Nasionalisme, Ukhuwah, Dan Kemerdekaan - Ustdz Felix Siauw
Semua orang tidak pernah bisa menentukan dilahirkan di mana, kapan, dari suku mana, dari pasangan yang mana, dalam kondisi apa, dan pada insiden apa, lantaran ini bukan urusan ketentuan Allah bukan pilihan. Tapi seseorang senantiasa bisa menentukan apakah mau memakai akalnya untuk diberiman pada Islam, ataukah mengabaikan akalnya kemudian tidak diberiman.
Artinya, dilahirkan sebagai masyarakat negara Indonesia dalam kondisi tenang dan aman, dari pasangan ayah-ibu yang keturunan Chinese, di kota Palembang, pada tahun 80-an itu murni ketentuan Allah pada saya tanpa efek saya sedikitpun. Tapi menjadi seorang Muslim, jelas-jelas pilihan saya secara sadar.
Ini artinya, bagi saya yang menentukan Islam dengan benar-benar sadar, Islam ialah satunya hal terpenting yang harus saya syukuri, saya jaga, saya banggakan. Artinya, sekalipun saya dilahirkan sebagai seorang keturunan Jawa di Amerika, saya berharap Islam tetaplah agama aku. Tidak penting dimana saya lahir, dari keturunan apa, lantaran tiruananya itu tak bisa dipilih. Tapi Islam, layak dipilih dan layak dibanggakan.
Namun, mengasihi suku dan mengasihi kawasan lahir ialah fitrahnya insan yang wajar, Rasulullah saw pernah bersabda,
Namun, mengasihi suku dan mengasihi kawasan lahir ialah fitrahnya insan yang wajar, Rasulullah saw pernah bersabda,
والله انك لخير ارض الله واحب ارض الى الله ولوﻻ اخرجت منك ما خرجت
Demi Allah, sungguh engkau (kota Makkah) betul-betul bumi Allah yang paling baik dan tanah yang paling dicintai Allah, sekiranya saya tidak dipaksa keluar oleh kaumku, tidaklah saya keluar darimu (Makkah) (HR Ibnu Majah)
اللهم حبب الينا المدينة كحبنا مكة او اشد منه
Ya Allah, tanamkan di hati kami kecintaan kepada Madinah ibarat kecintaan kepada Makkah, atau kuatkan kecintaan itu (kepada Madinah) (HR Bukhari)
Ya Allah, tanamkan di hati kami kecintaan kepada Madinah ibarat kecintaan kepada Makkah, atau kuatkan kecintaan itu (kepada Madinah) (HR Bukhari)
Tidak mengapa mengasihi tanah lahir, masuk akal pula kita menghargai nasab atau keturunan, kebolehannya sama ibarat kita mengasihi keluarga, mengasihi harta kepemilikan, mengasihi istri dan anak, perniagaan dan yang semisal dengannya. Hanya saja di dalam Islam porsinya dihentikan melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul dan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul.
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang engkau usahakan, perniagaan yang engkau khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah kawasan tinggal yang engkau sukai, ialah lebih engkau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah menhadirkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memdiberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (QS 9:24)
Tiga kasus yang bila terdapat pada seseorang maka ia akan mencicipi manisnya iman, (1) Allah dan RasulNya lebih ia cintai dari pada selainnya, (2) Ia mengasihi seseorang, ia tidak mencintainya kecuali lantaran Allah, dan (3) Ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci dilemparkan ke neraka (HR Bukhari Muslim)
Tapi rasa cinta yang masuk akal dan dibolehkan dalam Islam terhadap segala sesuatu yang sudah disebutkan diatas itu, termasuk mengasihi kawasan lahir dan mengasihi kaum serta sesama, tidaklah sama dengan nasionalisme, dan tidak selalu harus diwujudkan dengan nasionalisme
Nasionalisme dan Ukhuwah Islam
Dalam setiap masa dan tempat, insan senantiasa memerlukan ikatan untuk mempersatukan mereka, dan biasanya ikatan ini ada lantaran tujuan yang ingin dicapai, lantaran tidak mungkin mencapai tujuan bersama tanpa adanya ikatan yang mempersatukan. sepertiyang tali menyatukan lidi maka bisa dipakai untuk tujuan menyapu, sebagaimana paku mengikat kayu maka bisa dipakai untuk membuat sesuatu.
misal kecil, orang-orang yang bepergian dengan pesawat terbang, ketika berada dalam pesawat mempunyai ikatan hingga mereka datang di tujuan, maka mereka saling peduli, saling memmenolong, saling menasihati dan berbuat baik spesialuntuk lantaran mereka punya satu tujuan. Karena itulah kita peduli pada orang disamping kita yang masih mengaktifkan telepon seluler ketika pesawat sudah mau takeoff, lantaran kita punya kepentingan yang sama. Ini namanya ikatan kepentingan.
misal lain, orang yang berbisnis, antara majikan dan karyawannya juga ibarat itu, ikatannya spesialuntuk ada selama kepentingannya dan keuntungannya masih ada. Bila sudah hilang kepentingannya, maka ikatannya pun hilang.
Ikatan bisa muncul juga bisa hilang, tergantung ikatannya dan tergantung keperluannya.
Nasionalisme misalnya, ialah ikatan yang muncul lantaran seseorang tinggal di kawasan yang sama dan mencicipi adanya bahaya bersama, maka masuk akal bila ikatan nasionalisme ini selalu memerlukan bahaya demi bahaya semoga tetap berpengaruh ikatannya, dan akan melemah begitu penduduknya merasa aman, dan ikatan ini sangatlah lemah lantaran menurut kesamaan kawasan dan ancaman, ikatan reaktif dan temporer bukan ikatan yang produktif dan selamanya.
Fanatisme kesukuan, ikatan ini muncul tatkala sekelompok orang sempit dalam berpikir, kemudian menjadikan kecintaan terhadap kaum sebagai dasar untuk mengikatkan dirinya dan bertujuan untuk menandakan bahwa kaumnya lebih superior dibanding kaum lainnya. Ikatan ini pun sangat lemah, lantaran didasarkan atas kesamaan perasaan bukan pemikiran, dan niscaya akan menyebabkan perperihalan dan permusuhan dari suku lainnya yang juga merasa lebih superior. Dan ikatan ini akan hilang begitu berbenturan dengan kepentingan dunia.
Dalam Islam, segala sesuatu termasuk ikatan antarmanusia haruslah menurut Allah dan Rasul-Nya, Kitabullah dan Sunnah, dan ikatan penyatu antarmanusia yang paling pas ialah ukhuwah Islam, lantaran kemunculannya dari aqidah, menyatukan orang-orang yang diberiman sekaligus mempersembahkan sumbangan dan keamanan bagi yang tidak memeluk aqidah Islam.
Dalam bentuk praktisnya, seringkali ukhuwah yang muncul atas dasar aqidah Islam ini secara penampakan terlihat sama dengan nasionalisme bagi yang kurang jeli. Misalnya perilaku menolak dan melawan penjajahan, ini perilaku yang sama yang muncul baik oleh ukhuwah maupun nasionalisme, namun keduanya sangat tidak sama dari segi tataran niat, dan tentu tidak sama caranya.
Begini rujukan gampangnya. Negara Amerika tentu menanamkan nasionalisme pada wargguagaranya, karenanya ketika mereka menyerang Vietnam dan Irak, masyarakatnya mendaftar menjadi tentara alasannya ialah nasionalisme, mereka mengasihi tanah lahirnya lantaran nasionalisme.
Berbeda dengan para pejuang kemerdekaan Indonesia yang nyata-nyata menolak penjajahan alasannya ialah Islam menolaknya, ruh mereka digelorakan oleh Islam, takbir menjadi teriakannya dan jihad menjadi resolusinya. Islam menjadi jiwa usaha kemerdekaan Indonesia. Kita mengasihi Indonesia tersebab Islam.
Makara Amerika menanamkan nasionalisme dan patriotisme kepada masyarakatnya terang bukan tersebab dan bersumber dari aliran Islam, justru lantaran mereka tidak punya pilihan lain untuk mengikat masyarakatnya kecuali persatuan lantaran nasionalisme.
Seorang yang bukan Muslim bisa saja menjadi seorang yang nasionalis, seorang Muslim juga bisa saja seorang nasionalis. Tapi ukhuwah Islam, itu spesialuntuk seorang Muslim yang bisa. Ukhuwah itu ikatan khas yang bersumber dari aqidah Islam.
Sederhananya, ukhuwah Islam tidak sama dengan nasionalisme. Sebab tidak sama dalam tataran asas, juga tidak sama dalam tataran cara.
Bila kita masih ngotot dengan nasionalisme, kemudian bagaimana kita memandang Malaysia, Palestina, Turki, dan negeri-negeri Muslim yang lainnya? melaluiataubersamaini pandangan nasionalisme atau dengan pandangan ukhuwah? Bila dengan pandangan nasionalisme, maka bukan urusan kita memmenolong Palestina, ialah urusan kita bila Malaysia mengklaim budaya dan wilayah Indonesia. Namun dalam pandangan ukhuwah, mereka ialah saudara yang harus dibela, dipersatukan, satu usaha dan satu tumpah darah.
Selanjutnya, nasionalisme secara sejarah sudah terbukti bisa memecah belah persatuan Islam dan menjadikan perseteruan dan pemusuhan diantara kaum Muslim yang tadinya disatukan dengan ukhuwah Islam. Dan itulah faktanya ketika kaum-kaum Arab disatukan dengan ikatan nasionalisme kemudian memisahkan diri dengan Khilafah Utsmani, begitu pula puluhan negeri-negeri Muslim yang lain yang didiberikan kemerdekaan berdasar nasionalisme kemudian memisahkan diri mereka dari yang lainnya, dan pada jadinya sebagai pukulan telak, Republik Turki juga bangun berdasar nasionalisme sekuler menggantikan Khilafah Islam.
Tidak begitu dengan ukhuwah. Sejak pertamanya, Rasulullah saw menyatukan Aus dan Khazraj yang berseteru dengan ukhuwah yang bersumber dari aqidah. Bila Tuhan kita Allah, maka kita bersaudara. Selanjutnya ikatan ini menjadi pemersatu seluruh Hijaz dan jadinya seluruh Jazirah. Pada gilirannya ikatan inilah yang mempersatukan Afrika, Asia, Eropa, India, Syam, dan Nusantara dalam naungan Khilafah Islam. Ikatan ini yang menjadikan seluruh insan bersaudara dan mengamankan dunia, memanusiakan insan dan menghilangkan permusuhan diantara mereka. Ikatan dari Allah.
Dan berpeganglah engkau tiruananya kepada tali (agama) Allah, dan tidakbolehlah engkau bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika engkau lampau (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, kemudian menjadilah engkau lantaran nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan engkau sudah berada di tepi jurang neraka, kemudian Allah menyelamatkan engkau daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, semoga engkau menerima petunjuk. (QS 3: 103)
Makara bersatunya kaum Muslim itu lantaran menaati Allah, lantaran berpegang pada tali Allah yaitu Islam, yaitu Kitabullah dan Sunnah, bukan lantaran ikatan-ikatan lemah selainnya. Ukhuwah ini ikatan yang bersumber dari aqidah, ikatan dunia akhirat.
Makara memang betul, tidak perlulah memperperihalkan antara ukhuwah dan nasionalisme, lantaran ukhuwah itu ialah tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan lantaran aqidah, karenanya yang bukan Muslim juga bisa.
Makara memang betul, tidak perlulah memperperihalkan antara ukhuwah dan nasionalisme, lantaran ukhuwah itu ialah tuntutan aqidah, sementara nasionalisme munculnya bukan lantaran aqidah, karenanya yang bukan Muslim juga bisa.
Peringatan Kemerdekaan Indonesia Ke-70
Dan akhirnya, hari ini peringatan kemerdekaan Indonesia ke-70, maka kita mengucap syukur dan puji pada Allah Azza wa Jalla yang sudah mengaruniakan kepadaka kita kebebasan dari penjajagan fisik. Kita menengadahkan tangan dan berdoa untuk para pejuang yang sudah mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kenikmatan yang kita rasakan. Atas teriak takbir para pejuang, resolusi jihad para ulama, dan darah para syuhada. Kita bersyukur atas ketiruananya
Namun tentu saja usaha belum usai, bagi kaum Muslim, aqidah mereka menuntut kemerdekaan yang hakiki, yaitu terbebasnya insan dari penyembahan kepada sesama manusia, beralih pada penyembahan total dan satu-satunya spesialuntuk kepada Allah Rabb Semesta.
Maka tersebab cinta Indonesia kita berdakwah dan membuatkan wacana Islam. Maka alasannya ialah cinta Indonesia kita menyeru pada penegakan aturan Allah, lantaran inilah yang mengalir di dalam darah dan nadi para pejuang dan ulama penlampau kita. Islam menjadi ruh usaha mereka dan kita, lantaran Allah mereka dan kita berjuang, dan kepada Allah mereka dan kita mohon pertolongan.
Giliran kita mengisi kemerdekaan, membebaskan insan dari penjajahan non-fisik, pemikiran kufur yang memenjara dan tidak manusiawi, sistem hidup yang jauh dari fitrah dan selalu menindas, sistem ekonomi yang tidak pernah memihak pada yang lemah dan mengutamakan yang kaya, sistem aturan dan pendidikan yang sangat materialistik. Karena kita mengasihi Indonesia, lantaran kita Muslim yang diamanahkan Indonesia ini, maka Syariah harus tegak, Khilafah harus mempersatukannya.
Tapi tentu saja, yang namanya pendapat tentu banyak kurangnya, banyak silangnya. Silakan berkeyakinan tidak sama dan beropini tidak sama. Allah diberikan kebebasan di dunia ini bagi siapa saja untuk meyakini apa saja, menyampaikan apa saja dan mendiamkan apa saja. Dan kita berharap bahwa kita meyakini Islam semata, semoga kondusif di akhirat.
DOWNLOAD GRATIS EBOOK/BUKU (Klik Disini)
Sumber Referensi :
http://felixsiauw.com/home/perihal-cinta-indonesia-nasionalisme-ukhuwah-dan-kemerdekaan/
DOWNLOAD GRATIS EBOOK/BUKU (Klik Disini)
Sumber Referensi :
http://felixsiauw.com/home/perihal-cinta-indonesia-nasionalisme-ukhuwah-dan-kemerdekaan/
0 Response to "Nasionalisme, Ukhuwah, Dan Kemerdekaan - Ustdz Felix Siauw"
Posting Komentar