Kumpulan Khutbah Jum'at Lengkap Dengan Ayat

Al-Ustadz Saifudin Zuhri, Lc.
الْحَمْدُ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أَرْسَلَ إِلَيْنَا أَفْضَلَ الرُّسُلِ وَأَنْزَلَ عَلَيْنَا أَفْضَلَ الكُتُبِ وجَعَلَنَا لَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ وَأَمَرَنَا بِالإِجْتِمَاعِ عَلى الحَق وَالهُدَى وَنَهَانَا عَنْ الإِفْتِرَاقِ وَاتِّبَاعِ الهَوَى، أَحْمَدُهُ تَعَالَى وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لاَ تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ لَهُ الْأَسْمَاءُ الحُسْنَى وَأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، تَرَكَ أُمَّتَهُ عَلَى الْمَحَجَّةِ الْبََيْضَاءِ لاَ خَيْرَ إِلاَّ دَلََّهَا عَلَيْهِ وَلاَ شَرَّ إِلاَّ حَذَّرَهَا مِنْهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا بِهِ وَعَزَرُوْهُ وَنَصَرُوْهُ وَاتَّبَعُوْا النُّوْرَ الَّذِيْ أُنْزِلَ مَعَهُ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala, Rabb yang sudah mengutus kepada kita sebaik-baik utusan dan menurunkan sebaik-baik kitab suci. Saya bersaksi bahu-membahu tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi dengan benar selain Allah Subhanahu wata’ala semata yang mempunyai al-asmaul husna. Saya juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu hamba dan utusan-Nya yang sudah memberikan risalah dengan penuh amanah sehingga meninggalkan umat ini di atas agama yang jelas. Tidak ada satu kebaikan pun kecuali umat sudah diajak kepadanya. Tidak ada satu kejelekan pun kecuali umat ini sudah diingatkan darinya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad beserta keluarganya, para sobat dekatnya, dan kaum muslimin yang mengikuti petunjuknya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan sebenar-benar takwa dan marilah kita menjadi hambahamba- Nya yang bersaudara. Yaitu bersaudara lantaran iman yang diwujudkan dengan saling mencintai, kasih akung, dan tolong-menolong dalam kebenaran serta saling menasihati dan melaksanakan amar ma’ruf nahi mungkar.
Jama’ah jum’ah rahimakumullah,
Al-Imam Ahmad dan al-Imam Muslim rahimahumallah meriwayatkan dengan lafadz yang semakna dari jalan sobat bersahabat Abu Hurairah z dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam  bahwa dia bersabda,
إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا، فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ؛ وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala meridhai untuk kalian tiga hal dan membenci dari kalian dari tiga hal: Allah Subhanahu wata’ala meridhai kalian biar diberibadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun; berpegang berpengaruh dengan agama Allah Subhanahu wata’ala tiruananya (bersatu) dan tidak berceraiberai; serta biar menasihati orang yang Allah sudah jadikan sebagai penguasa bagi kalian. (Dan Allah) membenci kalian dari menyampaikan (setiap apa yang) dikatakan (kepada kalian), banyak bertanya, dan memmembuang-membuang harta.” (HR. Ahmad dan Muslim)
Hadirin rahimakumullah,
Di dalam hadits yang mulia ini, Nabi Muhammad memdiberitakan bahwa Allah Subhanahu wata’ala meridhai kita untuk mempunyai tiga sifat yang dengannya seseorang akan berbahagia di dunia dan akhirat. Sifat-sifat tersebut adalah: Yang pertama yaitu biar kita memperbaiki kepercayaan dengan memurnikan ibadah spesialuntuk untuk Allah Subhanahu wata’ala dan berlepas diri dari banyak sekali jenis kesyirikan. Ini yaitu kasus pertama yang harus diperhatikan. Sebab, kepercayaan ialah ondasi yang dibangun di atasnya amalan seseorang. Apabila baik akidahnya, akan bernilai sebagai ibadah dan akan bermanfaa amal salehnya. Adapun kalau rusak akidahnya, amalannya tidak bermanfaa dan tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu wata’ala. Oleh lantaran itu, seluruh rasul diperintah untuk mengajak pada perbaikan kepercayaan sebelum hal yang lainnya. Setiap rasul mengatakan,
فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ
“Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Rabb bagimu selain- Nya.” (al-A’raf: 59)
Perkara kedua yang Allah Subhanahu wata’ala ridha terhadap hamba-Nya yaitu biar kaum muslimin bersatu di atas agama-Nya dan meninggalkan perpecahan. Oleh lantaran itu, wajib bagi kita untuk mengikuti jalan yang satu, yaitu jalan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sobat dekatnya. Kita tidak boleh berpecah belah dalam kepercayaan dan ibadah serta dalam hal yang berkaitan dengan hukum-hukum agama. Meskipun tidak dimungkiri bahwa tidak sama dan berselisih yaitu sifat dan susila manusia, namun hal tersebut tidak berarti diperbolehkan. Allah Subhanahu wata’ala sudah mempersembahkan jalan keluar dikala terjadi perselisihan, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Kemudian kalau kalian berlainan pendapat ihwal sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al- Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), kalau kalian benar-benar diberiman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” (an-Nisa: 59)
Maka dari itu, tidakboleh hingga kaum muslimin mempunyai kepercayaan dan ibadah yang tidak sama-beda. Begitu pula tidak boleh masing-masing menetapkan hukum, ini halal dan ini haram dari dirinya sendiri tanpa menurut dalil dan bimbingan ulama.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Perlu diketahui bahwa berpecah belah yaitu sifat orang-orang Yahudi dan Katolik yang kita dihentikan untuk  mengikuti jalan mereka sebagaimana tersebut dalam firman Allah Subhanahu wata’ala,
وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ
“Dan tidaklah berpecah belah orangorang yang dihadirkan al-kitab kepada mereka (Yahudi dan Nasrani) melainkan sehabis hadir kepada mereka bukti yang nyata.” (al-Bayyinah: 4)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan tidakbolehlah engkau ibarat orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sehabis hadir keterangan yang terperinci kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang menerima siksa yang berat.” (Ali-Imran: 105)
Dari ayat tersebut kita juga memahami bahwa perpecahan bukanlah rahmat. Justru perpecahan yaitu azab dan akan membuat kaum muslimin saling bermusuhan. Perpecahan akan mencegah kaum muslimin untuk saling menolong dalam kebaikan.
