Langkah-Langkah Pengajaran Bahasa Arab

>>>Baca Juga Cerita Unik
THARIQAH AL-QAWA`ID WA TARJAMAH

A.    Sejarah Metode Gramatika Tarjamah (Thariqah Al-Qawa’id Watarjamah)
Cikal bakal metode ini sanggup di rujuk ke kala kebangkitan Eropa (abad 15) ketika banyak sekolah dan universitas di Eropa mengharuskan pelajarannya mencar ilmu bahasa latin lantaran di anggap mempunyai “nilai pendidikan yang tinggi” guna mempelajari teks-teks klasik.metode ini ialah penerminan yang tepat dari cara bahasa-bahasa yunani kuno dan latin diajarkan selama berabad-abad. Akan tetapi,penamaan metode klasik ini dengan “Grammar Translation Method” gres dikenal pada kala 19,ketika metode ini digunakan untuk pengajaran bahasa arab baik di negara-negara Arab maupun di negara-negara islam lainnya termasuk indonesia hingga tamat abad19.
Berabad-abad yang kemudian spesialuntuk sedikit metodelogi pengajaran bahasa yang di landasi teori mencar ilmu bahasa. Pada pertamanya di dunia barat pengajaran bahasa absurd di sekolah-sekolah di samakan dengan pengajaran bahasa yunani dan latin, yaitu memakai metode clasic yang memseriuskan diri pada analisa dramatika, penghapalan kosa-kata, penerjemahan wacana, dan tes menulis.
Bahasa absurd kemudian berubah sebutan menjadi metode kaidah dan tarjamah dan sering dijuluki dengan metode tradisional, namun konsep penerapannya tidak berubah, yakni menekankan analisa tata bahasa, penghafalan kosa-kata, penerjemahan wacana dan juga tes menulis.

B.     Ciri-ciri Metode Gramatika Tarjamah(Thariqah Al-Qawa’id Watarjamah)

Ciri-ciri khas dari metode ini adalah:
1. Perhatian yang mendalam pada keterampilan membaca,menulis dan menerjemah kan,kurang memperhatikan aspek menyimak dan berbicara.
2.      Menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan mencar ilmu dan mengajar.
3.      Memperhatikan kaidah-kaidah Nahwu.
4.      Basis pembelajarannya ialah menghafal kaidah tata bahasa dan kosa kata kemudian penerjemahan sejarah harfiah dari bahasa sasaran kebahasa pelajar dan sebaliknya.
5.      Peran pendidik dalam proses mencar ilmu mengajar lebih aktif daripada penerima didik yang senantiasa mendapatkan materi secara pasif.
6.     Peserta didik diajarkan membaca secara detail dan mendalam tentang teks-teks atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para tokoh dan pakar dalam aneka macam bidang ilmu pada masa kemudian baik berupa syair,naskah (prasa),kata mutiara (alhikam) maupun kiasan-kiasan.
7.      Penghayatan yang mendalam dan rinci terhadap bacaan sehingga penerima didik meiliki perasaan koneksitas terhadap nilai sastra yang terkandung didalam bacaan (bahasa Arab-bahasa Ibu)
8.      Menitikberatkan perhatian pada kaidah gramatika (Qawa’id Nahwu dan sharaf) untuk menghafal dan memahami isi bacaan.
9.      Memdiberikan perhatian besar terhadap kata-kata kunci dalam menerjemah.
10.  Peserta tidak diajarkan menulis karangan dengan gaya bahasa yang serupa/mirip dengan bahasa yang digunakan para pakar yang sudah dipelajarinya.

C.    Tujuan Metode Qawa’id dan Tarjamah
        Metode ini sangat menekankan pembelajaran pada kosakata dan tata bahasa.tujuan mrtode ini adalah:
1.         Menanamkan pemahaman tentang bahasa.
2.         Petes siswa untuk menulis dalam bahasa yang tepat.
3.         Menyediakan siswa dengan kosakata yang luas.
4.         Melatih siswa mendapatkan makna dengan terjemahan.
5.         Agar para pelajar cendekia dalam menghafal dan memahami tata bahasa.
6.         Lebih bisa membaca naskah berbahasa Arab atau karya sastra Arab.
7.         Memiliki nilai disiplin untuk pengembangan intelektual.
Pembelajaran dalam metode ini didominasi dengan kegiatan membaca dan menulis. Adapun kosa kata yang dipelajari ialah kosa kata dari teks bacaan. Dimana suatu kalimat sanggup diasumsikan sebagai unit terkecil dalam bahasa ketepatan dalam terjemahan diutamakan dan bahasa ibu digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam metode ini lebih ditonjolkan kepada keterampilan dalam menyusun bahasa goresan pena dari pada bahasa lisan.

D.     Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran Bahasa Arab

1.    Pendekatan Kemanusiaan ( Humanistic Approach ) / Al-Madkhal Al-Insani
Pendekatan ini sangat memseriuskan penerima didik dipandang sebagai insan yang harus diperlakukan secara manusiawi. Dalam pola pandang ini,setidaknya interelasi antara pengajar dan anakdidik dalam hubungannya dengan proses Transfering Know Ledge sehingga psikologi, minat dan motivasinya sanggup terpenuhi.

2.    Pendekatan Berbasis Media ( Media Based Approach ) / Al-Madkhal Al-Tiqoni
Pendekatan ini mengandalkan kepada metode penerapan media pengajaran hambatan dari pendekatan ini ialah berkaitan dengan biaya pengadaan alat peraga dan tidak lengkapnya materi pengajaran yang berkarakter.

3.    Pendekatan Aural-Oral ( Aural-Oral Approach ) / Al-Madkhal Al-Sam’i Al-Syafahi
Pendekatan ini harus dimulai dengan memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa atau kalimat secara klasikal kemudian meminta anakdidik menggandakan dan menghafal sebelum pengajaran membaca dan menulis diajarkan.

