Makalah Model Pembelajaran Dilema Posing
Makalah Model Pembelajaran Problem Posing
Sesuai dengan kedudukan problem posing ialah langkah pertama dari problem solving, maka pembelajaran problem posing juga ialah pengembangan dari pembelajaran problem solving. Silver dkk (Sutiarso: 2000) menyatakan bahwa dalam problem posing diharapkan kemampuan siswa dalam memahami soal, merencanakan langkah-langkah penyelesaian soal, dan menuntaskan soal tersebut. Ketiga kemampuan tersebut ialah juga ialah sebagian dari langkah-langkah pembelajaran problem solving.
Problem posing juga ialah model pembelajaran yang mengharuskan siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Model pembelajaran problem posing ini mulai dikembangkan di tahun 1997 oleh Lyn D. English, dan pertama mulanya diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, model ini dikembangkan pula pada mata pelajaran yang lain. Pada prinsipnya, model pembelajaran problem posing yaitu suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui mencar ilmu soal (latihan soal) secara mandiri.
melaluiataubersamaini demikian, penerapan model pembelajaran problem posing yaitu sebagai diberikut :
a. Guru menandakan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga untuk memperjelas konsep sangat dimasukankan.
b. Guru mempersembahkan tes soal secukupnya.
c. Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa yang bersangkutan harus bisa menyelesaikannya. Tugas ini sanggup pula dilakukan secara kelompok.
d. Pada pertemuan diberikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk menyajikan soal temuannya di depan kelas. Dalam hal ini, guru sanggup memilih siswa secara selektif menurut bobot soal yang diajukan oleh siswa.
II.3 Penerapan Model Pembelajaran Problem Posing pada Pelajaran Matematika
Mengajarkan matematika bekerjsama tidaklah sekedar bahwa guru menyiapkan dan memberikan aturan-aturan dan definisi-definisi, serta mekanisme bagi para siswa untuk mereka hafalkan , akan tetapi termasuk dalam mengajarkan matematika yaitu bagaimana guru melibatkan siswa sebagai penerima - penerima yang aktif dalam proses mencar ilmu sebagai upaya untuk mendorong mereka membangun atau mengkonstruksi pengetahuan mereka. Dalam proses mencar ilmu tersebut, hendaknya diingat bahwa diakhir dari suatu rangkaian kegiatan mencar ilmu dan mengajar, kompetensi-kompetensi penalaran, koneksi, komunikasi, representasi harus sudah nampak sebagai hasil mencar ilmu siswa. Karena itu dalam proses pembelajaran hendaknya kegiatan mencar ilmu diarahkan untuk munculnya kompetensi-kompetensi tersebut yang dianjurkan biar kegiatan tersebut sanggup terjadi pada setiap jenjang pendidikan (NCTM, 2000).
Mengenai peranan problem posing dalam pembelajaran matematika, Sutiarso (2000) menandakan bahwa problem posing yaitu adalah suatu bentuk pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal, yang sanggup berbagi kemampuan berpikir matematis atau memakai contoh pikir matematis. Hal ini sejalan dengan English (1998) yang menandakan bahwa problem posing yaitu penting dalam kurikulum matematika alasannya di dalamnya terdapat inti dari acara matematika, termasuk acara di mana siswa membangun masalahnya sendiri. Silver (1994) dan Simon (1993) mengemukakn bahwa beberapa acara problem posing memiliki suplemen manfaat pada perkembangan pengetahuan dan pemahaman anak terhadadap konsep penting matematika (English: 1998). Brown dan Walter dalam Hamzah (2003: 19) menyatakan bahwa pengajuan dilema matematika tersiri dari dua aspek penting, yaitu accepting dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang didiberikan oleh guru atau situasi yang susah ditentukan. Sementara challenging, berkaitan dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang didiberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan dilema matematika.
Suryanto dalam Zahra (2007 : 6) menandakan bahwa :
- Problem posing yaitu perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan biar lebih sederhana sehinga soal tersebut sanggup diselesaikan. Ini terjadi pada soal-soal yang rumit.
- Problem posing yaitu perumusan soal-soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang akan diselesaikan menekankan pada pengajuan soal oleh siswa.
- Problem posing yaitu pengajuan soal dari isu yang tersedia, baik dilakukan sebelum, ketika atau sehabis kegiatan penyelesaian.
Silver dalam Hamzah (2003: 18) menemukan bahwa pendekatan problem posing ialah suatu acara dengan dua pengertian yang tidak sama yaitu:
- Proses pengembangan matematika yang gres oleh siswa menurut situasi yang ada
- Proses memformulasikan kembali dilema matematika dengan kata-kata sendiri menurut situasi yang didiberikan. melaluiataubersamaini demikian, dilema matematika yang diajukan oleh siswa mengcu pada situasi yang sudah disiapkan oleh guru.
Selanjutnya Hamzah (2003: 17) mengemukakan bahwa dalam pustaka pendidikan, problem posing dalam matematika oleh siswa memiliki 3 pengertian.
- Problem posing (pengajuan masalah)adalah rumusan dilema matematika sederhana atau perumusan ulang dilema yang sudah didiberikan dengan beberapa cara dalam rangka menuntaskan dilema yang rumit.
- Problem posing (pengajuan masalah) yaitu perumusan dilema matematika yang berkaitan dengan sarat-sarat pada dilema yang dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan dilema yang relevan.
- Problem posing (pengajuan masalah) yaitu merumuskan atau mengajukan pertanyaan matematika dari situasi yang didiberikan, baik diajukan sebelum, pada ketika atau sehabis pemecahan masalah.
Selanjutnya, dalam model pembelajaran problem posing (pengajuan soal) Silver dan Cai mnjelaskan bahwa pengajuan soal sanggup berdiri diatas kaki sendiri sanggup diaplikasikan dalam 3 bentuk acara kognitif matematika yakni sebagai diberikut:
a. Pre solution posing
Pre solution posing yaitu bila seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Kaprikornus guru diharapkan bisa membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibentuk sebelumnya.
b. Within solution posing
Within solution posing yaitu bila seorang siswa bisa merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan gres yang urutan penyelesaiannya ibarat yang sudah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan siswa bisa membuat sub-sub pertanyaaan gres dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.
c. Post solution posing
Post solution posing yaitu bila seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang gres yang sejenis.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. dkk . 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. dkk . 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
E.Suherman. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
E.T. Ruseffendi. 2006. Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
Ruseffendi. 1991. Pengantar Kepada Memmenolong Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito.
0 Response to "Makalah Model Pembelajaran Dilema Posing"
Posting Komentar