Oleh lantaran itu, yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin biar menjadi umat yang satu, yaitu dengan
kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah serta mengikuti jalan Rasulullah n, baik dalam akidah, ibadah, muamalah, maupun perselisihan yang terjadi di antara mereka.
Perlu diingat, agama kita yaitu agama yang menjaga persatuan dan kebersamaan dalam banyak permasalahan, mirip dalam bermasyarakat dan bernegara, maupun dalam menjalankan ibadah shalat, haji, berhari raya, dan yang semisalnya.
Karena itu, sungguh memprihatinkan keadaan sebagian kaum muslimin yang berpecah-belah dalam kelompokkelompok tertentu yang masing-masing besar hati dengan kelompoknya serta fanatik buta membela kelompoknya tanpa melihat benar atau salah.
Khutbah Kedua
الْحَمْدُ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ لِيَعْبُدُوْهُ، وَأَبَانَ آيَاتِهِ لِيَعْرِفُوْهُ، وَسَهَّلَ لَهُمْ طَرِيْقَ اْلوُصُوْلِ إِلَيْهِ لِيَصِلُوْهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَإِمَامَنَا وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِاْلهُدَى وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Adapun kasus ketiga yang Allah Subhanahu wata’ala ridha untuk kita menjalankannya yaitu menegakkan pesan tersirat terhadap penguasa dengan menaatinya, mendoakan kebaikan untuknya ataupun memmenolongnya untuk kebaikannya dan kebaikan masyarakatnya. Penguasa yang dimaksud yaitu penguasa muslim yang sah yang memimpin suatu negeri dan mempunyai wilayah serta kekuatan, baik dia menjadi penguasa dengan cara dipilih maupun cara yang lainnya. Allah Subhanahu wata’ala ridha kepada kaum muslimin untuk menaati pemerintah dalam kasus yang ma’ruf serta untuk tidak melanggar aturan yang sudah diputuskannya selama tidak berperihalan dengan syariat Allah Subhanahu wata’ala.
Begitu pula orang-orang yang mengemban amanat atau kiprah dari penguasa, mirip para pegawai pemerintahan atau yang semisalnya, wajib
bagi mereka untuk menjalankan kiprah tersebut dengan sebaik-baiknya. Tidakboleh baginya untuk memanfaatkan kiprah yang diembannya sebagai peluang untuk mengeruk laba langsung atau orang-orang dekatnya sehingga berlaku tidak adil dan merugikan masyarakat secara umum.
Hadirin rahimakumullah,
Perlu diingat pula bahwa adanya seorang pemimpin muslim bagi suatu masyarakat yaitu karunia Allah Subhanahu wata’ala yang sangat besar. Tidak sanggup dibayangkan apa yang akan terjadi apabila suatu negara tidak ada pemimpinnya. Tentu kekacauan, rasa tidak aman, dan ketakutan akan
menyelimuti negeri tersebut. Namun, tentu saja seorang pemimpin tidak akan menjadi alasannya kebaikan dikala masyarakat tidak mau menaatinya dan menghormatinya. Maka dari itu, sungguh hal ini ialah prinsip-prinsip yang sangat penting untuk dipahami dan diamalkan.
Demikianlah yang disebutkan dalam hadits yang mulia ini. Kandungannya akan menhadirkan kebaikan yang besar kalau kaum muslimin mengamalkannya dalam kehidupannya.
 Rabb  yang sudah mengutus kepada kita sebaik KUMPULAN KHUTBAH JUM'AT LENGKAP DENGAN AYAT

0 Response to "Kumpulan Khutbah Jum'at Lengkap Dengan Ayat"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel