Upaya Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Mengenai Jenis-Jenis Tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Pendidikan ialah proses memproduksi sistem nilai dan budaya kearah yang lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan dan perkembangan intelektual siswa. Dalam forum formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses mencar ilmu mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut berperan penting dalam pendidikanwawasan, keterampilan dan sikap ilmiah semenjak dini bagi anak ialah mata pelajaran IPA.
Ilmu Pengetahuan Alam ialah pengetahuan yang rasional dan adil ihwal alam semesta dengan segala isinya. IPA mengulas ihwal gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis olah insan yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat insan supaya mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya ihwal alam seisinya yang penuh diam-diam yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di MI hendaknya membuka peluang untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara alamiah dan juga bisa dikaitkan dengan akhlak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan mencar ilmu bukan spesialuntuk bergantung lingkungan atau kondisi mencar ilmu melainkan juga pada pengetahuan pertama siswa. Pengetahuan itu tidak sanggup dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata, hal ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh Piaget yaitu mencar ilmu ialah proses pembiasaan terhadap lingkungan yang melibatkan asimilasi, yaitu proses bergabungnya stimulus kedalam struktur kognitif. Bila stimulus gres tersebut masuk kedalam struktur kognitif diasimilasikan, maka akan terjadi proses pembiasaan yang disebut kesinambungan dan struktur kognitif menjadi bertambah.
melaluiataubersamaini demikian terperinci bahwa tahap berfikir anak usia MI harus dikaitkan dengan hal-hal yang kasatmata dan pengetahuan pertama siswa yang sudah dibangun mereka dengan sendirinya. Pada ketika pembelajaran IPA di kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi, terkena jenis-jenis tanah dan tingkat kerindangannya, guru dipertama pembelajaran tidak melaksanakan apersepsi, guru eksklusif menulis materi di papan tulis, kemudian siswa disuruh mancatat materi tersebut, setelah siswa mencatat guru eksklusif menerangkan materi, ketika guru menerangkan banyak siswa yang tidak memperhatikan klarifikasi guru, mereka bergurau, ngobrol dengan kawan-kawannya. Bahkan ada siswa yang menaikan kakinya ke atas meja. Melihat kondisi kelas menyerupai itu guru eksklusif mempersembahkan pertanyaan kepada siswa seputar materi, namun mereka melongo dan tidak paham. Dalam proses pembelajaran, guru juga tidak melaksanakan percobaan terkena jenis-jenis tanah, pembelajaran yang dilakukan guru tidak berpusat pada siswa.
Pada ketika guru melaksanakan penilaian sebagian siswa tidak sanggup menjawaban soal penilaian sehingga hasil penilaian siswa pun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, yaitu nilainya dibawah KKM. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada pembelajaran tersebut dibawah rata-rata.
Dengan jumlah siswa 25, spesialuntuk 10 siswa yang mendapat nilai di atas 6 atau sekitar 40 %. Siswa yang mendapat nilai di bawah 6 sebanyak 15 atau sekitar 60 %,Yaitudengan rata-rata 5,28. melaluiataubersamaini demikian tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Dari analisis problem yang ada, ditemukanlah beberapa penyebab masalah, antara lain :pada pertama pembelajaran guru tidak melaksanakan apersepsi, guru kurang membangkitkan motivasi terhadap pembelajaran, siswa tidak memperhatikan klarifikasi guru, dalam memberikan materi kurang menarikdanunik sehingga pembelajaran terasa membosankan dan dalam pembelajaran juga guru tidak melaksanakan percobaan terkena jenis-jenis tanah.
Pembelajaran yang terjadi di atas menjadikan siswa tidak paham ihwal jenis-jenis tanah dan siswa tidak berani mengungkapkan pendapatnya. Masih sering terjadi, dalam pembelajaran IPA guru mengharapkan siswa membisu dengan sikap duduk tegak dan menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menceramahkan materi IPA. Pembelajaran demikian terperinci berperihalan dengan hakikat anak dan pendidikan IPA itu sendiri. Pembelajaran IPA yang efektif dicirikan antara lain oleh tingginya kemampuan pembelajaran tersebut dalam menyajikan hakekat pendidikan IPA di MI yakni sebagai proses, produk dan sikap.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA. Karena pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memseriuskan pada kesuksesan dan keaktifan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka, dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengkonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
Latar belakang di atas mendorong penulis untuk megambil serius penelitian dengan judul “Upaya penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran ipa terkena jenis-jenis tanah (penelitian tindakan kelas, pada siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang problem yang diuraikan di atas, maka rumusan problem penelitian tindakan kelas yaitu :
1) Bagaimana penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan tanah di kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi?
2) Bagaimana kemampuan pemahaman IPA siswa pada setiap siklus pembelajaran yang sedang berlangsung dengan memakai modelpembelajarankonstruktivisme?
3) Bagaimana kemampuan pemahaman siswa setelah mengikuti seluruh siklus pembelajaran dengan memakai model pembelajarankonstruktivisme?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian tindakan kelas yang terdapat dalam perumusan problem di atas, maka penelitian ini bertujuan :
1) Mengetahui citra penerapan model pembelajaran konstruktivisme untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA pada pokok bahasan tanah di kelas V MI Negeri 1 tegal kepuh kec. Surade kab. sukabumi
2) Mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa pada setiap siklus pembelajaran yang sedang berlangsung dengan memakai model pembelajaran konstruktivisme
3) Mengetahui kemampuan pemahaman siswa setelah mengikuti seluruh siklus pembelajaran dengan memakai model pembelajaran konstruktivisme
D. HipotesisTindakan
Dari hasil analisis tindakan, penulis membuat hopotesis bahwa, bila guru memakai model pembelajaran konstruktivisme maka pemahaman siswa ihwal jenis-jenis tanah akan meningkat.
E. MetodologiPenelitian
1. Rencana Penelitian
a) Tempat Penelitian
Lokasi daerah penulis melaksanakan penelitian ialah MI Negeri 1 Tegal Kepuh, dengan alamat jalan Surade, Desa Pasir Ipis, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini dipilih sebagai daerah penelitian sebab data yang diperoleh ada di sekolah ini.
b) Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 25 orang, terdiri dari 17 siswa pria dan 8 siswa perempuan. Latar belakang ekonomi orang renta ialah menengah ke bawah. Pendidikan orang renta siswa 65 % MI. Mata Pencahariannya 90 % sebagai wiraswasta dan sisanya sebagai buruh dan pegawai. Alasan peneliti menentukan sampel kelas V yaitu sebab peneliti mengajar di kelas V sehingga peneliti mengetahui karakteristik siswa.
c) Waktu penelitian
Diperkirakan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan sekitar bulan februari hingga dengan bulan juli 2013
2. Prosedur Penilaian
Prosedur yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk siklus yang akan berlangsung lebih dari satu siklus bergantung dari tingkat keberhasilan dari sasaran yang akan dicapai, dimana setiap siklus bisa terdiri dari satu atau lebih pertemuan. Adapun mekanisme penelitian yang dipilih yaitu dengan memakai model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998). Siklus model Kemmis dan Mc Taggart ini dilakukan secara berulang dan berkelanjutan, menyerupai siklus di bawah ini :
Baca Juga
![]() ![]() ![]() ![]() ![]() |
Gambar 1
Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis & Mc Taggart
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 97)
Langkah-langkah pada modul siklus Kemmis dan Taggart di atas yaitu sebagai diberikut :
1) Perencanaan tindakan
2) Pelaksanaan tindakan
3) Observasi
4) refleksi.
a. Perencanaan tindakan
Tahap ini mencakup beberapa aspek tiruana perencanaan tindakan menyerupai pembuatan planning pelaksanaan pembelajaran yang dialami, menyiapkan metode alat dan sumber pembelajaran serta merencanakan pula langkah-langkah dan tindakan apa yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis yang sudah diputuskan.
Dalam tahap ini penulis memutuskan seluruh planning tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki praktek pembelajaran terkena jenis-jenis tanah, yaitu dengan menerapkan pembelajaran konstruktivisme, adapun langkah-langkah perencanaannya yaitu :
1) Meminta izin kepada kepala sekolah dan guru MI kelas V.
2) Membuat planning pelaksanaan pembelajaran.
3) Merumuskan langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan untuk menguji hipotesis.
4) Memilih mekanisme penilaian penelitian.
5) Melaksanakan tindakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap ini langkah-langkah pembelajaran dan tindakan mengacu pada perencanaan yang sudah dibentuk yaitu :
Tahap Awal Pembelajaran
1) Guru mengucapkan salam.
2) Guru mengkondisikan siswa kearah pembelajaran.
3) Guru mengecek kehadiran siswa.
4) Guru melaksanakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan
Tahap Inti Pembelajaran
1) Siswa dibagi kedalam 5 kelompok (tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang). Seminggu sebelum dilaksanakan pembelajaran tiap kelompok ditugaskan untuk membawa alat pencukil tanah.
2) Guru mengkondisikan siswa supaya duduk berkelompok.
3) Siswa menyimak panjelasan guru ihwal kiprah yang harus diselesaikan dalam kelompoknya.
4) Guru mempersembahkan Lomba Kompetensi Siswa kepada setiap kelompok.
5) Masing-masing kelompok melaksanakan percobaan untuk menunjukan bahwa jenis tanah itu tidak sama-beda
6) Siswa berdiskusi untuk menuntaskan kiprah yang terdapat dalam LKS.
7) Siswa bersama guru mengulas Lomba Kompetensi Siswa yang sudah didiskusikan dalam kelompok.
8) Siswa bersama guru menghubungkan materi pelajaran terkena jenis-jenis tanah dan keuntungannya dengan kehidupan kehidupan sehari-hari.
9) Siswa didiberi peluang untuk menanyakan apa yang sudah dipelajari bersama.
10) Guru melaksanakan evaluasi.
Tahap Akhir Pembelajaran
1) Guru dan siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari.
2) Melakukan tindak lanjut.
c. Observasi
Pada tahap ini terdiri dari pengumpulan data serta mencatat setiap acara siswa dan kinerja guru pada ketika pelaksanaan tindakan berlangsung. Observer bertugas mengamati kinerja guru dan acara siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada lembar observasi.
Observasi ini dilakukan oleh peneliti yaitu dengan mengamati acara siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran IPA terkena jenis-jenis tanah dari pertama pembelajaran hingga final pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah acara siswa dan kinerja guru sudah sesuai dengan apa yang tercantum dalam lembar observasi atau tidak. Sehingga hasil observasi sanggup diperbaiki pada siklus diberikutnya.
d. Refleksi
Refleksi ialah pengkajian hasil data yang sudah diperoleh ketika observasi oleh peneliti, praktikan dan pembimbing. Refleksi berkhasiat untuk mempersembahkan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang sudah dilakukan. Hasil refleksi yang ada dijadikan materi pertimbangan untuk membuat perencanaan tindakan dalam siklus selanjutnya yang berkelanjutan hingga pembelajaran ditetapkan berhasil.
Peneliti akan melaksanakan refleksi diakhir pembelajaran dengan merenungkan kembali secara intensif kejadian atau kejadian yang mengakibatkan sesuatu yang dibutuhkan atau tidak diharapkan. Refleksi ialah kepingan yang sangat penting untuk memahami dan mempersembahkan makna terhadap proses dan hasil pembelajaran yang terjadi yang dilakukan dengan cara sebagai diberikut :
1) Mengecek kelengkapan data pengumpulan data yang terjaring selama proses tindakan.
2) Mendiskusikan dan pengumpulan data antara guru, peneliti dan kepala sekolah (pembimbing) berupa hasil nilai siswa, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan lain-lain.
3) Penyusunan planning tindakan diberikutnya yang dirumuskan dalam skenario pembelajaran dengan berdasar pada analisa data dari proses dalam tindakan sebelumnya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang sudah dilakukan pada siklus I untuk menyusun tindakan yang akan dilakukan pada siklus II.
3. Instrumen Penelitian
a. pedoman Observasi
Pedoman observasi yang dilakukan peneliti, untuk mengamati seluruh kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun acara siswa, mulai dari pertama pembelajaran hingga final pembelajaran IPA. Tujuan tindakan observasi ialah untuk memperoleh data sikap siswa sehingga didapatkan hasil perubahan sikap siswa dalam memperbaiki pembelajaran (format observasi terlampir).
b. Pedoman Wawancara
Wawancara ialah sebuah obrolan yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Yang diwawancarai oleh peneliti ialah guru dan siswa. Pedoman wawancara ini bisa terkena pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Tujuan diadakannya wawancara ialah untuk memperoleh data mulut atau konfirmasi dari siswa dan guru terkena penyebab kesusahan siswa dalam memahami konsep perubahan sifat-sifat benda dikelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh (format wawancara terlampir).
c. Tes
Tes ialah serentatan pertanyaan atau tes yang dipakai untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang dipakai peneliti untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahamikonsepperubahansifat-sifatbenda. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis berbentuk pilihan ganda 10 soal dan uraian sebanyak 5 soal.
4. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan tes yang dilakukan terhadap siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuh Kecamatan Surade Kabupaten Sukabumi berkaitan dengan pemahaman siswa terkena jenis-jenistanah.
Sumber data dalam penelitian ini ialah siswa kelas V MI Negeri 1 Tegal Kepuhdan guru sebagai kawan peneliti serta seluruh komponen sekolah.
1. Validasi Data
Validasi data yang dipilih peneliti dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Hopkins (dalam Wiraatmadja, 2005 : 168-171), yaitu :
a) Member chek, menyidik kembali keterangan-keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi atau wawancara dilakukan dengan cara mengkonfirmasi dengan guru dan siswa melalui diskusi pada final pembelajaran.
b) Triangulasi, yaitu menyidik kebenaran data yang diperoleh peneliti dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh kawan peneliti secara kolaboratif.
c) Audit Trail, yaitu mengecek kebenaran mekanisme dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikan dengan pembimbing.
d) Expert Opinion, pengecekan terakhir terhadap kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional, dalam hal ini penulis mengkonfirmasikan temuan kepada pembimbing atau dosen. Berdasarkan validasi diatas, maka validasi data yang akan dipakai oleh peneliti yaitu member chek dan triangulasi. Untuk validasi member chek, setelah wawancara dengan guru dan siswa serta observasi terhadap kinerja guru dan acara siswa dalam pembelajaran IPA. Peneliti menyidik hasil wawancara dan obsevasi, apakah sudah tercatat sesuai yang terjadi atau ada yang belum tercatat.
Dalam melaksanakan triangulasi, setelah observasi dan wawancara terhadap kinerja guru dan acara siswa peneliti akan membandingkan serta mendiskusikan hasil observasi tersebut dengan guru kelas V pada ketika pembelajaran IPA.
1. Analisis Data
Sesudah tiruana data diperoleh dengan alat pengumpul data yang sudah diputuskan, maka langkah selanjutnya ialah proses analisis data. Dalam tahapan penganalisisan ini akan dilakukan mekanisme penghitungan statistik.
Data yang dianalisis meliputi: tes final siklus dengan tujuan mengetahui tingkat ketuntasan mencar ilmu siswa dalam memahami materi pelajaran IPA dan untuk mengukur kemampuan pemahaman siswa akan dilakukan melalui:
a) Ketuntasan Individu
Pada analisis ini dilakukan dengan memakai hukum ketuntasan yang berlaku di MIN 1 TegalKepuh, dengan KKM rata-rata 60 maka siswa sudah dikatakan tuntas belajar, artinya siswa sanggup mengerjakan soal dengan minimal 60%. Untuk mengetahui ketuntasan mencar ilmu secara individu diperoleh dengan memakai rumus sebagai diberikut:

b) Ketuntasan Klasikal
Pada ketuntasan klasikal ini hasil mencar ilmu sanggup dilihat dari hasil proses pembelajaran secara berkelompok. Ketuntasan klasikal sanggup dikatakan bila sekurang-kurangnya siswa sudah tuntas mencar ilmu sebesar 80%, dan bila perolehan mencapai 70% maka dikatakan cukup, dan dikatakan kurang bila perolehan kuurang dari 60%. Untuk menentukan skor yang diperoleh dipakai persamaan sebagai diberikut:

c) Daya Serap Klasikal
Daya serap mencar ilmu klasikal dipakai untuk mengetahui apakah materi pelajaran sanggup dilanjutkan atau tidak. Jika daya serap mencar ilmu klasikal siswa ≥60% maka materi pelajaran suah diperbolehkan untuk dilanjutkan. Untuk menghitung daya serap siswa dipakai rumus :

Diadaptasi suherman (Astusti,2009:23)
2. Kriteria analisis data observasi
Teknik pengisian lembar observasi untuk setiap pertemuan yaitu dengan mempersembahkan tanda checklist (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak” untuk setiap acara yang dilakukan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Skor untuk kolom “Ya” ialah 1 sedangkan kolom “Tidak” skornya ialah 0. Adapun langkah-langkah analisis selanjutnya ialah sebagai diberikut :
1. Menghitung jumlah skor keterlaksanaan yang dicari
2. Mengubah jumlah skor untuk setiap pertemuan yang sudah diperoleh menjadi nilai persentase dengan memakai rumus :

Keterangan :
NP = Nilai persentase keterlaksanaan yang dicari
R = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor terbaik ideal
100= Bilangan konstan
3. Menghitung persentase keterlaksanaan tertinggi dan terendah serta membuat deskripsi menurut komentar observer
4. Menghitung rata-rata persentase keterlaksanaan model pembelajaran konstruktivisme untuk ketiga pertemuan dengan memakai rumus :

5. Menghihtung rata-rata persentase keterlaksanaan untuk seluruh pertemuan menurut setiap tahapan model
6. Menganalisis keterlaksanaan setiap tahapan metode pembelajaran menurut komentar observer
7. Mengubah persentase yang diperoleh ke dalam kriteria keterlaksanaan sebagai diberikut :
Tabel 5.
Kriteria Keterlaksanaan Model Pembelajaran Konstruktivisme
No. | Persentase Keterlaksanaan | Kategori |
1. | 0 % - 19 % | Kurang Sekali |
2. | 20 % - 39 % | Kurang |
3. | 40 % - 59 % | Cukup |
4. | 60 % - 79% | Baik |
5. | 80 % - 100 % | Baik sekali |
(Purwanto dalam Hamidah, 2012 : 24)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara
BSNP, 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hamidah, Ni’mah. 2012. Model Pembelajaran Bebasis Fenomena (PBF) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Pada Materi Getaran dan gelombang. Skripsi Program Studi MIPA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univesitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Tidak diterbitkan.
Karli, H., Sri Yuliariatiningsih M. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung : Bina Media Informasi.
Kartini. 2007. Model-model Pembelajaran (Modul). STAIN Cirebon.
Nasution, H. Noehi. 1999. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT RemajaRosda Karya.
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No | Kegiatan | Bulan | ||||||||||||||||||||||||
I | II | III | IV | V | VI | |||||||||||||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | 1 | 2 | 3 | 4 | |||
1 | Penyusunan proposal | | x | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
2 | Pengajuan proposal | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
3 | Revisi proposal | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | | | | |
4 | Seminar proposal | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | | | |
5 | Pengurusan izin | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | | |
6 | Pembuatan instrumen penelitian. | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | |
7 | Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan tindakan siklus I | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | | |
8 | Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan tindakan siklus II | | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | | | | |
9 | Pelaksanaan dan kegiatan penelitian dan tindakan siklus III | | | | | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | | |
10 | Penyusunan laporan | | | | | | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | | |
11 | Revisi laporan | | | | | | | | | | | | | | | | x | | | | | | | | | |
12 | Penyerahan laporan | | | | | | | | | | | | | | | | | x | | | | | | | |
0 Response to "Upaya Penerapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Ipa Mengenai Jenis-Jenis Tanah"
Posting Komentar