4.    Pendekatan Analisis dan Nonanalisis ( Analytical and Non Analytical Approach ) / Al-Madkhal Al-Tahlili
Perbedaan  keduanya adalah:
a.    Pendekatan analisis ialah pendekatan yang menjadikan sosio-linguistik sebagai dasar pertimbangan analistik. Titik seriusnya ialah pembahasan semantik,aktifitas bicara,analisis sistem dan lain-lain.
b.    Pendekatan Non-Analisis ialah pendekatan yang menjadikan pembaha san psycholinguistik dan ilmu pendidikan sebagai asas pertimbangan analisis yang bersifat global,integral dan alami.

5.    Pendekatan Komunikatif ( communicatif Aprroach ) / Al-Madkhal Al-Ittishali
Pendekatan ini lebih serius kepada kemampuan komunikasi aktif dan praktis.

6.    Pendekatan Pembelajaran Aktual.
Diantaranya ialah pendekatan konsruktivisme,kontekstual,quantum pembelajaran dan pengajaran, pembelajaran kooperatif, dan Pakem atau Paikem.

E.     Peran Guru dan Murid
Belajar mengajar ialah suatu sistem yang didalamnya melibatkan sebuah komponen yang saling berhubungan untuk mencapai tujuan. Komponennya ialah guru dan media.
1.    Guru sebagai sumber mencar ilmu sekaligus media.
2.    Guru dan media sebagai sumber belajar.
3.    Guru menyerahkan sebagian tanggung jawabannya kepada media.
4.    Media sebagai satu-satunya sumber belajar.
Dalam hal ini kiprah guru dan anakdidik sangat penting lantaran jikalau tidak ada guru dan anakdidik, maka metode kaidah dan tarjamah tidak mungkin dijalankan, kiprah guru dalam metode kaidah dan tarjamah ialah guru sebagai orang yang menjalankan metode ini, guru mempersembahkan pengenalan dan defenisi kaidah-kaidah tertentu atau menerangkannya. Sedangkan seorang anakdidik harus menghafalkan materi yang di sampaikan oleh guru dan memahaminya dengan baik.

F.     Langkah-Langkah Menggunakan Metode
 Metode yang digunakan ialah kawa’id dan tarjamah, maka media yang digunakan ialah media pembelajaran kosa kata ( mufradat)  tahapan-tahapan dalam mengajarkan yaitu diberikut ini ( kawa’id dan tarjamah ) :
1.              melaluiataubersamaini cara menunjuk pribadi benda (kosa kata) yang diajarkan.
2.              Menghadirkan miniatur dari kosa kata yang dimaksud.
3.              Memdiberikan gambar dari kosa kata yang diajarkan.
4.              Memperagaan dari kosa kata yang ingin disampaikan.
5.              Memasukkan kosa kata yang diajarkan dalam kalimat .
6.              Memdiberikan padanan kata.
7.              Memdiberikan lawan kata.
8.              Memdiberikan definisi dari kosa kata.

G.    Kelemahan dan Kelebihan Metode Qawa’id dan Tarjamah.
Kelemahan dalam metode qawa’id dan tarjamah:
1.    Pengajarannya spesialuntuk sanggup menyusun/membimbing siswa terampil berbahasa pasif dan tidak aktif.
2.    Banyak mengerjakan tentang bahasanya,bukan keahlian berbahasa.
3.    Terjemahan harfiah sering mengacaukan makna kalimat dalam konteks luar.
4.    Belajar spesialuntuk mempelajari satu ragam bahasa.
5.    Metode ini banyak mengabaikan keahlian kalam.
6.    Banyak memakai bahasa ibu.
7.    Lebih banyak mengajarkan bahasa dari pada berbahasa.
8.    Siswa spesialuntuk besar lengan berkuasa dalam kemampuan tata bahasa dalam membaca,tetapi lemah dalam kemampuan mendengar, berbicara dan menulis.

    Kelebihan dalam metode qawa’id dan tarjamah:
1.      Pelajar menguasai dalam arti lafal diluar kaidah bahasa  target.
2.      Pelajar memahami isi detail materi bacaan yang dipelajarinya dan bisa menerjemahkannya.
3.      Kosa kata yang dihafal relatif banyak.
4.      Memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat dan menghafal.
5.      Siswa andal dalam membaca,menulis dan menerjemah.
6.      Tidak menuntut siswa andal berbahasa arab.
7.      Metode ini mudah dilaksanakan.
8.      Dapat mengingatkan wawasan siswa.

H.    Strategi dan Desain Pembelajaran Qowaid (Gramatika)
Ada beberapa taktik dalam mengajarkan gramatika, yaitu:
1.      Musykilat al-Tullab
Strategi ini sanggup mengakomodasi kebutuhan dan impian seluruh mahasiswa, lantaran taktik ini memdiberi peluang kepada mahasiswa menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dari gramatika yang sudah diajarkan.
2.      Istintajiyah
Pola ini sanggup disampaikan dengan taktik modifikasi lecturing (ceramah), sehingga mahasiswa sanggup tetap serius mengamati berjalannya materi, dengan diselingi aneka macam pola untuk pemantapan materi.
3.      Muqaranat al-Nash
Teknik pembelajaran ini bertujuan supaya mahasiswa sanggup membandingkan dua model goresan pena yang tidak sama bentuk, namun sama tema bahasan. Kajian ini lebih diseriuskan pada unsur gramatika bahasanya.
4.      Tahlil al-Akhtha’
Ini ialah ialah taktik yang menuntut adanya kecermatan mahasiswa dalam mengidentifikasi dan menganalisa kesalahan pada tata bahasa Arab. Di samping menghadirkan pembenaran atas kesalahan terseebut.
5.      Ikhtiyar al-Jumal
Strategi ini membutuhkan kejelian mahasiswa untuk sanggup memilah antara kalimat yang salah dan kalimat yang benar. Strategi ini dapt berkhasiat untuk menggugah sense of language mahasiswa terhadap struktur kalimat bahasa Arab.[1]
Desain pembelajaran qowaid ialah sebagai diberikut:
1.      Pengantar atau penlampauan
2.      Menyampaikan contoh
3.      Sinkronisasai atau memadukan
4.      Inovasi
5.      Penerapan.[2]

