Astrologi Dalam Pandangan Islam

Penulis : Author SALAFY XIX/1418/1997/AQIDAH
Kategori : Aqidah
Astrologi Dalam Pandangan Islam

“Motivasi yang menggebu-gebu untuk mengejar tujuan sangat memmenolong karier atau studi. Kali ini ialah peluang baik untuk memulai obsesi yang terpendam selama ini. Buatlah peluang.”

Tunggu doloe! Jangan terburu-buru saudara menyangka saya mengetahui masa depan dan kegiatan saudara terutama bagi saudara yang terlahir pada tanggal 23 Oktober - 21 November atau seringnya orang menyebut saudara berbintang Scorpio. Akan tetapi kalimat di atas ialah secuplik kalimat ramalan astrolog yang kami ambil dari sebuah koran ternama di kota pelajar dalam rubrik perbintangan.

Baca Juga


Dilihat dari nama rubriknya, sanggup diketahui bahwa dasar aliran para astrolog atau yang sejalan pemikirannya dengan mereka ialah letak dan konfigurasi bintang-bintang di langit. Misalnya, jikalau letak deretan bintang Bima Sakti di arah A kemudian kebetulan ada seorang bayi lahir sempurna pada malam dikala bintang itu terbit maka diramalkan bayi itu akan menjadi orang populer setelah besar nanti.

Apabila kita perhatikan ramalan di atas, akan terlihat bahwa si peramal mencoba atau seperti mengetahui hal-hal ghaib. Seakan ia bisa membaca dan memilih nasib seseorang. melaluiataubersamaini dasar ini ia memerintah dan melarang pasiennya untuk berbuat sesuatu. Bahkan ia sering menakut-nakutinya meskipun alhasil memdiberi kabar bangga atau hiburan dengan kata-kata manis. Bagi orang yang bahagia akan rubrik menyerupai tersebut di atas atau yang suka membaca buku-buku astrologi (ramalan-ramalan bohong) terkadang ramalan itu cocok dengan keadaan yang di alami. Namun yang menjadi permasalahan, darimana pikiran peramal itu mencuat? Bagaimana pandangan Islam terhadap duduk masalah ini?

Sesungguhnya perkara-perkara ghaib spesialuntuklah Allah yang mengetahui. Dan ini ialah hak prerogatif Allah semata, selain makhluk yang Ia diberitahukan perihalnya, menyerupai sebagian Malaikat dan para Rasul sebagai mukjizat. Dalam hal ini, Allah berfirman :

“(Dia ialah Rabb) Yang mengetahui yang ghaib. Maka Dia tidak menawarkan kepada seseorang pun ihwal yang ghaib itu kecuali kepada Rasul yang diridlai-Nya. Maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (Malaikat) di muka bumi dan di belakangnya.” (QS. Al Jin : 26-27)

Barangsiapa mengaku mengetahui masalah atau ilmu ghaib selain orang yang dikecualikan sebagaimana ayat di atas, maka ia sudah kafir. Baik mengetahuinya dengan perantaraan membaca garis-garis tangan, di dalam gelas, perdukunan, sihir, dan ilmu perbintangan atau selain itu. Yang terakhir ini yang biasa dilakukan oleh paranormal. Bila ada orang sakit bertanya kepadanya ihwal lantaran sakitnya maka akan dijawaban : “Saudara sakit lantaran perbuatan orang yang tidak suka kepada saudara.” Darimana dia tahu bahwa penyebab sakitnya ialah dari perbuatan seseorang, sementara tidak ada bukti-bukti yang besar lengan berkuasa sebagai dasar tuduhannya? Sebenarnya hal ini tidak lain ialah lantaran menolongan jin dan para syaithan. Mereka menampakkan kepada khalayak dengan cara-cara di atas (melihat letak bintang, misalnya) spesialuntuklah tipuan belaka.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : “Para dukun dan yang sejenis dengan mereka bergotong-royong mempunyai pemmenolong atau pendamping (qarin) dari kalangan syaithan yang mengabarkan perkara-perkara ghaib yang dicuri dari langit. Kemudian para dukun itu memberikan diberita tersebut dengan komplemen kedustaan. Di antara mereka ada yang menhadiri syaithan dengan membawa makanan, buah-buahan, dan lain-lain (untuk dipersembahkan) … . melaluiataubersamaini menolongan jin, mereka ada yang sanggup terbang ke Makkah atau Baitul Maqdis atau daerah lainnya.” (Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman 25)

