dari temuan bagi diri dan lainnya.
Seperi halnya makna secara umum bagi tiruana disiplin ilmu, konsep teori dalam bidang teknologi pembelajaran juga mempunyai sifat-sifat khusus. Teori pembelajaran bisa dilihat secara deskriptif dan preskriptif.
Teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memerikan hasil dengan menempatkan variabel metode dan kondisi sebagai variabel bebas, dan variabel hasil sebagai variabel terikat. Teori ini menekankan goal free. Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dengan menempatkan variabel hasil dan kondisi sebagai variabel bebas dan variabel metode sebagai variabel terikat.
Teori pembelajaran yaitu teori yang memberikan panduan ekplisit bagaimana memmenolong orang berguru dan berkembang lebih baik. Jenis berguru dan pengembangan mencakup beberapa aspek aspek kognitif, emosional, sosial, fisikal, dan spiritual (Reigeluhth, 1999). Ini artinya teori pembelajaran mesti memperlihatkan beberapa karakteristik diberikut.
1) Designed oriented (berserius pada alat untuk mencapai tujuan yang sudah diputuskan untuk berguru atau pengembangan daripada description oriented berserius pada given events.
2) Mengidentifikasi metode pembelajaran (cara untuk mendukung dan memfasilitasi belajar) dan situasi pada mana metode digunakan atau tidak dipakai.
3) Metode pembelajaran bisa dipecah-pecah menjadi rinci sebagai panduan.
4) Metode pembelajaran adalah probabilistic daripada deterministic.
Teori-teori preskriptif pada kenyataannya menghasilkan temuan penelitian yang signifikan dan tidak signifikan, artinya masih membingungkan, belum konsisten.
7. Kajian IPS MI
Di dalam kehidupan modern dengan komunikasi yang serba lancar dan cepat, hubungan antar orang menjadi makin intensif, dan peristiwa-peristiwa makin kompleks. Para pendidik sama-sama menyadari bahwa pengetahuan terkena saling hubungan antara orang dengan orang, orang dengan benda-benda kebutuhan hidup, orang dengan lembaga, dan orang dengan lingkungan perlu lebih dikembangkan dan dimiliki oleh anak didik.
melaluiataubersamaini bekal pengetahuan tersebut diharapkan bahwa hubungan antar orang, antar kelompok, antar lembaga dan antar bangsa, akan terjalin lebih lancar, kepincangan dan ketegangan sosial akan teratasi, sehingga sanggup tercapai kehidupan masyarakat yang serasi. IPS ialah perwujudan dari satu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. Ia ialah integrasi dari aneka macam cabang ilmu-ilmu sosial antara lain: Sosiologi, Antropologi Budaya, Sejarah, Psikologi Sosial, Geografi, Ekonomi, Politik, dan Ekologi. IPS berusaha mengintegrasikan materi dari aneka macam ilmu sosial dengan menampilkan permasalahan sehari-hari masyarakat di sekitarnya. IPS ialah aspek penting dari ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan diadaptasikan untuk digunakan dalam pengajaran di sekolah. IPS bukan ilmu sosial, sungguhpun bidang perhatiannya sama yaitu hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS spesialuntuk terdapat pada aktivitas pengajaran sekolah semata-mata.
Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan insan contohnya melalui penelitian, penemuan, atau eksperimen. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan pembelajaran dengan materi sesederhana mungkin, menarikdanunik, simpel dimengerti, dan simpel dipelajari. Untuk sanggup melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya bila guru yang mengajar IPS mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran IPS, di samping pengorganisasian, materi pelajaran, dan metode yang digunakan dalam pelaksanaan proses berguru mengajar.
Tujuan Pembelajaran IPS MI :
1. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewargguagaraan melalui pendekatan paedagogis dan psikologis.
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3. Membangun komitmen kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk
Prinsip pembelajaran IPS MI :
A. Integrated
Integrasi / keterpaduan. Dalam pembelajaran IPS dapat. Dilakukan berdasarkan topik yang Terkait. Misal: Ekonomi dengan kondisi geografis.
B. Interaksi
Manusia sebagai makhluq social. Manusia saling membutuhkan. Manusia saling bekerjasama
C. Kesinambungan
Manusia dalam kehidupan. Terikat dengan sopan santun /tradisi. Kebudayaan suatu masyarakat. Berubah besar kecil maka masyarakatpun. Akan mengalami perubahan
D. Kontekstual
Sesuai dengan kondisi masyarakat
E. Keterampilan Sosial
Bekerjasama, Tolong menolong, Gotongroyong
Pembelajaran IPS cara lama | Pembelajaran IPS cara baru |
1. Guru menggunakan kelas satu-satunya daerah berguru anak Kelemahan : membosankan, tidak memunculkan kreativitas, kurang semangat, dan sebagainya. Keunggulan : tidak memerlukan banyak biaya, akomodasi bisa lebih sedikit, dan sebagainya | 1. Guru menggunakan daerah berguru bervariasi di dalam dan di luar kelas Kelemahan : biaya mahal, akomodasi harus lebih banyak, dan sebagainya. Keunggulan : memunculkan kreativitas, tidak cepat bosan, bersemangat, dan sebagainya. |
8. Tujuan Pendidikan IPS di Indonesia
Berdasarkan pada falsafah negara sudah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu: membentuk insan pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk insan yang sehat jasmani dan rokhaninya, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, sanggup mengembangkan kreativitas dan tanggung jawaban, sanggup menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, sanggup mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mengasihi bangsanya, dan mengasihi sesama insan sesuai ketentuan yang termaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitan dengan hal tersebut, kurikulum 2010 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial, bertujuan untuk:
- Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewargguagaraan, pedagogis, dan psikologis.
- Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial.
- Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
- Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS berdasarkan (Asmawi. 1994) yaitu “membina anak didik menjadi masyarakat negara yang baik, yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berkhasiat bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laris para siswa, yaitu :
- Pengetahuan dan pemahaman
- Sikap hidup belajar
- Nilai-nilai sosial dan sikap
- Keterampilan
9. Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia
a. Pembaharuan kurikulum
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di Indonesia gres dikenal semenjak lahirnya Kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran ilmu-ilmu sosial untuk tingkat persekolahan mneggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Pembaharuan kurikulum IPS di Indonesia diantaranya :
o Kurikulum 1964 menggunakan istilah Pendidikan Kemasyarakatan. Ada dua kelompok mata pelajaran, ialah kelompok dasar yang terdirir atas Sejarah Indonesia dan Geografi Indonesia, Bahasa Indonesia dan Civics dan kelompok cipta yang terdiri atas Sejarah Dunia dan Geografi Dunia. Dan kemudian digabungkan selanjutnya bermetamorfosis Pendidikan Kemasyarakatan Negara yang ialah hubungan dari ilmu bumi, sejarah dan pengetahuan kemasyarakatan negara.
o Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai jawaban perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran di sekolah dibedakan menjadi pendidikan jiwa Pancasila, pelatihan pengetahuan dasar dan pelatihan kecakapan khusus.
o Pada tahun 1975, lahirlah Kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis pendidikan, yakni pendidikan umum, pendidikan akademis dan pendidikan keahlian khusus. Dalam Kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang ialah fusi (perpaduan) dari mata pelajaran sejarah, geografi dan ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, pendidikan kewargguagaraan dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam Kurikulum 1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan umum. Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi memberikan nilai-nilai berdasarkan filsafat Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. melaluiataubersamaini demikian mata pelajaran IPS pun berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.
o Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang studi PSPB, gagasan dari Mendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis dengan IPS Sejarah dan PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 (KYD) gres terwujud pada tahun 1984.
o Kurikulum IPS 1984 pada hakikatnya menyempurnakan atau memperbaiki kelemahan-kelmahan Kurikulum 1975. Ditinjau dari segi pendekatan (metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS 1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan disiplin terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan untuk IPS SD (SD) lebih ibarat menggunakan integrative (integrated approach).
o Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994 ditetapkan bahwa IPS yaitu mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada materi kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Untuk IPS SD, materi kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah pengetahuan sosial dan sejarah. Bahan kajian pengetahuan sosial mencakup lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan materi kajian sejarah mencakup beberapa aspek perkembangan masyarakat Indonesia semenjak masa lampau hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam Kurikulum IPS SD 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 spesialuntuk mempersembahkan anjuran umum bahwa pelaksanaan proses berguru mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip berguru aktif. Dari suara rambu-rambu yang terakhir ini, menunjukkkan bahwa Kurikulum IPS 1994 mempersembahkan keleluasaan atau kekuasaan otonom yang cukup besar terhadap guru.
o Memasuki Abad 21 yang ditandai oleh perubahan fundamental dalam segala aspek kehidupan khususnya perubahan dalam bidang politik, hukum, dan kondisi ekonomi sudah menjadikan perubahan ekonomi yang sangat signifikan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 2003 disahkanlah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut sudah menjadikan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan sistem kurikulum di Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah melaksanakan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif aneka macam perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi aktivitas pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat
o Ketentuan ihwal implikasi dari peraturan perundangan tersebut yaitu dikeluarkannya kebijakan ihwal Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 ihwal Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 ihwal Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan aneka macam masukan dan Koreksi hebat pendidikan serta kepentingan pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan kewargguagaraan bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya yaitu sama yaitu membentuk wargguagara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.
- Pembaharuan KBM
IPS ialah seperangkat fakta, peristiwa, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dnegan sikap dan tindakan insan untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa kemudian yang sanggup dimaknai untuk masa kini, dan diantisiapsi untuk masa yang akan hadir.
Ada beberapa taktik dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada peserta didik melalui IPS, di antaranya:
- Guru IPS harus menyajikan pembelajaran IPS dengan menggunakan pendekatan-pendekatan dan model-model pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajarannya. Salah satu model pembelajaran yang relevan yaitu cooperative learning. melaluiataubersamaini pembelajaran cooperative learning, maka siswa tidak saja menghafal fakta, konsep dan pengetahuan yang bersifat kognitif rendah dan guru sebagai satu-satunya sumber informasi, melainkan akan membawa siswa untuk berpartisipasi aktif lantaran siswa akan diminta melaksanakan tugas-tugas ibarat bekerja kelompok, melaksanakan inkuiri dan melaporkan hasil kegiatannya kepada kelas. Ini artinya guru bukan satu-satunya sumber informasi lantaran siswa akan mencari sumber yang bermacam-macam dan terlibat dalam aneka macam kegiatan berguru yang bermacam-macam pula. Guru selain berperan sebagai fasilitator dalam tiruana kegiatan siswa, juga harus mengamati proses pembelajaran untuk mempersembahkan penilaian (assessment) baik untuk pengetahuan ke-IPS-an juga menilai keterampilan social (social skill) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
- Strategi serta pendekatan konstruktivisme yang menempatkan siswa sebagai kawan pembelajaran dan pengembangan materi pelajaran sanggup digunakan oleh guru IPS dalam mengembangkan keterampilan social. Keterampilan siswa dalam hal memperoleh, mengolah dan memanfaatkan informasi untuk memiliki, berdayakan dirinya sanggup dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas. Guru IPS konstruktivis harus sanggup memfasilitasi para siswanya dengan peluang untuk latihan dalam mengklasifikasi, menganalisis, dan mengolah informasi berdasarkan sumber-sumber yang mereka terima. Sikap kritis siswa terhadap informasi harus sanggup dikembangkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru juga harus selalu membiasakan siswa untuk memprediksi, mengklasifikasi dan menganalisis dengan demikian aspek kognitif siswa yang dikembangkan tidak spesialuntuk keterampilan dalam menghafal dan mengingat melainkan juga menganalisis, memprediksi, mengkritisi dan mengevaluasi informasi yang diterima.
- Strategi inkuiri yaitu stratgei yang menekankan peserta didik menggunkan keterampilan social dan intelektual dalam memperoleh pengalaman gres atau informasi gres melalui pemeriksaan yang sifatnya mandiri. Menurut Supriatna ada beberapa laba dari taktik ini, yaitu:
- Strategi ini memungkinkan peserta didik melihat isi pelajaran lebih realistic dan positif ketika menganalisis dan mengklasifikasikan data dalam memcahkan masalah.
- Memdiberi peluang kepada siswa untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari data yang relevan serta membuat keputusan yang bermakna bagi mereka secara pribadi.
- Menempatkan guru sebagai fasilitator berguru sekaligus mengurangi kiprahnya sebagai sentra kegiatan belajar.
Supardi (2008) menyampaikan berguru mengajar ilmu-ilmu social supaya menjadi berdaya apabila proses pembelajarannya bermakna (meaningfull), yaitu:
- Siswa berguru menjalin pengetahuan, keterampilan, kepercayaan dan sikap yang mereka anggap berkhasiat bagi kehidupannya di sekolah atau di luar sekolah.
- Pengajaran ditekankan kepada pendalaman gagasan penting yang terdapat dalam topik-topik yang dibahas, demi pemahaman, apresiasi dan aplikasi siswa.
- Kebermaknaan dan pentingnya materi pelajaran ditekankan bagaimana cara penyajiaannya dan dikembangkannya melalui kegiatan aktif.
- Interaksi di dalam kelas diseriuskan pada penlampauan topic-topik terpilih dan bukan pada pembahasan sekilas sebanyak mungkin materi.
- Kegiatan berguru yang bermakna dan taktik assessment hendaknya diseriuskan pada perhatian siswa terhadap pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan yang penting dan terpateri dalam apa yang mereka pelajari.
- Guru hendaknya berpikir reflektif dalam melaksanakan perencanaan/ persiapan, perberlakuan dan assessment pembelajaran.
Dibawah ini ialah perbandingan dalam proses pembelajaran IPS antara doloe hingga kini :
Pembelajaran IPS cara lama | Pembelajaran IPS cara baru |
1. Guru menggunakan kelas satu-satunya daerah berguru anak Kelemahan : membosankan, tidak memunculkan kreativitas, kurang semangat, dan sebagainya. Keunggulan : tidak memerlukan banyak biaya, akomodasi bisa lebih sedikit, dan sebagainya | 1. Guru menggunakan daerah berguru bervariasi di dalam dan di luar kelas Kelemahan : biaya mahal, akomodasi harus lebih banyak, dan sebagainya. Keunggulan : memunculkan kreativitas, tidak cepat bosan, bersemangat, dan sebagainya. |
2. Guru mengajar lebih banyak menggunakan metode ceramah Kelemahan : membosankan, daya ingat yang terbatas pada anak, melelahkan, dan sebagainya. Keunggulan : tiruana materi bisa tersampaikan, sesuai untuk jumlah peserta didik yang banyak, dan sebagainya | 2. Guru mengajar dengan menggunakan aneka macam metode yang menunjang anak aktif dan kreatif Kelemahan : menuntut akomodasi yang lebih banyak, persiapan mengajar lebih rumit, dan sebagainya Keunggulan : tidak menjadikan kejenuhan, selalu muncul gagasan baru, dan sebagainya |
3. Guru memdiberi pelayanan menolongan dan bimbingan kepada anak disamaratakan Kelemahan : tidak efektif dalam menuntaskan masalah, menjadikan kesalahpahaman, dan sebagainya Keunggulan : waktu penanganan lebih cepat, sanggup dibentuk standar pelayanan, dan sebagainya | 3. Guru memdiberi pelayanan menolongan dan bimbingan kepada anak berdasarkan perseorangan Kelemahan : merepotkan, membutuhkan waktu yang banyak, dan sebagainya Keunggulan : duduk masalah terselesaikan dengan efektif, menjadikan kepercayaan diri, dan sebagaianya |
10. Hambatan Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia
Namun kiprah besar dari pembelajaran IPS tersebut ternyata tidak berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini Karena adanya beberapa kendala yang menjadikan pembelajaran IPS tidak berhasil bahkan cenderung membosankan, yaitu:
- Sebagian besar guru IPS belum terampil menggunakan beberapa model mengajar yang sanggup merangsang motivasi berguru siswa.
- Ketersediaan alat dan materi berguru di sebagian besar sekolah ikut mensugesti proses berguru IPS.
- Proses berguru mengajar IPS masih dilakukan dalam bentuk pembelajaran konvensional, sehingga peserta didik spesialuntuk memperoleh hasil faktual saja dan tidak mendapat hasil proses.
- Dalam hal implementasi atau proses pelaksanaan kurikulum ini guru yang mendapat sosialisasi dalam bentuk penataran atau diklat sangat terbatas sekali, sehingga faktor ini juga mengakibatkan mereka masih belum memahami hakekat kurikulum gres ini sebagaimana mestinya.
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
IPS ialah bidang studi baru, lantaran dikenal semenjak diberlakukan kurikulum 1975. Dikatakan gres lantaran cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS ialah perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia. Pendidikan IPS penting didiberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, lantaran siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat tidak sama dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai jawaban pemberontakan G30S/PKI
Untuk mengenal masyarakat siswa sanggup berguru melalui pendidikan di sekolah maupun secara pribadi melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. melaluiataubersamaini pengajaran IPS, diharapkan siswa sanggup mempunyai sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawaban dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.
- Saran
Sebaiknya sebelum mengajarkan materi IPS, guru hendaknya merancang dan menyusun terlebih lampau strategi, model dan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, sangat senang bagi anak SD dan berafiliasi dengan kehidupan nyata anak SD sehingga pembelajaran akan lebih simpel dipahami dan direalisasikan.
Daftar Pustaka
Suhada, Idad. Konsep Dasar IPS. CV Insan Mandiri. Bandung: 2012
Ali Imron Udin (almarhum). ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial Dasar. fprum pendidikan. IKIP jakarta: 1976.
Noor Arifin. Ilmu Sosial Dasar. Pustaka Setia. Bandung: 2007.
Hamalik.,Oemar. Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Mandar Maju. Bandung: 1992.
Soemantri, N. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. PT Rosda Kary. Bandung: 2001.
http://gopekstain.blogspot.com/
http://oktaseiji.wordpress.com/2011/04/24/upaya-pembaharuan-pendidikan-ips-di-indonesia/
[1] Ali Imron Udin (almarhum), ilmu pengetahuan sosial dan ilmu-ilmu sosial dasar, fprum pendidikan, IKIP jakarta, Desember 1976, hal.47.
[2] Noor Arifin, Ilmu Sosial Dasar, Pustaka Setia, Bandung, Maret 2007, hal 22.
0 Response to "Makalah Pembaharuan Konsep Dan Teori Dalam Pembelajaran Ips Di Mi"
Posting Komentar