METODE LANGSUNG (Thariqoh Al-Mubasyaroh)

A.    Sejarah Thariqoh Al-Mubasyaroh
Metode ini muncul akhir ketidakpuasan dengan hasil pengajaran bahasa dengan metode gramatika dikaitkan dengan tuntutan kebutuhan faktual dimasyarakat. Menjelang kala ke-19, korelasi antarnegara di Eropa mulai terbuka sehingga mengakibatkan adanya kebutuhan untuk bisa saling berkomunikasi aktif diantara mereka. Untuk itu mereka membutuhkan cara gres mencar ilmu bahasa kedua, lantaran metode yang ada dirasa tidak mudah dan tidak efektif. Maka pendekatan-pendekatan gres mulai dicetuskan oleh para andal di Jerman, Inggris, Perancis dan lain-lain, yang membuka jalan bagi lahirnya metode gres yang disebut metode langsung. Diantara para andal itu ialah Francois Goulin (1880-1992) seorang guru bahasa latin dari perancis yang menyebarkan metode berdasarkan pengamatannya pada penerapan bahasa ibu oleh anak-anak. Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh) ialah metode yang memprioritaskan pada keterampilan berbicara.

B.     Pengertian Metode Langsung (Mubasyaroh)
Metode Langsung (Mubasyaroh) ialah metode yang memprioritaskan pada keterampilan berbicara. Metode ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dari metode sebelumnya (gramatika tarjamah), yang dipandang memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang mati. Seruan-seruan yang menuntut adanya perubahan-perubahan fundamental dalam cara pembelajaran bahasa itu mendapatkan momentumnya pada pertama kala ke-20 di Eropa dan Amerika, serta digunakan baik di Negara Arab maupun di negara-negara Islam Asia termasuk Indonesia pada waktu yang bersamaan.
Sebagai suatu reaksiproaktif terhadap  metode gramatika tarjamah, maka karakteristik dari metode ini adalah:
1.      Memdiberi prioritas yang tinggi pada ketrampilan berbicara sebagai ganti ketrampilan membaca, menulis dan menerjemah,
2.      Basis pembelajarannya terserius pada metode demontrastif; menirukan dan menghafal pribadi dimana anakdidik-anakdidik mengulang kata, kalimat, dan percakapan melalui asosiasi, konteks dan definisi yang diajarkan secara induktif yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan,
3.      Menghindari penerapan bahasa ibu pelajar,
4.      Kemampuan komunikasi mulut dilatih secara cepat melalui Tanya tanggapan yang bersiklus dalam pola interaktif yang bervariasi,
5.      Interaksi antara guru dan anakdidik terjalin secara aktif,
Jadi, intinya metode ini berangkat dari satu perkiraan dasar, bahwa pembelajaran bahasa absurd tidaklah jauh tidak sama dengan mencar ilmu bahasa ibu, yaitu dengan penerapan bahasa secara pribadi dan intensif dalam komunikasi keseharian, dimana tahapannya bermula dari mendengarkan kata-kata, menirukan secara lisan, sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian.
Metode ini berorientasi pada pembentukan keterampilan pelajar supaya bisa berbicara secara spontanitas dengan tata bahasa yang fungsional dan berfungsi untuk mengontrol kebenaran ujarannya hingga ibarat penutur aslinya.[3]

C.    Ciri-ciri Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
Ciri-ciri Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh) ialah sebagai diberikut :
1.      Member prioritas yang tinggi pada keterampilan berbicara
2.      Basis pembelajarannya terserius pada tekhnik demonstratif, menirukan dan menghapal langsung, dimana anakdidik-anakdidik mengulang-ulang kata, kalimat, dan percakapan melalui asosiasi, konteks, dan definisi yang diajarkan secara induktif, yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan.
3.      Mengelakkan/menghindari penerapan bahasa ibu pelajar
4.      Kemampuan komunikasi mulut dilatih secara cepat melalui tanya tanggapan yang bersiklus dalam pola interaksi yang bervariasi.
5.      Interaksi antar guru dan anakdidik terjalin secara aktif, dimana guru berperan mempersembahkan stimulus berupa contoh-contoh, sedangkan anakdidik spesialuntuk merespon dalam bentuk menirukan, menjawaban pertanyaan dan memperagakannya.
6.      Berbahasa ialah berbicara, maka berbicra ialah aspek yang harus diperiolitaskan.
7.      Sejak dini pelajar dibiasakan berpikir dalam bahasa-bahasa absurd yang dipelajari.
8.      Bahasa ibu dan bahasa kedua atau terjemahan kedalam dua bahasa tersebut tidak digunakan.
9.      Tidak begitu memperhatikan tata bahasa, walaupun ada spesialuntuk didiberikan dengan mengulang-ulang pola kalimat secara lisan.

D.    Tujuan Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
Metode ini memerlukan hal-hal diberikut:
1.      Materi pengajaran pada tahap pertama berupa tes oral (As-Safahiyah)
2.      Materi dilanjutkan dengan tes menutur kata-kata sederhana, baik kata benda (Isim), atau kata kerja (fi’il) yang sering didengar oleh penerima didik.
3.      Materi dilanjutkan dengan tes penturan kalimat sederhana dengan memakai kalimat yang ialah acara penerima didik sehari-hari.
4.      Peserta didik didiberikan peluang untuk latihan dengan cara tanya tanggapan dengan guru/sesamanya.
5.      Materi qira`ah harus harus disertai diskusi dengan bahasa Arab, baik dalam mejelaskan makna yang terkandung didalam materi bacaan ataupun jabatan setiap kata dalam kalimat.
6.      Selama proses pengajaran hendaknya dimenolong dengan alat peraga atau media yang memadai.