Sungguh benar kabar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam terkena syaithan yang mencuri diberita dari langit. Diceritakan dalam sebuah hadits :

Tatkala Allah memutuskan masalah di langit, para Malaikat mengepakkan akup, mereka merasa tunduk dengan firman-Nya, seperti kepakan akup itu suara gemerincing rantai di atas watu besar. Ketika sudah hilang rasa takut, mereka saling bertanya : “Apakah yang dikatakan Rabbmu? Dia berkata ihwal kebenaran dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.” Lalu firman Allah itu didengar oleh pencuri diberita langit. Para pencuri diberita itu saling memanggul (untuk hingga di langit), kemudian melemparkan hasil curiannya itu kepada mitra di bawahnya. (HR. Bukhari dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu)

Seorang dukun atau paranormal yang memdiberitakan perkara-perkara ghaib bergotong-royong mendapatkan kabar dari syaithan itu dengan jalan melihat letak bintang untuk memilih atau mengetahui peristiwa-peristiwa di bumi, menyerupai letak benda yang hilang, nasib seseorang, perubahan musim, dan lain-lain. INI yang biasa disebut ilmu perbintangan atau tanjim. sepertiyang sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :

“ … Kemudian melemparkan benda itu kepada orang yang di bawahnya hingga alhasil kepada dukun atau tukang sihir. Terkadang setan itu terkena panah bintang sebelum menyerahkan diberita dan terkadang berhasil. Lalu setan itu menambah diberita itu dengan seratus kedustaan.” (HR. Bukhari dari Abi Hurairah radliyallahu 'anhu)

Meskipun demikian, masih banyak orang yang mempercayai dan mau menhadiri peramal atau astrolog atau para dukun, bukan saja dari kalangan orang yang berpendidikan dan ekonomi rendahan bahkan dari orang-orang yang berpendidikan dan berstatus sosial tinggi. Perbuatan orang yang menhadiri atau yang dikunjungi dalam hal ini para dukun sama-sama mendapatkan dosa dan bahaya keras dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam berupa dosa syirik dan tidak diterima shalatnya selama 40 malam.

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

“Barangsiapa yang menhadiri dukun dan menanyakan ihwal sesuatu kemudian membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya 40 malam.” (HR. Muslim dari sebagian istri Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam)

Pada peluang lain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam juga mengancam mereka tergolong orang-orang yang ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa dia Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam :

“Barangsiapa yang menhadiri dukun (peramal) dan membenarkan apa yang dikatakannya, sungguh ia sudah ingkar (kufur) dengan apa yang dibawa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam.” (HR. Abu Dawud)

Ancaman dalam hadits di atas berlaku untuk yang menhadiri dan menanyakan, baik membenarkan atau tidak. (Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh 1979)

Tujuan Penciptaan Bintang-Bintang

Alam dan segala isinya diciptakan dengan hikmah lantaran diciptakan oleh Dzat yang mempunyai sifat Maha Memdiberi Hikmah dan Maha Mengetahui. Dia Maha Mengetahui apa yang di depan dan di balik ciptaan-Nya. Sehingga tidak mungkin Allah mencipta makhluk dengan main-main. Sebab itu, kewajiban atas makhluk-Nya ialah tunduk dan mendapatkan diberita, perintah, dan larangan-Nya. Sebagai contoh, yang bekerjasama dengan pembahasan kali ini ialah penciptaan bintang-bintang di langit.

Allah Subhanahu wa Ta'ala memdiberitakan bahwa penciptaan bintang-bintang itu ialah untuk penerang, hiasan langit, penunjuk jalan, dan pelempar setan yang mencuri wahyu yang sedang diucapkan di hadapan para malaikat. sepertiyang Dia firmankan :

“Dan sungguh, Kami sudah menghiasi langit yang bersahabat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan.” (QS. Al Mulk : 5)

Dalam kitab Shahih Bukhari disebutkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala membuat bintang-bintang itu untuk tujuan sebagai hiasan langit, alat pelempar setan, dan rambu-rambu jalan. Maka barangsiapa mempergunakannya untuk selain tujuan itu, sungguh terjerumus ke dalam kesalahan, kehilangan kepingan akhiratnya, dan terbebani dengan satu hal yang tak diketahuinya. (Perkataan dalam kitab Shahih Bukhari di atas ialah ucapan Qatadah rahimahullah)

Hukum Mempelajari Ilmu Falak

Para ulama tidak sama pendapat dalam memilih aturan mempelajari ilmu perbintangan atau ilmu falak (astrologi). Qatadah rahimahullah (seorang tabi’in) dan Sufyan bin Uyainah (seorang ulama hadits, wafat pada tahun 198 H) mengharamkan secara mutlak mempelajari ilmu falak. Sedangkan Imam Ahmad dan Ishaq rahimahullah memperbolehkan dengan syarat tertentu. Menurut Syaikh Muhammad bin Abdil Aziz As Sulaiman Al Qarawi --yang berusaha mengkompromikan perbedaan pendapat para ulama di atas-- bahwa mempelajarinya ialah :

Pertama, kafir jikalau meyakini bintang-bintang itu sendiri yang mempengaruhi segala kegiatan makhluk di bumi. Ini yang pertama.

Kedua, mempelajarinya untuk memilih kejadian-kejadian yang ada, akan tetapi tiruana itu diyakini lantaran takdir dan kehendak-Nya. Maka yang kedua ini hukumnya haram.

Ketiga, mempelajarinya untuk mengetahui arah kiblat, penunjuk jalan, waktu, berdasarkan jumhur ulama hal ini diperbolehkan (jaiz).

Dari uraian di atas sanggup diketahui bahwa mengaku mengetahui ilmu ghaib menimbulkan pelakunya kafir. Sedangkan menhadiri dukun dan bertanya kepadanya, hukumnya haram, baik ia membenarkan atau tidak. Dan yang disebut dukun kini ini banyak julukannya. Kadang ia disebut orang berilmu atau paranormal, astrolog, fortuneteller, atau yang lainnya. Walaupun begitu, hakikatnya sama saja. Penggunaan julukan yang tidak sama-beda spesialuntuklah sebagai pelaris dagangan saja (atau supaya terkesan tidak ketinggalan jaman). Hal ini lantaran mempelajari ilmu falak yang ditujukan untuk meramal nasib atau mengaku mengetahui ilmu ghaib ialah tindakan kekufuran. Tujuan penciptaan bintang ialah sebagaimana yang sudah diterangkan Allah dan para ulama, bukan untuk mengetahui masalah ghaib menyerupai yang diyakini oleh sebagian besar astrolog. Ayat yang menyampaikan :

“Dan (Dia ciptakan) gejala (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka (mendapat petunjuk).” (QS. An Nahl : 16)

Maksudnya, supaya insan mengetahui arah jalan dengan mengetahui letak bintang-bintang, bukan untuk mengetahui masalah ghaib. Banyak hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam yang mengharamkan dan melarang mempelajari ilmu nujum (perbintangan) dengan tujuan yang tidak boleh syariat, menyerupai hadits :

“Barangsiapa mempelajari satu cabang dari cabang ilmu nujum (perbintangan) sungguh ia sudah mempelajari satu cabang ilmu sihir … .” (HR. Ahmad[1], Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas)

Sementara Islam mengharamkan orang yang menyihir atau meminta sihir. Dan mengaku mengetahui ilmu ghaib ialah masalah yang membatalkan atau menggugurkan tauhid dan keimanan orang lantaran menandingi Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam sifat Rububiyah. (Kitabut Tauhid, Syaikh Fauzan halaman 25)

Wallahul Musta’an.

[1] Hadits hasan, dihasankan oleh Syaikh Ibnu Alis Sinan dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ nomor 5950 dan dalam Ash Shahihah nomor 793.

(Dinukil dari SALAFY XIX/1418/1997/AQIDAH, ditulis oleh Ustadz Ahmad Hamdani)




DOWNLOAD GRATIS EBOOK/BUKU (Klik Disini)
CARA MENDAPATKAN UANG DI INTERNET (Klik Disini) 
KUMPULAN SKRIPSI H.PERDATA (Klik Disini) H.TATA NEGARA (Klik Disini)

Related Posts

0 Response to "Astrologi Dalam Pandangan Islam"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel