Contoh Anjuran Anak Pgmi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan ialah cuilan integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak sanggup dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya insan yang berkarakter dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan berbarengan.
Suatu rumusan wacana istilah “pendidikan” yakni sebagai diberikut : “ Pendidikan yakni perjuangan sadar untuk menyiapkan akseptor didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau tes bagi peranannya di masa yang akan hadir” (UUR.I. No. 2 Tahun 1989, Bab I, Pasal 1) (Hamalik, 2011:2).
Jadi sanggup disimpulkan bahwa pendidikan yakni perjuangan sadar yang dilakukan untuk menyiapkan akseptor didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan tes yang diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya menusia yang berkarakter dimasa yang akan hadir.
Pembelajaran kooperatif yakni konsep yang lebih luas meliputi tiruana jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan kiprah dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan info yang dirancang untuk memmenolong akseptor didik menuntaskan kasus yang dimaksud. Guru biasanya menerapkan bentuk ujian tertentu pada selesai kiprah (Suprijono, 2013: 54-55)
Davidson dalam Miftahul Huda (2013:30) mengemukakan bahwa kooperatif berarti to work or act together or jointly, and strive to produce an effect (bekerja sama dan berusaha menghasilkan suatu dampak tertentu). Sedangkan Jhonson dan Jhonson beropini bahwa pembelajaran kooperatif berarti working together to accomplish shared goals (bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama). Dalam suasana kooperatif, setiap anggota sama-sama berusaha mencapai hasil yang nantinya sanggup dirasakan oleh tiruana anggota kelompok. Dalam konteks pengajaran, pembelajaran kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain.
Jadi pembelajaran kooperatif yakni tiruana jenis kerja kelompok yang dimana tiruana anggota kelompok saling bekerja sama dan berusaha untuk mencapai tujuan tertentu yang diarahkan atau dipimpin oleh guru.
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1990). Metode ini sanggup dipakai dalam tiruana mata pelajaran dan untuk tiruana tingkatan usia akseptor didik. Metode TS-TS ialah sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan biar siswa sanggup saling bekerja sama, bertanggung jawaban, saling memmenolong memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013:207).
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang sanggup dipakai pada tiruana mata pelajaran dan tiruana tingkat usia akseptor didik yang bertujuan biar akseptor didik sanggup saling bekerja sama, bertanggung jawaban, saling memmenolong, saling menyebarkan pengalaman, dan melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik.
Pada ketika peneliti melaksanakan observasi di sekolah MI Al Muslimin kecamatan Cikarang kabupaten Bekasi, kebanyakan setiap guru melaksanakan proses pembelajaran dengan memakai metode ceramah dan tanya jawaban, sehingga para akseptor didik kebanyakan mendapat nilai belum mencapai KKM.
Hal yang menyerupai ini sanggup menghambat pengetahuan siswa alasannya yakni dalam proses berguru akseptor didik spesialuntuk mendengarkan dan terus saja mendengarkan tanpa ada yang dilakukan oleh akseptor didik, sehingga materi pelajaranpun tak sanggup diterima oleh akseptor didik. Dan kesudahannya pada ketika guru melaksanakan penilaian para akseptor didik banyak mencontek dari kawannya dan mengakibatkan nilai mereka menjadi kurang memuaskan.
Peneliti memperhatikan para akseptor didik ingin terlaksannya pembelajaran yang aktif (giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau belajar dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang). Disini peneliti mencoba untuk merubah cara berguru akseptor didik biar akseptor didik menjadi aktif dalam melaksanakan proses belajar.
Dari latar belakang di atas peneliti terdorong untuk megambil serius penelitian dengan judul “Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray Pada Mata Pelajaran SKI Pokok Bahasan Fathul Mekkah Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas, Pada Siswa Kelas V MI Al Muslimin Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi)”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang kasus diatas, maka sanggup diidentifikasi masalahnya sebagai diberikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran SKI dengan memakai metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V?
2. Bagaimana acara siswa terhadap pembelajaran SKI dengan memakai metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan kasus di atas, maka tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui:
1. Proses pembelajaran SKI dengan memakai metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V.
2. Aktivitas siswa terhadap pembelajaran SKI dengan memakai metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah.
Berdasarkan tujuan diatas, maka kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan pengetahuan dan pengalaman wacana penelitian dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
2. Bagi Siswa
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah:
a. Sebagai wahana gres dalam proses meningkatkan pemahaman berguru siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
b. Meningkatkan minat berguru siswa.
c. meningkatkan acara berguru siswa.
3. Bagi Guru
Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah:
a. Sebagai materi pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran dengan tujuan biar sanggup meningkatkan aktivitas belajar siswa.
b. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
c. Meningkatkan pemahaman wacana proses pembelajaran.
d. Meningkatkan kualitas kinerja guru.
4. Bagi Sekolah
Memdiberikan donasi yang sangat berarti dalam rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada sekolah MI Al-Muslimin khususnya.
D. Kerangka Pemikiran
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir ialah model konseptual wacana bagaimana teori berafiliasi dengan banyak sekali faktor yang sudah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan membuktikan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Makara secara teoritis perlu dijelaskan kekerabatan antar variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigma penelitian. Oleh alasannya yakni itu pada setiap penyusunan paragdigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir (Sugiyono, 2012:91).
1. Pengertian metode pembelajaran
Metode sanggup diartikan sebagai jalan atau cara yang dipakai untuk mencapai sesuatu (tujuan). Istilah metode berasal dari bahasa Inggris “method” yang artinya cara atau jalan yang artinya cara atau jalan. Menurut Arifin (1991 : 61), dari segi bahasa, metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah “thoriqot (طريقة)” atau “uslub (اسلوب)”, dan manhaj (منهج) walaupun istilah pertama yang paling banyak digunakan, baik dalam bahasa verbal maupun tulisan.
Metode pembelajaran sanggup diartikan sebagai cara atau langkah yang ditempuh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan. Sobry Sutikno (2008 : 84) menyampaikan bahwa metode pembelajaran yakni cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik biar terjadi proses berguru pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan. Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa metode pembelajaran berdasarkan Slameto (2003 : 82) mempunyai arti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan berguru yaitu mendapat pengetahuan, sikap, kecakapan, dan keterampilan. Singkatnya metode pembelajaran yakni cara guru membelajarkan anakdidik.
Metode pembelajaran ialah satu komponen yang sangat penting untuk diperhatikan, dikuasai dan diterapkan guru dalam setiap pembelajaran. Kekurang-pahaman guru terhadap metode dan kekeliruan menggunakannya, akan berdampak negatif terhadap proses pembelajaran yang dilakukannya. Sehebat apapun penguasaan guru terhadap materi, kalaui metode yang dipakai tidak tepat, maka proses pembelajaran akan kurang bermakna. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006:74-76), metode pembelajaran mempunyai tiga kedudukan, yaitu sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai taktik pembelajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode harus diadaptasi dengan tujuan, materi pelajaran, waktu yang tersedia, keadaan anakdidik, dan sebagainya (Cecep,2013:71).
2. Pengertian Two Stay Two Stray
Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1990). Metode ini sanggup dipakai dalam tiruana mata pelajaran dan untuk tiruana tingkatan usia akseptor didik. Metode TS-TS ialah sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan biar siswa sanggup saling bekerja sama, bertanggung jawaban, saling memmenolong memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk bersosialisasi dengan baik (Huda, 2013:207).
3. Aktivitas Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan acara berasal dari kata kerja akademik aktif yang berarti giat, rajin, selalu berusaha bekerja atau berguru dengan sungguh-sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 12). Pengertian lain dikemukakan oleh Wijaya yaitu “Keterlibatan intelektual dan emosional siswa dalam kegiatan berguru mengajar, asimilasi (menyerap) dan kemudahan (menyesuaikan) kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman eksklusif dalam pembentukan perilaku dan nilai” (Wijaya, 2007: 12).
4. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Pemahaman terkena sejarah kebudayaan Islam baik dari sisi konsep dan komponennya menjadi prasyarat mutlak bagi guru mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Pemahaman yang memadai wacana sejarah tersebut sangat dibutuhkan sebelum seorang guru mengajarkannya kepada siswa diruang belajar. Guru tidak akan mempunyai kapasitas yang besar untuk mengolah mata pelajaran tersebut dan membelajarkannya dikelas dengan baik. Dia bisa mengemas pembelajaran SKI dengan cara yang menarikdanunik dan menyajikannya dengan sempurna sesuai dengan karakteristik mata pelajaran itu dan kebutuhan serta kondisi siswa. Guru cukup mempersiapkan bahan-bahan yang berupa sejarah kebudayaan Islam dan membiarkan atau lebih tepatnya membimbing siswanya untuk membangun sendiri wawasan dan kesadaran sejarahnya.
melaluiataubersamaini wawasan dan kesadaran sejarah yang sesuai dengan zamannya, kiprah guru untuk membimbing siswanya mempunyai kesadaran sejarah akan jauh lebih gampang. Pelajaran sejarah yang selama ini terkesan membosankan dan merepotkan (tedious ordeal) bisa dirubah oleh guru menjadi pelajaran yang sangat senang dan menghibur (fun and entertaining) kalau wawasan dan kesadaran sejarah dimiliki oleh guru. Belajar sejarah yakni mempelajari masa kemudian tapi bukan untuk masa lalu; berguru sejarah yakni untuk masa sekarang dan masa depan. Oleh alasannya yakni itu, sama pentingnya dengan berguru ilmu pengetauan lainnya (Hanafi, 2009:1).
Sebelum membuktikan pengertian sejarah kebudayaan Islam, ada baiknya terlebih lampau memahami konsep umum sejarah. Kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu kata syajarah dan syajara. Syajarah berarti pohon, sesuatu yang mempunyai akar, batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah.
Sebagai pohon, sejarah, yang sering dipahami sebagai dongeng masa lalu, mempunyai akar yang menjadi asal-muasal insiden atau sumber insiden yang begitu penting hingga dikenal sepanjang waktu.
Dari segi terminologis, sejarah berarti ilmu yang mempelajari dan menerjemahkan info dari laporan dan catatan yang dibentuk oleh orang perorang, keluarga, dan komunitas tertentu. Pengetahuan terkena sejarah melingkupi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah silam serta pengetahuan akan cara berpikir sejarah (historis) (Hanafi, 2009:5).
E. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang akan dipakai pada penelitian ini yakni penelitian tindakan kelas (PTK). Suharsimi, Arikunto (2006:2-3) dalam iskandar (2012:20) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) ialah suatu pencermatan terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Hopkins (1993) dalam Wiraatmadja (2007:11) mengartikan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk memmenolong seseorang dalam mengatasi secara simpel problem yang dihadapi dalam situasi darurat dan memmenolong pencapaian tujuan ilmu sosial dan ilmu pendidikan dengan kerjasama dalam kerangka budbahasa yang disahkan bersama. Hopkins (1993) dalam Wiraatmadja (2007:12) Penelitian Tindakan Kelas yakni kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dalam melaksanakan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka terkena hasil dari tindakan-tindakan tersebut.
Kunandar, (2008) penelitian Tindakan Kelas (Action Research) ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh Guru atau bahu-membahu dengan orang lain (Kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki/meningkatkan Mutu Proses Pembelajaran di kelasnya (Iskandar, 2012:21).
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dari peneliti yakni siswa kelas V di MI Al Muslimin. Siswa kelas V berjumlah 43 orang yang terdiri dari 20 orang wanita dan 23 orang laki-laki. Akan tetapi peneliti spesialuntuk mengambil 40 orang siswa dikarenakan jumlah kelompok terdiri dari 4 orang siswa.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di MI Al Muslimin yang berkecamatan di Cikarang Utara kabupaten Bekasi Jawa Barat.
4. Desain Penelitian
sepertiyang sudah dijelaskan sebelumnya Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang. Yang meliputi beberapa aspek empat langkah sebagai diberikut: (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting),
(1) Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan ialah yang membuktikan apa, mengapa, kapan dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan itu dilakukan. Perencanaan tindakan pada siklus pertama harus berdasarkan pada identifikasi kasus yang dilakukan pada tahap pra Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
(2) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini ialah implementasi (pelaksanaan) dari tiruana planning tindakan yang sudah dibuat. Pelaksanaan tindakan dalam siklus pertama ini, yang berlangsung di dalam kelas, yakni realisasi dari segala teori pendidikan dan metode mengajar yang sudah disiapkan sebelumnya.
(3) Pengamatan atau Observasi Tindakan (action observation)
Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data yang dikumpulkan pada tahap ini meliputi wacana pelaksanaan tindakan dan planning yang sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional yang dikumpulkan dengan alat menolong instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti.
(4) Refleksi
Tahapan ini ialah tahapan untuk mengkaji dan memproses data yang didapat ketika dilakukan pengamatan/observasi tindakan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini dimungkinkan untuk melibatkan orang luar sebagai kolaborator, menyerupai halnya pada ketika observasi. Keterlibatan kolaborator sekedar untuk memmenolong peneliti untuk sanggup lebih tajam melaksanakan refleksi dan penilaian (Iskandar, 2012:15-19).
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik observasi
Observasi yakni suatu metode yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan samasukan pengamatan. Observasi sebagai alat penilaian banyak dipakai untuk menilai tingkah laris siswa baik dalam situasi yang bergotong-royong maupun dalam situasi buatan. Observasi sanggup menilai atau mengukur proses dan hasil belajar, menyerupai tingkah laris siswa pada ketika guru sedang memberikan pelajaran di kelas, pada ketika istirahat, pada ketika shalat berjamaah, ceramah keagamaan, upacara bendera dan lain-lain. (Tuti Hayati: 2013: 77).
Observasi penelitian yang dilakukan di MI Al-Muslimin bertujuan untuk mendapat data secara simpel akan sanggup diamati meliputi kondisi adil dan melihat realita tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray serta acara siswa pada Mata Pelajaran SKI.
b. Teknik wawancara
Wawancara yakni suatu cara yang dilakukan untuk mendapat info melalui tanya balasan secara verbal sepihak. Sepihak alasannya yakni responden atau siswa tidak didiberi peluang sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. Wawancara sebagai alat penilaian sanggup dipakai untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan, dan lain-lain. (Tuti Hayati: 2013: 80).
Wawancara ini dipakai untuk mengetahui kondisi adil wacana kedua variabel yang diteliti. Tujuan wawancara ini yakni untuk mendapat info yang berafiliasi dengan sumber data yang diharapkan dalam penelitian baik terkena data-data penelitian, proses pembelajaran, mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan acara berguru siswa di MI Al-Muslimin Kec. Cikarang Kab. Bekasi.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini yakni sebagai diberikut:
Untuk menjawaban rumusan masalah no 1, yaitu untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran SKI dengan memakai metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada pokok bahasan Fathul Mekkah di MI Al-Muslimin kelas V, maka metode analisis data yang peneliti gunakan yakni wawancara. digunakan paparan sederhana dari hasil observasi yaitu dengan menceklist (√) pada kolom “Ya” atau “Tidak”.
No | Pertanyaan | Jawaban | Keterangan | |
Ya | Tidak | |||
1 | Apakan engkau senang dengan pembelajaran SKI? | Baca Juga | | |
2 | Apakan engkau mengerti dengan materi yang dijelaskan oleh kawanmu? | | | |
3 | Apakah engkau mengalami kesusahan pada ketika mengikuti pembelajaran SKI? | | | |
4 | Apakah gurumu bercerita perihal materi yang sedang dipelajari? | | | |
5 | Apakah engkau didiberi peluang oleh gurumu untuk mempersembahkan pertanyaan? | | | |
6 | Apakah engkau didiberi peluang untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh kawanmu? | | | |
7 | Apakah engkau sanggup kompak dalam kelompokmu? | | | |
8 | Pernahkan gurumu membimbing siswanya yang mengalami kesusahan dalam berguru SKI? | | | |
9 | Apakah engkau memahami materi pelajaran setelah melaksanakan percobaan? | | | |
10 | Apakah setelah mempelajari pembelajaran SKI engkau mendapat manfaat? | | | |
Bandung, .......................2014
Siswa Peneliti
(...........................) (...........................)
Sumber : Nana Sudjana (1990:70) yang dikutip oleh Tuti Hayati (2013:81).
Untuk menjawaban soal no 2, untuk mengetahui adanya peningkatan acara berguru siswa dengan melalui metode pembelajaran Two Stay Two Stray pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pokok bahasan Fathul Mekkah dipakai paparan sederhana dari hasil observasi yaitu dengan menceklist (√) pada masing-masing tahapan/kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa pada ketika proses pembelajaran. Poin 1 untuk kegiatan yang terlaksana/meningkat dan poin 0 untuk kegiatan yang tidak terlaksana.
no | Nama Siswa | No item soal | Skor | |||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | | ||
1 | | | | | | | | | | | | |
2 | | | | | | | | | | | | |
3 | | | | | | | | | | | | |
4 | | | | | | | | | | | | |
5 | | | | | | | | | | | | |
Indikator Item
1. Memdiberikan info kepada kawan
2. Bertanya kepada guru atau siswa lain.
3. Mengajukan pendapat atau komentar kepada guru atau siswa lain.
4. Memmenolong mengklarifikasi siswa lain yang belum paham materi
5. Memdiberikan gagasan gres kepada kawan.
6. Mengerjakan kiprah yang sudah didiberikan.
7. Bekerja sama dengan siswa lain.
8. Ada perjuangan dan motivasi untuk mempelajari materi pelajaran yang didiberikan guru.
9. Menjawaban pertanyaan guru pada selesai pelajaran.
10. Dapat menyimpulkan materi.
Adapun untuk menghitungnya dengan memakai rumus sebagai diberikut:
Skor = X 100%
(Susilawati, 2012: 95)
Adapun langkah-langkah yakni sebagai diberikut:
Ø Menghitung jumlah skor acara siswa yang sudah diperoleh.
Ø Mengubah jumlah skor yang diperoleh menjadi nilai persentase dengan rumus:
NP= |
Keterangan:
NP = Nilai persen acara yang dicari/yang dicapai
R = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Skor terbaik ideal
100 = Bilangan tetap
Ø Menginterpretasikan presentase yang diperoleh ke dalam kriteria keterlaksanaan sebagai diberikut:
No | Presentase Keterlaksanaan | Kategori |
1 | 0 – 24 | Kurang aktif |
2 | 25 – 49 | Cukup Aktif |
3 | 50 – 74 | Aktif |
4 | 74 – 100 | Sangat Aktif |
(Arizal G.R 2013 : 15)
Daftar Pustaka
Anwar, Cecep, (2013), Pembelajaran Alquran Hadits di Madrasah Ibtidaiyah, tidak diterbitkan.
Hamalik, Oemar, 2011, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Hanafi, M, 2009, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia.
Huda, Miftahul, (2013), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Huda, Miftahul, (2013), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Iskandar, (2012), Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Referensi.
Ramadhan, Arizal Ganjar, (2013), Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation Untuk Menungkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Ips Pada Pokok Bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia, Skripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung.
Sugiyono, (2012), Metode Penelitain Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta
Suprijono, Agus, 2013, Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Susilawati, Wati, 2012, Pendidikan Matematika I PGMI, Bandung: tidak diterbitkan.
Hayati, Tuti, (2013), Evaluasi Pembelajaran, Bandung: CV. Insani Mandiri.
0 Response to "Contoh Anjuran Anak Pgmi"
Posting Komentar