E.     Pendekatan Pembelajaran Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
1.      Guru membuka pembelajan dengan pribadi berbicara dengan bahasa Arab. Mengucapakan salam dan bertanya terkena pelajaran dikala itu. Siswa menjawaban pertanyaan dengan bahasa Arab. Demikian guru meneruskan pertanyaan dan sesekali memdiberi perintah.
2.      Pelajaran berkembang diseputar sebuah gambar yang menjadi media untuk mengajarkan mufrodat, kemudian siswa mengulangi kata-kata dan ungkapan-ungkapan gres serta mencoba kalimat sendiri sebagai jawabanan pertanyaan guru.
3.      Sesudah mufrodat dipelajari dan dipahami bahwa makna guru menyuruh siswa membaca teks bacaan terkena tema yang sama dengan bunyi keras. Guru member pola kalimat yang dibaca terlebih lampau dan siswa menirukan kepingan yang menjadi inti pelajaran tidak diterjemahkan, guru mengajukan pertanmyaan dalam bahasa Arab dan harus dijawaban oleh siswa dengan bahasa Arab pula.
4.      Pelajaran bisa diakhiri dengan bernyanyi bersama.

F.     Langkah-langkah penerapan Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
1.      Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menawarkan bendanya atau gambar itu.
2.      Latihan diberikutnya berupa tanya tanggapan dengan kata tanya “ma ( ما  ), hal ( هل(  , aina (  أين ) dan sebagainya.
3.      Sesudah guru yakin bahwa siswa menguasai materi yang disajikan baik dalam pelafalan maupun pemahaman makna.
4.      Kegiatan diberikutnya ialah menjawaban secara mulut pertanyaan atau tes yang ada dalam buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.
5.      Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa didiberikan sebagai tambahan, contohnya berupa kisah humor, kisah yang mengandung nasihat dan bacaan yang mengandung ungkapan-ungkapan pendek indah, lantaran pendek dan menarikdanunik biasanya siswa menghafalnya diluar kepala.
6.      Tata bahasa didiberikan pada tingkat tertentu secara induktif.

G.    Kelemahan dan Kelebihan Metode Langsung (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
Kelemahan metode pribadi (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
1.      Metode ini mempunyai prinsip-prinsip yang mungkin sanggup diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarannya tidak banyak.
2.      Metode ini menuntut para guru yang mempunyai kelancaran berbicara ibarat penutur asli.
3.      Metode ini mengandalkan keahlian guru dalm menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
4.      Metode ini menghindari pengunaan bahasa kedua atau terjemahan. Hal ini justru bisa menghambat kemajuan pelajar, lantaran banyak waktu dan tenaga termembuang dalam menunjukan kata yang absurd ( tidak bisa digambarkan ) atau konsep tertentu dalam bahasa asing.

Kelebihan metode pribadi (Thariqoh Al-Mubasyaroh)
1.      melaluiataubersamaini kedisiplinan medengarkan dan memakai pola-pola obrolan secara teratur, maka para pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara.
2.      melaluiataubersamaini banyaknya peragaan atau demonstrasi gerakan, pengunaan gambar, bahkan mencar ilmu dialam faktual para pelajar bisa mengetahui banyak kosa kata.
3.      melaluiataubersamaini banyak tes pengucapan secara ketat dalam bimbingan guru, maka para pelajar bisa mempunyai lafal yang relatif medekati penutur asli.
4.      Para pelajar menerima banyak tes dalam bercakap-cakap khususnya terkena topik-topik yang sudah dilatih dalam kelas. Dapat memmenolong mereka dalam menganalisis pola-pola percakapan dalam topik-topik lain.

METODE MEMBACA (Thariqoh Al-Qiraah)

A.    Sejarah Metode Membaca (Thariqoh Al-Qiraah)
Ketidakpuasan terhadap metode pribadi yang kurang mempersembahkan perhatian kepada keahlian membaca dan menulis, mendorong para guru dan andal bahasa untuk mencari metode baru. Teori metode mubasyaroh kurang mengacu pada qowaid / kaidah-kaidah nahunya sehingga dalam hal ini lebih dicondongkan dalam berbicara saja. Opini yang berkembang diantara para guru ialah bahwa mengajarkan bahasa absurd dengan sasaran penguasaan tiruana keterampilan berbahasa ialah sesuatu yang mustahil. Karena alasan itulah maka Profesor Coleman dan kawan-kawan dalam sebuah laporan yang ditulis pada tahun 1929 menyarankan memakai metode dengan satu tujuan pengajaran yang lebih realistis yaitu, keterampilan membaca. Metode ini didiberi nama “metode qiraah” ini digunakan untuk seluruh sekolah Eropa dan Amerika. Bukan berarti kegiatan mencar ilmu mengajar spesialuntuk terbatas pada tes membaca. Latihan menulis dan membaca juga didiberikan walau dalam porsi terbatas.


B.     Ciri-ciri Metode Qiraah
a.       Kegiatan pembelajaran yang berbasis pada pemahaman isi bacaan dengan dilampaui oleh pengenalan makna kosakata, kemudian menambahkan isinya secara bersamaan dengan menolongan guru.
b.      Tata bahasa tidak dibahas secara panjang lebar, namun dipilih yang sesuai dengan fungsi maknanya.
c.       Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan hadirnya tugas-tugas yang dijawaban olehh anakdidik untuk mengokohkan pemahaman akan materi bacaan yang dimaksud.
d.      Membaca membisu lebih diutamakan daaripada membaca keras[4].

C.    Teknik MaharohQiraah
a.       Guru memulai pelajaran dengan member pola qiraah jahriah dengan benar. Guru dimungkinkan untuk membacakan teks dan diikuti oleh siswa dengan melihat teksnya, siswa menirukan bacaan gurunya.
b.      Sebaiknya teks yang disajikan pendek sehingga mudah dipahami siswa sehingga serius spesialuntuk untuk mengucapkan dan tidak pindah untuk berfikir tentang makna.
c.       Tersedianya waktu yang cukup untuk melatih siswa mendengarkan teks, setelah selesai kemudian mereka diminta untuk membaca teks dengan keras.
d.      Melatih siswa membaca dengan cara bantu-membantu dan juiga individu. Saat siswa membaca secara individu guru harus aktif mendorong siswanya membaca dengan cepat tidak membaca kata-perkata atau sering berhenti dalam setiap baris.
e.       Hendaknya guru selalu mencatat kesalahan-kesalahan yang terjadi baik berkaitan dengan bunyi atau pengucapan. Berdasarkan catatan tersebut guru bisa mencari penyebab dan solusinya[5].

D.    Peran Guru dan Murid
1.      Guru membacakan beberapa kalimat dan meminta siswa untuk mengulanginya
2.      Guru menyuruh siswa membaca untuk melatih ketepatan mahrajul huruf
3.      Guru menanyakan kepada siswa supaya sanggup menguji hafalan siswa
4.      Guru sanggup mengajari siswa penerapan engkaus
5.      Guru sanggup memdiberi pengetahuan tentang tanda baca
6.      Guru sanggup memdiberi pengajaran dalam penerapan harakat yang tepat
7.      Guru sebagai pemandu yang penuh dengan motivasi
8.      Guru sebagai moderator yang kreatif   

E.     Metode Pembelajaran Qiraah
Dalam pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang[6].  
·         Metode Harfiyah
Guru memulai dengan mengajarkan abjad hijaiyah satu persatu, anakdidik pun lambat dalam membaca lantaran siswa cenderung membaca abjad perhuruf daripada membaca kesatuan kata.
·         Metode Sautiyah
Dimulai dengan mengajarkan abjad berharakat fathah dan seterusnya. Diantara kelebihan metode ini ialah mengajarkan abjad dengan bunyinya bukan namanya. Kekurangannya terkadang metode ini menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, lantaran siswa terbiasa membaca abjad hijaiyah.
·         Metode Suku Kata
Siswa terlebih lampau membaca suku kata kemudian mempelajari kata yang tersusun dari kata tersebut. Harus dilampaui oleh pembelajaran abjad mad.
·         Metode Kata
Guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai gambar yang sesuai jikalau kata itu mungkin digambar. Kemudian guru itu mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca siswa. Sesudah bisa membaca kata tersebut, gres kemudian guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf  yang terkandung dalam kata tadi.

Kelebihan Metode Kata :
a.       Sejalan dengan landasan psikologi pengetahuan visual insan yang dimulai dari hal-hal umum.
b.      Membiarkan siswa latihan membaca cepat.
c.       Siswa membaca kesatuan kata yang mempunyai arti.

Kekurangan Metode Kata :
a.       Siswa lebih serius kepada gambar daripada kata yang diajarkan.
b.      Terkadang siswa spesialuntuk menebak dan menerka kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesunguhnya.
c.       Jika kata yang diajarkan sangat mirip, siswa mengacaukannya.

·         Metode Kalimat
Guru menampilkan sebuah kalimat pendek dikartu atau papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti siswa.
Kelebihannya :
a.       Mengedapankan satuan kalimat atau kata yang bermakna.
b.      Membiasakan siswa membaca satuan yang lebih besar.
Kelemahannya :
a.       Menguras tenaga guru dan memakai guru yang terlatih sedangkan ketersediaan guru professional dalam bidang bahasa Arab sangat terbatas.

·         Metode Gabungan   
Metode ini menggabungkan metode harfiyah, sautiyah, suku kata, metode kata dan metode kalimat[7].
F.      Tujuan Pembelajaran Qiroah
Membaca ialah masukana utama untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa ,lebih-lebih bagi pembelajar bahasa arab non arab dan tinggal diluar negara-negara arab ibarat para pembelajar di Indonesia.
Tujuan pembelajaran Qira’ah :
1.      Mengucapkan bunyi dari makhrajnya serta membedakan bunyi abjad yang mirip.
2.      Menghubungkan tanda dengan makna.
3.      Memahami apa yang dibaca .
4.      Memperhatikan harakat panjang pendek.
5.      Berhenti pada kawasan yang sesuai.
6.      Tidak mengulang-ulang kata pada dikala membaca.[8]
Adapun tujuan khusus dari pembelajaran keterampilan membaca ini dibagi menjadi tiga tingkatan berbahasa, yaitu
1.     Tingkat pemula
1.      Mengenali lambing-lambang (symbol huruf)
2.      Mengenali kata dan kalimat.
3.      Menenmukan inspirasi pokok dan kata kunci.
4.      Menceritakan kembali isi bacaan pendek.
2.     Tingkat menengah
1.      Menemukan inspirasi pokok dan inspirasi penunjang
2.      Menceritakan kembali aneka macam jenis isi bacaan
3.     Tingkat lanjut
1.     Menemukan inspirasi pokok dan inspirasi penunjang
2.     Menafsirkan isi bacaan
3.     Membuat inti sari bacaan
4.     Menceritakan kembali aneka macam jenis bacaan

G.    Tujuan Metode Qiraah
a.      Kartu dan Macam-macanya (al-Bithoqoh)
Kartu biasanya terbuat dari kertas yang keras dan tebal, masing-masing sisinya mempunyai kata, frasa, kalimat atau ungkapan. Adapun macam-macam kartu sebagai diberikut :
-        Kartu pertanyaan dan jawabanan ( bithoqoh al- asilah wa al-ijabah)
-        Kartu kosa kata ( bithoqoh al-Takmilah )
-        Kartu tiruan (bithoqoh al-Musaghar)
b.      Laboratorium Baca
Biasanya laboratorium baca terdiri dari sejumlah kitab-kitab kecil, isinya meliputi materi bahasa yang tersusun secara gradasi dari sederhana menuju susah yang sanggup memmenolong siswa untuk lebih cepat membaca sesuai kemampuannya.
Media yang digunakan dalam metode ini ialah teks. Seorang pendidik harus memakai teks atau buku untuk metode ini, dan mengarahkan kepada penerima didik untuk membaca teks dengan baik dan benar.Media teks yang digunakan boleh apa saja, yang megampangkan penerima didik memahami lebih cepat dan sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pendekatan antara anakdidik dan guru haruslah saling terjalin lantaran pendekatan antara anakdidik dan guru ialah hal yang harus dilakukan dalam metode membaca lantaran tanpa adanya itu metode tersebut lebih bersifat monoton. 
THARIQAH AS-SAM’IYAH AS-SYAFAWIYAH
A.    Sejarahnya
Keterampilan berbahasa yang dihasilkan oleh metode membaca yang terbatas pada kemampuan membaca teks-teks ternyata tidak lagi memadai untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang pada tahun 40’an. Dalam situasi perang Dunia Ke II, Amerika Serikat memerlukan personalia yang yang lancer berbahasa absurd untuk ditempatkan dibeberapa Negara, baik sebagai penerjemah dokumen-dokumen maupun pekerjaan lain yang memerlukan komunikasi pribadi dengan penduduk setempat. Untuk itu, Departemen Pertahanan Negara Amerika Serikat membentuk satu tubuh yang menamai Army Specialized Training Program (ASIP) dengan melibatkan universitas di AS. Program yang dimulai tahun 1943 ini betujuan supaya penerima sanggup berketerampilan berbicara  dalam beberapa bahasa asing, dengan pendekatan dan metode yang gres sama sekali pengajaran bahasa absurd model ASIP ini layak diterapkan secara umum diluar jadwal ketentaraan. Model ASIP inilah yang ialah cikal bakal dari metode Audiolingual, setelah dikembang dan didiberi landasan metodologis oleh aneka macam universitas di Amerika.
Metode ini didasarkan atas beberapa asumsi, antara lain bahwa bahasa yang pertama-tama ialah ujaran. Oleh lantaran itu, harus memperdengarkan bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk kata, kalimat kemudian mengucapkannya, sebelum pelajran membaca dan menulis. Asumsi lain dari metode ini ialah bahwa bahasa ialah kebiasaan. Suatu sikap akan menmjadi kebiasaan apabila diulang berkali-kali. Oleh lantaran itu pengajaranbahasa harus harus dilakukan dengan metode pengulangan atau repotesi. Metode ini juga didasarkan atas perkiraan bahwa bahasa-bahasa didunia ini tidak sama satu sama lain. Oleh lantaran itu, pemilihan materi bimbing harus berbasis hasil analisis kontrastif, antara lain bahasa ibu dan bahasa sasaran yang sedang dipelajari[9].

B.     Cirri-ciri metode As-sam’iyah As-syafawiyah
Adapun cirri khas yang menonjol dari metode ini ialah :
1.      Memiliki rangkaian penbelajaran yang sistematis, dari menyimak ke berbicara gres kemudian membaca dan menulis. melaluiataubersamaini rangkaian ini dipahami adany atujuan pengajaran bahasa yang ingin mengakomodasi keempat keterampilan bahasa secara seimbang.
2.      Keterampilan menulis diajarkan sebatas pola pada kalimat dan kosa kata yang sudah dipelajari secara lisan, lantaran pelajaran menulis ialah representasi dari pelajran berbicara.
3.      Menghindari sebisa munghkin penerjemahan bahasa.
4.      Menekankan pada peniruan, penghafalan, asosiasi, dan analogi.
5.      Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan tes-tes pola yang berurutan, stimulus ke response ke reinforcement[10].

C.    Teknik-metode As-Sam’iyah As-Syafawiyah
Dan adapun metode-metodenya, sama ibarat metode pembelajaran Maharah Qiraah. Dan langkah-langkahnya bebeda. Dan langkah-langkah metode ini ialah [11]:
a.       Guru membacakan beberapa kata dan kalimat disertai klarifikasi maknanya ( dengan memakai gambar, isyarat, gerakan dan laini-lain) .
b.      Guru menyuruh siswa membuka buku teks dan membacanya, serta meminta siswa mengulanginya kembali.
c.       Siswa mengulangi kalimat dan jumlah secara bersama-sama, kelas dibagi dua atau tiga kelompok, setiap kelmpok diminta unutk mengulangi.
d.      Sesudah siswa memahami kata dan kalimat, guru menampilkan teks sederhana dan menyuruh siswa membaca dalam hati.
e.       Guru mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi bacaan sehingga sanggup diketahui dengan mudah tingkat pemahamannya.
f.       Sebaiknya pertanyaan-pertanyaan yanbg didiberikan mebutuhka jawabanan pendek.
g.      Jika salah seorang siswa tidak bisa menjawaban pertanyaan, hendaknya pertanyaannya didiberikan kepada siswa yang lain.
h.      Sesudah selesai Tanya jawaban, siswa diminta mengulangi lagi dalam hati.
i.        Pada tamat pertemuan bguru memotivasi siswa mengajukan pertanyaan yang jawabanannya ada dalam teks bacaan, dan dijawaban oleh kawan-kawannya baik terkena pemahaman bahasa atau tata bahasa. 

D.    Pendekatan-pendekatan yang digunakan metode As-sam’iyah As-syafawiyah
Ada dua pendekatan teori yang mendasari pengajaran bahasa sebagaiman kita ketahui, yaitu teori tata bahasa tradisional dan struktural. Keduanya mempunyai pandangan yang yang saling tidak sama dalam hal tata bahasa. Teori tradisional meyakini bahwa sturktur bahasa-bahasa didunia tidak sama. Menurut teori tradisional bahasa yang baik ialah berdasarkan para andal bahasa (dalam istilah linguistic disebut perspektif). Sedangkan berdasarkan teori structural yang baik dan benar ialah yang digu akan oleh penutur orisinil ( dalam istilah lnguistik disebut deskriptif[12]).
melaluiataubersamaini demikian pendekatan structural melhat struktur bahasa sebagai serius perhatian. Struktur bahasa dalam hal ini dianggap sama dengan pola-pola kalimat, pandangan ini bertolak belakang dengan pendekatanb tradisional yang memandang sebaiknya.
Metode Audiolingual ialah metode mendasarkan diri kepada pendekatan structural dalam pengajaran bahasa arab dan metode ini menekankan pada penelaahan dan pendeskripsian suatu bahasa yang akan dipelajari dengan memulainya dari system bunyi (fonologi) kemudian sisten pembentukan kata ( Morfologi ) dan system pembentukan kalimat ( sintaksis).

E.     Langkah-langkah penerapan metode
sepertiyang metode ini, yaitu mendengarkan dan berbicara maka aplikasinya klebih menekankan dua aspek ini sebelum kepada kedua aspek lainnya. Jika melihat konsep dasarnya maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aplikasinya, yaitu [13]:
a.       Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, kemudian membaca dan alhasil menulis.  
b.      Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topic situasi-situasi sehari-hari.
c.       Latihan (drill/al-tadribat) harus mengikuti operant-conditioning ibarat yang sudah dijelaskan.
d.      Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau bertahap.
e.       Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam member respon harus dihindarkan, penguatan positif lebih dari efektif daripada penguatan negatif.

F.     Tujuan Metode Ini
Metode ini bertujuan bahwa metode audiolingual intinya tidak spesialuntuk menekankan tes dan penyesuaian para pelajar untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi juga kecermatan pengajar dalam membimbing mereka sangat diperhatikan. Oleh lantaran itu seorang pengajar harus benar-benar menguasai prinsip-prinsip itu[14].


G.    Peran Guru dan Murid
Belajar mengajar ialah suatu system yang didalamnya melibatkan sejumlah komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai tujuan. Komponennya dalam perna guru dan anakdidik ialah guru dan media, diantaranya[15] :
1.      Guru sebagai sumber mencar ilmu sekaligus media
2.      Guru dan media sebagai sumber belajar
3.      Guru menyerahakan sebagian tanggung jawabannya kepada media.
4.      Media satu-satunya sumber belajar.

H.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Ini
sepertiyang metode langsung, metode audiolingual mempunyai kelebihan dan belum sempurnanya. Aspek kelebihannya antara lain[16]:
a.       Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di drill.
b.      Para pelajar mempunyai lafal yang baik dan benar.
c.       Para pelajar tidak tinggal dalam obrolan tetapi terus menerus memdiberi respon pada rangsangan yang didiberikan oleh guru.

Aspek Kekurangannya antara lain:
a.         Para pelajar cenderung untuk member respon secara sekaligus ( atau secara individual) ibarat “ membeo” dan sering tidak mengetahui makna yang diucapkan. Respon ini terlalu mekanistis.
b.        Para pelajar tidak didiberi tes dalam makna-makna lain dari kalimat yang dilatih berdasarkan konteks.
c.         Sebetulnya para pelajar tidak berperan aktif tetapi spesialuntuk mempersembahkan respon pada rangsangan yang didiberikan oleh guru. Kaprikornus gurulah yang memilih tiruana tes dan materi pelajaran dikelas. Dialah yang mengetahui jawabanan atas tiruana pertanyaan yang diajukan dikelas. melaluiataubersamaini kata lain, penguasaan kegiatan dalam kelas sanggup disebut” dikuasai sepenuhnya oleh guru:”.
d.         Metode ini berpendirian bahwa jikalau pada tahap-tahap pertama para pelajar tidak/belum mengerti makna dari kalimat-kalimat yang ditirunya tidak dianggap sebagai hal yang meresahkan. Selanjutnya dengan menyimak apa yang dikatakan oleh guru member respon yang benar dan melaksanakan tiruana kiprah tanpa salah, pelajar sudah dianggap mencar ilmu tujuan dengan benar. Jika dianalisa pendirian ini kurang sanggup diterima, lantaran menggandakan tanpa mengetahui makna ialah suatu acara yang mubazir kecuali itu hapalan-hapalan pola kalimat dengan ucapanyang baik dan benar belum berarti bahwa para pelajar dengan sendirinya akan bisa berkomunikasi dengan wajar. Oleh lantaran itu diharapkan bimbingan yang intensif dalm mencapai kemampuan komunikasi ini.

I.       Konsep Dasar Metode Audiolingual
a.       Dasar berbahasa ialah percakapan, sedangkan goresan pena ialah kepingan dari percakapan. Maka materi yang perlu di prioritaskan dalam pengajaran bahasa absurd atau bahasa tujuan ialah memahami pembicaraan dan berbicara.
b.      Teknik yang tepat untuk mengajari bahasa absurd atau bahasa tujuan ialah membentuk kebiasaan berbahasa.
c.       Materi yang harus di pelajari ialah bahasa absurd atau bahasa tujuan itu.
d.      Para andal bahasa struktural menolak adanya pikiran tata bahasa semesta  yang memandang adanya  kaidah-kaidah bahasa secara keseluruhan.


METODE GABUNGAN ( THARIQAH AL-INTIQAIYAH)
A.    Sejarahnya
Yang dimaksud campuran disini tentu saja bukan menggabungkan tiruana metode yang ada sekaligus, melainkan lebih bersifat “tambal sulam”, artinya suatu metode tertentu dipandang sanggup mengatasi belum sempurnanya metode yang lain. Walaupun setiap metode mempunyai kelebiahan dan belum sempurnanya, namun tidak berarti tiruananya sanggup digabungkan sekaligus, lantaran menggabungkan disini sesuai kebutuhan atas dasar pertinbangan tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, kemampuan pelajar, bahkan kondisi guru. Yang cocok dilakukan dalam hal ini ialah memanfaatkan kelebihan metode tertentu untuk mengatasi belum sempurnanya metode tertentu.
Munculnya metode gabungan  (al-thariqah al-intiqaiyah/ electic method) dengan demikian ialah kreativitas para pelajar bahasa absurd untuk mengefektifkan proses mencar ilmu mengajar bahasa asing. Metode ini juga sekaligus mempersembahkan kebebasan kepada mereka untuk membuat variasi metode.
sepertiyang metode-metode lainnya, metode campuran ini mempunyai dasar yang mempunyai pijakannya. Ada enam hal yang menjadi pijakan dalam metode ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Khuli (1983:26) :
1.      Setiap metode pengajaran bahasa absurd mempunyai kelebihan. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan dalam pengajaran bahasa absurd .
2.      Tidak ada metode yang tepat dan tidak ada juga metode yang jelek, tetapi tiruananya mempunyai kekuatan dan kelemahan metode tertentu.
3.      Setiap metode mempunyai latar belakang, karakteristik, dasar pikiran, dan peruntukan yang tidak sama. Jika metode-metode tersebut digabungkan, maka menjadi sebuah kerja sama yang saling menyempurnakan.
4.       Tidak ada satu metode pun yang sesuai dengan tiruana tujuan, tiruana guru, tiruana siswa, dan tiruana jadwal pengajaran bahasa asing.
5.      Hal yang penting dalam mengajar ialah member perhatian kepada para pelajar dan kebutuhannya, bukan menguasai metode tanpa didasarkan kepada para pelajar dan kebutuhannya.
6.      Setiap guru bahasa absurd didiberi kebebasan untuk memakai langkah-langkah atau metode-metode dalam memakai metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan para pelajarnya dan sesuai dengan kemampuannya.

B.     Langkah-langkah Menggunakan Metode Gabungan
Langkah-langkah seorang guru dalam memakai metode campuran ini ialah :
1.      Penlampauan, sebagaimana metode-metode lain.
2.      Memdiberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rileks, dengan tema kegiatan sehari-hari secara mulut dengan gerakan-gerakan,isyarat-isyarat, dramatisasi atau gambar.
3.      Para pelajar diarahkan untuk disiplin menyimak dialog-dialog tersebut, kemudian menirukan dialog-dialog yang disajikan hingga lancar.
4.      Para pelajar dibimbing menerapkan dialog-dialog tersebut dengan kawan-kawannya secara bergiliran.
5.      Sesudah lancar  menerapkan dialog-dialog yang sudah dipelari, maka didiberi teks bacaan yang  kawanya berkaitan dengan dialog-dialog tadi. Selanjutnya guru memdiberi pola cara membaca yang baik dan benar, diikuti oleh para pelajar secara berulang-ulang.
6.      Jika terdapat kosakata yang susah guru mula-mula memaknainya dengan isyarat, atau gerakan atau gambar atau lainnya. Jika tidak mungkin dengan ini tiruana guru menerjemahkannya kedalam bahasa pelajar.
7.      Guru mengenalkan beberapa struktur yang penting dalam teks bacaan, kemudian mengulasnya seperlunya.
8.      Guru menyuruh menelaah bacaan, kemudian mendiskusikan isinya.
9.       Sebagai penutup, jikalau diharapkan penilaian tamat berupa petanyaan tentang isi bacaan yang sudah dibahas. Pelaksanaannya bisa saja secara individual atau kelompok sesuai dengan situasi dan kondisi. Jika tidak memungkinkan lantaran waktu, contohnya guru sanggup menyajikannya berupa kiprah yang harus dikerjakan masing-masing pelajar.


C.    Ciri-Ciri Pengajaran Bahasa Arab melaluiataubersamaini Metode Gabungan
1.      Keahlian berbahasa diajarkan dengan urutan bercakap, menulis, memahami dan membaca.
2.      Kegiatan mencar ilmu dikelas berupa tes (oral practice), membaca keras (reading aloud) dan tanya jawaban.
3.      Dalam metode ini juga terdapat tes menterjemahkan pelajaran gramatika secara deduktif.
4.      Digunakan alat-alat atau audiovisual.

D.    Kelebihan dan Kekurangan Metode Gabungan
Telah disinggung dimuka, bahwa tidak ada metode yang terbaik dan terburuk. Menggunaka metode apapun, khususnya dalam pengajaran bahasa asing, didalamnya akan ada banyak dilema yan harus diatasi termasuk memakai metode campuran ini.
Walaupun terlihat kegiatannya lebih variatif, kemampuan para pelajar dalam memakai bahasa absurd dipandang lebih merata, namun memakai metode campuran nampaknya kan bermasalah dengan kesedihan guru dan siswa dan alokasi waktu.
Belum tentu tiruana guru sanggup melaksanakan serangkaian kegiatan mengajar yang begitu banyak dan bervariasi. Penggunaan metode ini nampaknya menuntut adanya guru yang terlalu banyak malah bisa menjadikan kejenuhan belajar, apalagi jikalau materi dibawakan secara monoton. Waktu yang diharapkan juga relatif lebih banyak dibandingkan dengan memakai metode lain, padahal umumnya alokasi waktu pelajaran bahasa arab disekolah-sekolah indonesia terbatas, kecuali disekolah-sekolah tertentu yang mempersembahkan perhatian lebih kepada bidang studi bahasa arab.

>>Download File --Klik disini(Goole Drive)
















[1] Ibid, hal. 97
[2]Abdul Aziz Ibrahim al ‘ashoily, Thuruq Tadris al-Lughoh al-Arobiyah, (Riyadh : Darul fikr lit thoba’ah wa al-tauzi’ wa al-nasyr bidamasyqi, 2002 ), hal. 137
[3] Radliyah Zaenuddin. Metodologi & Strategi Alternatif Pembelajaran  Bahasa  Arab. 2005. Yogyakarta: Pustaka Rihlah Group.cet. 1 hlm. 39-40
[4] Abd. Wahab Rasyidi, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN Maliki. Press 2012. hal. 52
[5] Ibid. hal. 72-73
[6] Muhammad Ali Al-Khuli, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta. Baran Publishing:2010) hal. 109
[7] Metode Qiraah.blogspot.com/2012
[8] Ibid, hal. 21
[9] Abd.Wahab Rosyidi, Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab (Malang : UIN Maliki Press 2012) hal. 52-53
[10] Ibid. hal.54
[11] Ibid. hal.74
[12] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Press 2011) hal. 185
[13] Ibid. hal. 188-189
[14] Ibid. hal.189
[15] Abd. Wahab Rosyidi . Memahami Konsep Dasar Pembelajaran Bahasa Arab, (Malang: UIN Maliki Press 2012) hal.108-109
[16] Acep Hermawan, Metodologi pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Press. 2011) hal.191

0 Response to "Langkah-Langkah Pengajaran Bahasa Arab"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel