Makalah Kepribadian Teori Faktor Analisis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepribadian ialah suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari aneka macam macam kategori, Trait yakni sebuah kecenderungan reaksi yang relative permguant yang ialah penggalan dari kepribadian. Cattell beropini juga bahwa trait ialah mental structure, yaitu suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laris yang sanggup diamati, untuk menandakan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku.Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian, yaitu :
- Common Traits and Unique Traits
- Surface Traits and Source Traits
- Ability Traits, Temperament Traits
- Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
- States, roles, dan set
- Konflik dan Penyesuaian
- Dinamic Lattice
Memusatkan perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan akrab mereka. Cattell mempersembahkan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laris yang bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural sanggup dipandang sebagai faktor determinan yang mensugesti tingkah laris (kepribadian). Dalam hal ini Cattell memakai istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan kepribadian untuk individu.
psikologi kepribadian Islam mempunyai arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena sikap insan dari sudut pandang psikologis, alasannya satu-satunya wacana yang eksis spesialuntuklah Islam, sementara psikologi disini spesialuntuk satu pendekatan studi dalam studi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori faktor analisis?
2. Sebutkan hakikat dari kepribadian !
3. Sebutkan bagian-bagian dari perkembangan kepribadian !
4. Apa yang dimaksud dengan konteks sosial ?
5. Apa yang dimaksud dengan psikopatologi ?
6. Apa Isu penting dalam psikologi kepribadian ?
7. Apa yang dimaksud assesment ?
8. Bagaimana insan berdasarkan pandangan islam ?
9. Apa definisi kepribadian islam ?
10. Apa yang dimaksud struktur kepribadian islam ?
11. Apa yang dimaksud dengan dinamika kepribadian islam ?
12. Apa yang dimaksud tipologi kepribadian islam ?
Baca Juga
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini yakni untuk :
1. Mengetahui teori faktor analisis .
2. Mengetahui hakikat dari kepribadian
3. Mengetahui bagian-bagian dari perkembangan kepribadian
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan konteks social
5. Mengetahui apa yang dimaksud dengan psikopatologi
6. Mengetahui info penting psikologi kpribadian
7. Mengetahui assessmentManusia Menurut Pandangan Islam
8. Mengetahui insan berdasarkan pandangan islam
9. Mengetahui definisi kepribadian islam
10. Mengetahui struktur kepribadian islam
11. Mengetahui dinamika kepribadian islam
12. Mengetahui tipologi kepribadian islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. TEORI KEPRIBADIAN ANALISIS FAKTOR RAYMOND BERNARD CATTELL
A. Teori Faktor Analisis
Raymond Bernard Cattell lahir di Staffordshire, inggris pada tahun 1905 dan menuntaskan pendidikan di inggris. Ia mendapatkan gelar B.Sc dari Universitas London pada tahun 1924 dalam bidang kimia, dan P.Hd dalam bidang psikologi dibawah bimbingan Spearmandi institut yang sama pada tahun 1929.
Tujuan Cattell dalam mempelajari kepribadian yakni memperkirakan perilaku. Subjek penelitian Cattell yakni orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari, bukan obati atau rawat.
Cattell mengajukan sebuah mekanisme statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah metode statistik yang berdasar pada hubungan antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum. Jika hubungan di antara kedua variabel tinggi, maka ada aspek-aspek yang mungkin sama dalam menimbulkan suatu tingkah laris atau kepribadian. Misalnya, kita berasumsi bahwa ‘rasa bersalah’ dengan ‘introvert’ menjadi subjek pengukuran dalam analisis faktor dan menyampaikan hubungan yang tinggi di antara keduanya. Maka, kita sanggup menyimpulkan bahwa antara rasa bersalah dengan sikap intorvert mempunyai faktor umum yang menimbulkan seorang individu mempunyai kepribadian tersebut.
Cattell menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.
B. Hakikat Kepribadian
- Makna Kepribadian
Cattell percaya bahwa kita tidak sanggup menentukan suatu kepribadian sampai kita bisa menentukan seluruh konsep yang akan digunakan dalam suatu sikap (trait). Untuk itu, Cattell mengemukakan pendapatnya terkena kepribadian, yaitu : “Personality is that which permits a prediction of what a person will do in a given situation” Maksudnya adalah, kepribadian seseorangmampu memprediksi sikap yang akan dilakukannya dalam situasi tertentu. Kepribadian yang dimaksud Cattell serius dengan seluruh bentuk perilaku, baik luar dan dalam.
Berdasarkan definisi tersebut, Cattell beropini bahwa tujuan penelitian psikologi terkena kepribadian yakni memutuskan hukum-hukum terkena apa yang akan dilakukan orang dalam aneka macam situasi. Kaprikornus kepribadian yakni duduk masalah terkena segala kegiatan individu, baik yang tampak maupun tidak tampak.
- Traits
Cattel beropini bahwa kepribadian ialah suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari aneka macam macam kategori, Trait yakni sebuah kecenderungan reaksi yang relative permguant yang ialah penggalan dari kepribadian. Cattell beropini juga bahwa trait ialah mental structure, yaitu suatu kesimpulan yang diambil dari tingkah laris yang sanggup diamati, untuk menandakan keajegan dan ketepatan dalam tingkah laku. Melalui analisis factor, Cattell mengklasifikasikan beberapa trait dalam beberapa bagian, yaitu :
a. Common Traits and Unique Traits
Common trait yakni suatu sifat atau karakter yang dimiliki oleh setiap orang dan dibedakan dalam bentuk tingkatan. Intelligence, keterbukaan, supel, ialah pola dari common trait. Setiap orang mempunyai trait ini, tetapi beberapa orang memilikinya dengan tingkatan yang lebih baik dari yang lain.
Sedangkan, unique trait ialah suatu sifat atau karakter yang tidak dimiliki orang lain (dimiliki oleh sedikit individu) dimana sifat tersebut menimbulkan suatu individu menjadi unik. Unique traits lebih kepada ketertarikan individu terhadap sesuatu. contohnya ada individu yang menyukai laba-laba, sedangkan individu yang lainnya malah tidak menyukai laba-laba dan menyukai serangga lainnya.
b. Surface Traits and Source Traits
Surface traits (sifat-sifat/karakteristik permukaan) yakni kelompok variabel yang nampak, yang sanggup dilihat oleh orang lain, dan ialah karakter kepribadian yang terdiri dari banyak elemen-elemen yang menyusunnya secara konstan. Misalnya, kita sanggup menyimpulkan trait cheerfulness yang dimiliki seorang perempuan ketika kita secara berulang-ulang mengobservasi perempuan yang senang memdiberi semangat kepada orang lain, membuat nyaman orang lain, dll.
Sedangkan source traits (sifat-sifat/karakteristik asal) yakni variabel-variabel yang mendasari tingkah laris yang nampak, tetapi spesialuntuk sanggup diketahui dengan melalui metode analisis faktor dan ialah salah satu unit atau struktur dari trait yang memengaruhi setiap sikap individu. Source traits ialah trait yang penting lantaran source traits ialah unit dari karakter-karakter yang membangun surface traits. Berdasarkan asalnya, source trait sanggup diklasifikasikan lagi menjadi :
ü Constitutional traits ; karakter yang ada disebabkan oleh kondisi biologis. Misalnya seorang yang mabuk sanggup berperilaku ceroboh, berbicara ngawur, dll
ü Environment-mold traits ; karakter yang didapatkan lantaran faktor lingkungan melalui proses pembelajaran. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai militer menyampaikan sikap yang tidak sama dengan seseorang yang bekerja sebagai musisi jazz
- Ability Traits, Temperament Traits
Ability traits yaitu sifat yang menentukan seberapa bisa seseorang sanggup bekerja demi sebuah tujuan. Intelligence juga ialah salah satu pola dari ability traits ini, contohnya dengan tingkat intelijensi seseorang kita sanggup memperkirakan seberapa keras seseorang itu bisa mencapai tujuannya (misalnya nilai).Selain itu, yang disebut dengan temperament traits yaitu sifat yang sanggup menggambarkan emosi dari seseorang secara umum. Sifat ini mencakup cara individu bertingkah laris dan merespon suatu situasi. Misalnya, ketenangan, kegugupan, santai, keberanian, dll.
- Dynamic Traits (sifat-sifat yang dinamis)
Dynamic traits ialah sifat atau karakter yang mengendalikan tingkah laris seseorang dan juga berperan dalam emosi, keinginan, maupun ketertarikan seseorang dalam suatu hal. Cattell membagi tiga jenis dynamic traits yang pokok, yaitu attitude, ergs, dan sentiment. Ergs berafiliasi dengan drive dasar atau drive biologis; sentiment diperoleh dari struktur attitude. Ketiga jenis dynamic traits saling berafiliasi didalam dynamic lattice, dan peranannya didalam konflik dan adjusment.
1. Attitude (Sikap)
Attitude yakni konsep wacana tingkah laris spesifik sebagai respon terhadap suatu situasi tertentu. Sikap tidak perlu diungkapkan secara verbal. Cattel mengukur sikap dengan metode yang bervariasi. Misalnya, pria yang menyukai seorang perempuan mungkin akan meningkat tekanan darahnya atau detak jantungnya kalau melihat perempuan yang disukainya. Sikap kemudian berperan sebagai motivator tingkah laris yang termasuk environmental-mold source traits.
2. Ergs
Egrs Adalah dorongan atau motivasi dasar bawaan yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuannya. Erg berupa dorongan primer yang dimiliki semenjak lahir, menyerupai lapar, haus, dll. Erg sering disebut sebagai konsep diri. Misalnya, erg of fear akan membuat seseorang membuatkan kewaspadaannya terhadap sesuatu yang membahayakannya.
Cattell memutuskan 10 erg yang disusun berdasarkan penelitian analisis faktornya, yaitu :










3. Sentiment
Sentimen yakni pola terstruktur dari sikap yang memperoleh energi dari erg dan dibuat melalui hasil belajar. Termasuk environmental-mold source traits lantaran dampak lingkungan berkontribusi besar dalam pembentukan kepribadian. Sentimen ialah sumber motivasi yang penting lantaran kecenderungannya mengorganisir diri di sekitar institusi sosial yang menonjol (seperti karir, agama) atau di sekitar orang yang penting (orang tua, pasangan)
- Dinamic Lattice
Pada umumnya, sikap ialah subsider bagi sentimen, dan sentimen bagi erg, yang menjadi kekuatan pendorong dalam kepribadian, macam keterhubungan ini ditetapkan dalam dynamic lattice.
- Konflik dan Penyesuaian
Cattell menandakan bahwa untuk mengetahui konflik dari kecenderungan tingkah lakuindividu, yakni dengan cara spesifikasi equasi yang melibatkan sifat-sifat dinamis individu, menyerupai erg dan sentimen dalam suatu kegiatan. misal seorang pria yang berminat untuk kawin. melaluiataubersamaini memakai spesifikasi equasi, dapat digambarkan sebagai diberikut :
I Marry = 0.2 E (Curiosity) + 0.6 E (sex) + 0.4 E (gregariousness) + 0.3 E (fear) + 0.3 M (parents) – 0.4 M (career) + 0.5 (self).
E = egr
M = sentiment
- States, roles, dan set
Pola-pola tertentu dalam maju mundurnya kepribadian dipengaruhi juga oleh faktor-faktor : mood states change (perubahansuasana hati), a person steosinto out a particular role (tahapan perubahan peranan individu), dan momentary mental sets (set mental sesaat) yang diadaptasi dengan aspek-aspek lingkungan.
Semua faktor tersebut mensugesti tingkah laku, oleh lantaran itufaktor tersebut harus dilibatkan dalam spesifikasi equasi. melaluiataubersamaini demikian untuk menerangkan prilaku (behavior) individu melalui spesifikasi equasi yakni sebagai diberikut:
B = a (abiliy) + T (temperament) + e (egr) + es (sentoment) + st (state) + r (role) + s (set)
C. Perkembangan Kepribadian
Menurut Raymond Cattell, perkembangan kepribadian insan dibagi menjadi empat berdasarkan factor penyebabnya, yaitu:
- Tahapan Perkembangan
- Infancy
Masa infancy dimulai semenjak lahir sampai umur 6 tahun (0-6 tahun). Menurut Cattell, pada usia 0-6 tahun ialah periode terpenting dalam perkembangan kepribadian. Pada tahap ini, anak sangat dipengaruhi oleh orang renta dan saudara-saudara di sekitarnya, dan melalui pengalaman bagaimana anak memperoleh makanan dan pengalaman bagaimana anak menjalani proses toilet training. Cattel bukanlah seorang pengikut Freud, tetapi ia sepakat dengan ide Freud yang menyampaikan bahwa tahun-tahun di pertama kehidupan sangat penting dalam membentuk kepribadian, termasuk kasus oral dan anal yang sanggup memengaruhi pembentukan kepribadian.
Beberapa sikap sosial terbentuk dari:




- Childhood
Masa kanak-kanak (childhood) dimulai semenjak umur 6-14 tahun. Tahap ini sering disebut periode konsolidasi dikarenakan pada masa ini spesialuntuk sedikit saja kasus psikologis yang dialami, tidak sekritis pada masa sebelumnya. Tahapan ini ditandai dengan dimulainya kemandirian dan ingin bebas dari orang tuanya seiring meningkatnya identifikasi dengan kelompok sosial atau perkawanan.
- Adolescence
Tahap kanak-kanak diikuti oleh tahap perkembangan kepribadian yang bermasalah dan penuh dengan tekanan (stressful), yaitu tahap remaja di antara 14-23 tahun. Gangguan mood dan pelanggaran meningkat pada periode ini. Konflik yang dialami pada umumnya seputar kemandirian, jati diri, dan seks.
- Maturity
Pada tahap sampaumur pertama, 23-50 tahun, pada umumnya ialah periode kepuasan dan produktivitas karir individu, pernikahan, dan keluarga. Perkembangan kepribadian menjadi lebih stabil daripada tahap sebelumnya, begitu pula secara emosional. Tidak banyak perubahan minat dan sikap selama tahap ini.
- Late Maturity
Pada tahap sampaumur simpulan ini (50-65 tahun) mencakup perkembangan kepribadian dalam merespon perubahan fisik, sosial, dan psikologis. Secara fisik, terjadi penurunan setelah umur 50 tahun. Biasanya pada tahap ini, individu menilai kembali jati dirinya selama ini dan mencoba memperbaikinya untuk menjadi pribadi baru.
- Old Age
Masa ini dimulai pada usia 65 tahun ke atas. Penyesuaian diri terhadap kehilangan orang-orang terdekat seiring dengan aspek religiusitas yang semakin meningkat, pensiun kerja, kesepian yang mendalam, dan perasaan tidak kondusif yakni konflik utama pada masa ini. Individu pada masa ini biasanya sering membicarakan kembali masa-masa yang sudah dilaluinya. Bahkan terkadang, cara pikir individu pada masa ini terlihat menyerupai masa kanak-kanak.
- Nature vs Nurture
Di antara pakar kepribadian, Cattell ialah tokoh dengan perhatian besar terhadap dampak relative dari keturunan dan lingkungan dalam pembentukan kepribadian. Salah satu metode yang dilakukan Cattell yakni MAVA (Multiple Abstract Variance Analysis). Cattell membandingkan persamaan antara orang kembar yang diasuh di satu keluarga, orang kembar yang diasuh keluarga tidak sama, saudara kandung tidak kembar yang diasuh di satu keluarga, dan saudara kandung tidak kembar yang diasuh keluarga tidak sama.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu seberapa besar perbedaan trait yang dipengaruhi lingkungan dan keturunan. Berdasarkan hasil penelitian, Cattell menyampaikan pentingnya tugas keturunan pada beberapa trait. Misalnya, data penelitian menyampaikan dampak keturunan terhadap kecerdasan ± 80%, malu-malu ±80%,dan kepuasan emosional ±30%.
Salah satu hasil penelitian yang menarikdanunik yakni ditemukannya banyak hubungan negative antara factor keturunan dan lingkungan. Banyak orang renta mengharapkan anak yang cerdas dan mendapatkan pendidikan baik ternyata yang terjadi justru sebaliknya. Dalam hal ini, ada kecenderungan lingkungan memaksa factor keturunan untuk berubah atau menyesuaikan diri. Gejala ini disebt dengan Law of Coercion to Biosocial Mean (Hukum Pemaksaan Rataan Sosial).
Cattell juga menyatakan bahwa 1/3 penggalan kepribadian dipengaruhi oleh keturunan. Sementara 2/3 penggalan kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan.
- Kecemasan
Cattell menekankan pentingnya kecemasan sebagai aspek perkembangan kepribadian individu lantaran ancaman dampaknya terhadap fungsi fisik dan mental. Menurutnya, kecemasan bisa berfungsi ganda, sebagai suatu keadaan ataupun sifat dari kepribadian. Orang mengalami aneka macam tingkat kecemasan sebagai dampak keadaan yang mengancam dan menekan, maka orang itu berada dalam keadaan cemas. Di sisi lain, ada orang yang terus menerus kronis cemas, yang berarti cemas sudah menjadi penggalan dari kepribadiannya. Cattell mengidentifikasi kecemasan ternyata digunakan untuk menggambarkan sekurang-kurangnya lima jenis perasaan lain. Orang yang cemas kronis, perasaan cemasnya menimbulkan ia praktis curiga, khawatir, tidak bisa membentuk konsep diri, tegang, dan kegembiraan berlebihan.
- Learning
Menurut Cattell, ada tiga jenis berguru untuk tujuan pengembangan kepribadian, yaitu :



D. Konteks Sosial
Memusatkan perhatian pada individu dalam interaksi dengan lignkungan akrab mereka. Cattell mempersembahkan tekanan yang memadai pada faktor-faktor pembentuk tingkah laris yang bersifat sosiokultural. Kehidupan sosiokultural sanggup dipandang sebagai faktor determinan yang mensugesti tingkah laris (kepribadian). Dalam hal ini Cattell memakai istilah syntality untuk kelompok (equivalent dengan kepribadian untuk individu.
Ada banyak peranan sosial yang sanggup berperan sebagai sumber yang membentuk atau mensugesti kepribadian namun yang peling penting ialah keluarga. Disamping sumber dampak utama ini, ada pun pranata-pranata lain yang peranannya patut dipertimbangkan, menyerupai pekerjaan, sekolah,kelompok sebaya, agama, partai politk,dan bangsa. Ternyata analisis faktor memainkan peranan yang sama menentukannya dalam mendeskripsikan kepribadian individu.
E. psikopatologi
Psikopatologi yakni studi wacana penyakit mental, tekanan mental, dan abnormal/perilaku maladaptif. Istilah ini paling sering digunakan dalam psikiatri dimana patologi mengacu pada proses penyakit. Psikologi asing yakni istilah yang sama digunakan lebih sering di bidang psikologis non-medis.
Cattell mempercayai bahwa individu yang mengalami penyakit mental, tekanan mental, abnormal/perilaku maladaptif, dll, yakni sama dengan individu normal lainnya. Hanya, pada keadaan tertentu, mereka mempunyai sifat-sifat asing atau sikap maladaptif tersebut.
Cattell mengusulkan dua bentuk psikopatologi, yaitu :


F. Isu Penting Dalam Psikologi Kepribadian
Definisi Cattell terkena kepribadian menyampaikan pandangannya terhadap human nature. Perilaku yang akan diperkirakan harus berlandaskan aturan dan sah. Perkiraan akan susah tanpa keteraturan dan konsistensi pada kepribadian.
- Past vs Present
Apa factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, masa kemudian atau masa kini? Cattell mencatat dalam penelitiannya, seringkali/biasanya pasangan sanggup memprediksi dengan akurat apa yang akan pasangannya lakukan pada suatu situasi tertentu. Hal itu dikarenakan mereka sudah bersama secara konsisten sehingga bisa mempelajari perilaku-perilaku tertentu di masa kemudian yang sanggup memprediksi perilaku-perilaku serupa di masa depan. Namun spontanitas dalam sikap mungkin saja terjadi. Oleh lantaran itu, Cattell menganggap dampak masa kemudian dan masa sekarang sama kuatnya.
- Free will vs Determinism
Apa factor yang lebih dominant yang membentuk kepribadian, kemampuan individu mengontrol perilakunya sendiri dan memahami motivasi dari sikap tersebut (determinism) atau intinya sikap individu ditentukan oleh kekuatan lain yang tidak sanggup dikontrol (free)? Menurut Cattell, individu bisa mengontrol perilakunya sendiri dan memahami motivasi dari sikap tersebut melalui proses belajar. Individu mengetahui sikap apa yang akan ditampilkannya di situasi tertentu dari pembelajaran sikap sebelumnya. Bagi Cattell, spontanitas mempunyai kemungkinan kecil dalam membentuk perilaku.
- Nature vs Nurture
Cattell mendapatkan dampak keturunan dan lingkungan terhadap kepribadian. Namun berdasarkan hasil penelitian yang Cattell lakukan, dampak lingkungan lebih besar membentuk kepribadian dibandingkan dampak keturunan.
- Uniqueness vs Universality
Cattell memandang keduanya sebagai faktor yang seimbang. Menurut Cattell, setiap individu mempunyai keunikan tersendiri. Namun keunikan itu dianggap sebagai hal yang universal lantaran keunikan-keunikan itu umum dan dimiliki setiap insan walaupun keunikan yang dimiliki masing-masing individu yakni tidak sama. Ke-universal-an keunikan inilah yang membuat hal unik diterima pada sebuah kebudayaan.
- Equilibrum vs Growth
Cattell memandang seimbang pada factor keseimbangan dan impian tumbuh kembang. Menurut Cattell, motivasi insan dalam melaksanakan tindakan biasanya didasari oleh kesenangan dan hal lain yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam hidup atau semoga tiruana berjalan sebagaimana mestinya. Namun di samping itu, insan juga mempunyai motivasi yang sama berpengaruh untuk tumbuh dan membuatkan dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.
- Optimisme vs Pessimisme
Pandangan Cattell terhadap human nature menjadi semakin terang lantaran ia mempunyai pengalaman di masa lalunya. Di masa kecilnya, Cattell sangat optimis bahwa kita mempunyai kemampuan untuk menuntaskan kasus di masyarakat. Ia memprediksi bahwa kita akan menerima pengetahuan yang lebih baik dan mengontrol lingkungan kita.
G. Assesment
Cattell memperkirakan kepribadian secara adil melalui tiga metode primer, yaitu :
v L-data yakni metode dimana peneliti meliput kehidupan subjek secara pribadi di kehidupan sehari-hari. Poin penting wacana L-data yakni sikap yang diamati sanggup berupa sikap yang dilihat peneliti dan sikap yang terjadi secara natural atau sanggup juga dilakukan melalui evaluasi orang lain yang mengenal akrab subjek yang sedang diamati
v Q-data yakni metode dimana subjek yang diamati mengisi kuesioner, menilai sikap dan karakternya sendiri dengan mengisi lembar kuesioner yang sudah disusun oleh peneliti. Ada beberapa kelemahan dari Q-data, yaitu 1) Subjek penelitian mungkin mempunyai batas self-awareness sehingga jawabanan mereka tidak akurat merefleksikan keadaan natural kepribadian mereka, 2) Bahkan walaupun subjek mengenal dirinya dengan sangat baik, mungkin mereka tidak ingin peneliti mengetahuinya sehingga dengan sengaja menyalahkan jawabanan mereka
v T-data yakni metode dimana informasi terkena kepribadian subjek diperoleh melalui tes sehingga tidak terjadi subjektivitas yang sering terjadi pada Q-data
A. Manusia Menurut Pandangan Islam
Allah SWT membuat struktur kepribadian insan dalam bentuk potensial. Struktur itu tidak secara otomatis bernilai baik ataupun buruk, sebelum insan berusaha mengaktualisasikan. Aktualisasi struktur sangat tergantung pada pilihan manusia, yang mana pilihannya itu akan dimintai pertanggungjawabanan diakhirat kelak. Upaya insan untuk menentukan dan mengaktualisasikan potensi itu mempunyai dinamika proses, seiring dengan variabel-variabel yang mempengaruhi.
1. Manusia Adalah Makhluk Allah
Keberadaan insan di dunia ini bukan kemauan sendiri, atau hasil proses evolusi alami, melainkan kehendak Yang Maha Kuasa, Allah Robbul ‘Alamin. melaluiataubersamaini demikian, insan dalam hidupnya mempunyai ketergantungan (dependent) kepada-Nya. Manusia tidak bisa lepas dari ketentuan-Nya. Sebagai makhluk, insan berada dalam posisi lemah (terbatas), dalam arti tidak bisa menolak, menentang, atau merekayasa yang sudah dipastikan-Nya.
Dalam Al-Qur’an, Surat at-Tin: 4, Allah SWT berfirman:
Dalam Al-Qur’an, Surat at-Tin: 4, Allah SWT berfirman:
“sungguh kami sudah membuat insan dalam bentuk yang sangat baik (sempurna)”.
Manusia yakni makhluk Allah, ciptaan Allah, dan secara kodrati ialah makhluk beragama atau pengabdi Allah, menyerupai tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai diberikut.
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (H.R. Muslim).
2. Manusia Adalah Khalifah di Muka Bumi
Hal ini berarti, insan berdasarkan fitrahnya yakni makhluk sosial yang bersifat altruis (mementingkan/memmenolong orang lain). Menilik fitrahnya ini, insan mempunyai potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi, diberinteraksi sosial secara positif dan konstruktif dengan orang lain atau lingkungannya. Sebagai khalifah insan mengemban amanah, atau tanggung balasan (responsibility) untuk diberinisiatif dan berpartisipasi aktif dalam membuat tatanan kehidupan masyarakat yang nyaman dan sejahtera; dan berupaya mencegah (preventif) terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan dan perusakan lingkungan hidup (regional-global).
Dalam Surat Al-Baqarah: 30 difirmankan sebagai diberikut:
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya saya membuat khalifah di muka bumi”.
“Dan ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat sesungguhnya saya membuat khalifah di muka bumi”.
3. Manusia yakni Makhluk yang Mempunyai Fitrah Beragama
Melalui fitrahnya ini insan mempunyai kemampuan untuk mendapatkan nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama, dan sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai tolak ukur atau referensi perilakunya.
Allah SWT berfirman: “.......bukanlah Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawaban, ya kami bersaksi bahwa Engkau yakni Tuhan kami”. (Al-‘Araf: 172).
4. Manusia Berpotensi Baik (Takwa) dan Buruk (Fujur)
Manusia dalam hidupnya mempunyai dua kecenderungan atau arah perkembangan, yaitu takwa, sifat positif (diberiman dan berinfak shaleh) dan yang fujur, sifat negatif (musyrik, kufur, dan berbuat ma’syiat/jahat/buruk/dzalim). Dua kutub kekuatan ini, saling mempengaruhi. Kutub pertama mendorong individu untuk berperilaku yang normatif (merujuk nilai-nilai kebenaran), dan Kutub lain mendorong individu untuk berperilaku secar inpulsif (dorongan naluriah, instinktif, hawa nafsu).
Dalam Surat Asy-Syamsu: 8-10, difirmankan:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa insan sifat fujur dan takwa. Sungguh senang orang yang mensucikan jiwanya, dan sungguh celaka orang yang mengotori jiwanya”.
5. Manusia Memiliki Kebebasan Memilih (Free Choice)
Dalam surat Ar-Ra’du: 11, Allah berfirman:
“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang dimiliki (termasuk dirinya) suatu kaum, sehingga mereka sendiri mengubah (diberinisiatif merekayasa) dirinya sendiri”.
Manusia didiberi kebebasan untuk menentukan kehidupannya, apakah mau diberiman atau kufur kepada Allah. Apakah insan akan menentukan jalan hidup yang sesuai dengan anutan agama atau memperturutkan hawa nafsunya. Dalam hal ini, insan mempunyai kemampuan untuk berupaya menyelaraskan arah perkembangan dirinya dengan tuntutan normatif, nilai-nilai kebenaran, yang sanggup mempersembahkan donasi atau nilai manfaat bagi kesejahteraan umat manusia.
B. Definisi Kepribadian Islam
1. Makna Etimologi Kepribadian Islam
Personality berasal dari kata “person” yang secara bahasa mempunyai arti: (1) an individual human being (sosok insan sebagai individu); (2) a common individual (individu secara umum); (3) a living human body (orang yang hidup); (4) self (pribadi); personal existence or identity (eksistensi atau identitas pribadi); dan (6) distinctive personal character (kekhususan karakter individu).
Sedangkan dalam bahasa Arab , pengertian etimologis kepribadian sanggup dilihat dari pengertian dari term-term pandangannya. Seperti huwiyah, aniyah, dzattiyah, nafsiyyah, khuluqiyyah, dan syakhshiyyah sendiri. Masing-masing term ini meskipun mempunyai kemiripan makna dengan kata syakhshiyyah, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.
2. Makna Terminologi Kepribadian Islam
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi mempunyai banyak definisi, lantaran hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan filosofis tertentu yang ialah penggalan dari teori kepribadian. Konsep-konsep empiris dan filosofis disini mencakup dasar-dasar pemikiran terkena wawasan, landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang digunakan rumus
melaluiataubersamaini meminjam definisi Allport, kepribadian secara sederhana sanggup dirumuskan dengan definisi “what a man really is” (manusian sebagai mana adanya). Maksudnya, insan sebagaimana sunnah atau kodratnya, yang sudah diputuskan oleh Tuhan.
Jadi, dari sudut tingkatnya maka kepribadain itu ialah integrasi dari aspek-aspek supra-kesadaran (KeTuhanan), kesadaran (kemanusiaan), dan pra—atau bawah kesadaran (kebinatangan). Sedang dari sudut fungsinya, kepribadain ialah integrasi dari daya-daya emosi, kognisi, dan konasi, yang terwujud dalam tingkah laris luar (berjalan, berbicara, dsb) maupun tingkah laris dalam (pikiran, perasaan, dsb).
3. Makna Psikologi Kepribadian Islam
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam mempunyai arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena sikap insan dari sudut pandang psikologis, alasannya satu-satunya wacana yang eksis spesialuntuklah Islam, sementara psikologi disini spesialuntuk satu pendekatan studi dalam studi Islam.
Berdasarkan pengertian kepribadian di atas maka yang dimaksud dengan Psikologi Kepribadain Islam yakni “studi Islam yang berafiliasi dengan tingkah laris insan berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang Khalik-Nya semoga sanggup meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat.” Rumusan tersebut mempunyai lima kompenen dasar yakni sebagai diberikut.
Pertama, Studi Islam. Psikologi Kepribadian Islam ialah salah satu kajian dalam studi keislaman, bukan penggalan dari studi (atau cabang) psikologi. Sebagai disiplin ilmu keislaman, ia mempunyai kedudukan yang sama dengan disiplin keislaman yang lain, menyerupai teologi Islam, aturan Islam, ekonomi Islam, kebudayaan Islam, polotik Islam, dan sebaginya.
Kedua, yang berafiliasi dengan tingkah laku, manusia. Psikologi Kepribadain Islam mempelajari tingkah laris manusia. Dalam bentuk potensial, seluruh tingkah laris manusiasudah memilki takdir atau sunnatullah yang diputuskan oleh Tuhan, meskipun takdir yang dimaksud mempunyai banyak pilihan. Namun dalam bentuk aktual, insan didiberi kebebasan untuk mengekspresikannya, sehingga menimbulkan dinamika tingkah laku
Ketiga, berdasarkan pendekatan psikolohid. Studi wacana kepribadian sanggup didekati dengan beberapa pendekatan, contohnya filsafat, psikologi, antropologi, dan sebagainya. Psikologi Kepribadain Islam merupaka\n studi kepribadain Islam yang dipandang dari sudut psikologi. Studi ini setidak-tidaknya menggambarkan apa dan bagaimana tingkah laris insan berdasarkan pandangan Islam yang ditimbulkan dari jiwanya.
Kempat, dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada Sang Khalik. Psikologi Kepribadain Islam mengkaji tingkah laris insan dengan berpijak pada fungsi kehidupan manusia. Manusia yakni sebagai mandataris Sang Khalik untuk menjadai khalifah dimuka bumi. Dalam bertingkah laku, insan selain didiberi potensi fitrah, juga mempunyai hubungan sesamanya dan dikaruniai alam dan isinya untuk dikelola yang baik ibadah, baik berkaitandengan Tuhan, diri sendiri, sesamana.
Kelima, untuk meningkatkan kebahagiaan hidup didunia dan akhirat. Psikologi kepribadian Islam syarat akan nilai, yang sanggup menghantarkan kebahagiaan hidup manusia. Kebahagian yang dimaksud tidak terbatas pada kebahagiaan duniawi yang sifatnya temporer dan tiruan, tetapi juga kebahgiaan ukhrowi yang sifatnya abadi dan hakiki.
SKEMA
Kepribadian dalam Psikologi Islam
C. Struktur Kepribadian Islam
Struktur kepribadian yang dimaksudkan disini yakni aspek-aspek atau elemen-elemen yang terdapat pada diri insan yang karenanya kepribadiaannya terbentuk. Pemilihan aspek ini mengikuti pola yang dikemukakan oleh Khayr al-Din al-Zarkali. Menurut al-Zarkali, bahwa studi wacana diri insan sanggup dlihat melalui tiga sudut, yaitu:
1. Jasad (fisik); apa dan bagaimana organisme dan sifat-sifat uniknya;
2. Jiwa (psikis); apa dan bagaimana hakikat dan sifat-sifat uniknya; dan
3. Jasad dan jiwa (psikofisik); berupa akhlak, perbuatan, dan sebagainya.
Ketiga kondisi tersebut dalam terminologi islam lebih dikenal dengan term al-jasad, al-ruh, dan al-nafs. Jasad ialah aspek biologis atau fisik manusia, ruh ialah aspek psikologis atau psikis manusia, sedang nafs ialah aspek psikofisik insan yang ialah sinergi antara jasad dan ruh.
1. Struktur Jisim
1. Struktur Jisim
Jisim yakni aspek diri insan yang terdiri atas struktur organisme fisik. Organisme fisik insan lebih tepat dibanding dengan organisme fisik makhluk-makhluk lain. Pada aspek ini, proses penciptaan insan mempunyai kesamaan dengan binatang ataupun tumbuhan, alasannya tiruananya termasuk penggalan dari alam fisikal. Setiap biotik-lahiriah mempunyai unsur materiah yang sama, yakni terbuat dari unsur tanah, api, udara dan air
Firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Tin [95]: 4 disebutkan: Sesungguhnya kami sudah membuat insan dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
2. Struktur Ruh
2. Struktur Ruh
Keunikan esensial psikologi kepribadian islam dengan psikologi kepribadian yang lain yakni kasus strutur ruh. Karena ruh, seluruh bangunan kepribadian insan dalam islamm menjadi khas. Ruh ialah substansi (jawhar) psikologis insan yang menjadi esensi keberadaannya, baik di dunia ataupun di akhirat.
3. Struktur Nafs
Ahli jiwa falsafi-tasawufi mengungkap tiga daya yang terdapat pada jiwa manusia, yaitu kognisi, konasi, dan emosi. Pendapat terakhir ini lebih relevan untuk diskursus psikologi, walaupun dibutuhkan modifikasi sebagian term-termnya tanpa mengubah esensinya. melaluiataubersamaini begitu maka pertolongan nafsani insan adalah:
a. Daya qalb yang berafiliasi dengan emosi (rasa) yang berafiliasi dengan aspek-aspek afektif;
b. Daya ‘aqal yang berafiliasi dengan kognisi (cipta) (kognitif) yang berafiliasi dengan aspek-aspek kognitif;
c. Daya hawa nafs yang berafiliasi dengan konasi (karsa) yang berafiliasi dengan aspek-aspek psikomotorik.
D. Dinamika Kepribadian Islam
Manusia dalam konsepsi kepribadain Islam ialah makhluk mulia yang mempunyai struktur kompleks. Banyak diantara psikolog kepribadain Barat, khususnya aliran behavioristik, kurang memperhatikan substansi jiwa manusia. Manusia spesialuntuk dipandang dari sudut jasmaniah saja yang melibatkan penelitian yang dilakukan seputar kasus lahiriah.
Oleh lantaran itu, pemahaman kepribadian insan tidak spesialuntuk tertumpu pada struktur jasmani melainkan harus juga mencakup struktur ruh. Lebih jauh konsep yang berkembang dari psikologi pada umumnya manafikkan hal yang berbau metafisik, transendental, dan spiritualitas.
Dinamika kepribadain Islam dibagi menjadi:
1. Dinamika struktur jasmani
Struktur jasmani ialah aspek biologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta bukan dipersiapkan untuk membentuk tingkah laris tersendiri, melainkah sebagai wadah atau daerah singgah struktur ruh. Kedirian dan kesendirian struktur jasmani tidak akan bisa membentuk suatu tingkah laris lahiriah, apalagi tingkah laris batiniah.
Struktur jasmani mempunyai daya atau energi yang membuatkan proses fisiknya. Energi ini lazimnya disebut dengan daya hidup. Daya hidup kendatipun sifatnya abstrak, tetapi ia belum bisa menggerakkan suatu tingkah laku.
2. Dinamika struktur ruhani
Struktur ruhani ialah aspek psikologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini tercipta dari Amar Allah yang sifatnya ghaib. Ia diciptakan untuk jadi substansi sekaligus esensi kepribadian manusia. Eksistensinya tidak spesialuntuk dialam imateri, tetapi juga dialam materi (sesudah bergabung dengan fisik), sehingga ia lebih doloe dan lebih abadi adanya.
3. Dinamika Struktur Nafsani
Struktur nafsani ialah struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini diciptaakn untuk mengaktualisasikan tiruana rencana dan perjanjian Allah SWT, kepada insan dialam arwah. Aktualisasi itu berwujud tingkah laris atau kepribadain. Struktur nafsani tidak sama dengan sruktur jiwa sebagai mana yang difahami dalam psikologi Barat.
E. Tipologi Kepribadian Islam
Tipologi kepribadian dalam islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah banyak ragamnya. Keragaman itu disebabkan sudut pandang dalam melihat dan negklarifikasi ayat atau hadits Nabi SAW wacana kepribadian. Kepribadian Islam dibagi menjadi:
1. Tipe Mukmin
Yaitu mereka yang diberiman atau percaya kepada yang ghaib menyerupai (Allah, malaikat, dan ruh) menunaikan shalat, menafkahkan rezekinya kepada fakir miskin dan yatim piatu, diberiman kepada kitab Allah, dan diberiman kepada hari akhir.
2. Tipe Kafir
Yaitu mereka yang ingkar terhhadapp hal-hal yang dipercayai sebagai seorang mukmin. Tipe menyerupai ini digambarkan sebagai tipe yang sesat lantaran terkunci hati, telinga dan penglihatannya dalam kasus kebenarannya
3. Tipe Munafik
Yaitu mereka yang diberiman kepada Allah SWT dan hari akhir, tetapi imannya spesialuntuk di lisan belaka, senantiasa hatinya ingkar. Mereka ingin menipu Allah dan orang mukmin, walaupun bergotong-royong ia menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan Cattell dalam mempelajari kepribadian yakni memperkirakan perilaku. Subjek penelitian Cattell yakni orang-orang normal yang kepribadiannya ia pelajari, bukan obati atau rawat. Cattell mengajukan sebuah mekanisme statistik, yakni Teori Analisis Faktor, yaitu sebuah metode statistik yang berdasar pada hubungan antara variabel pengukuran untuk mengukur faktor umum Cattell menyebut faktor umum ini sebagai trait, yaitu elemen kepribadian. Hanya ketika kita mengetahui karakteristik trait seseorang lah kita bisa memperkirakan bagaimana seseorang akan berperilaku dalam suatu situasi.
Cattel beropini bahwa kepribadian ialah suatu bentuk struktur kompleks dari trait dari aneka macam macam kategori, Trait yakni sebuah kecenderungan reaksi yang relative permguant yang ialah penggalan dari kepribadian.
Pengertian kepribadian dari sudut terminologi mempunyai banyak definisi, lantaran hal itu berkaitan dengan konsep-konsep empiris dan filosofis tertentu yang ialah penggalan dari teori kepribadian. Konsep-konsep empiris dan filosofis disini mencakup dasar-dasar pemikiran terkena wawasan, landasan, fungsi-fungsi, tujuan, ruang lingkup, dan metodologi yang digunakan rumus
Perumusan makna psikologi kepribadian Islam mempunyai arti bagaimana Islam mendefinisikan kepribadian dari sudut pandang psikologis. Frame kajiannya tetap pada studi Islam yang menelaah terhadap fenomena sikap insan dari sudut pandang psikologis, alasannya satu-satunya wacana yang eksis spesialuntuklah Islam, sementara psikologi disini spesialuntuk satu pendekatan studi dalam studi Islam.
Psikologi Kepribadain Islam yakni “studi Islam yang berafiliasi dengan tingkah laris insan berdasarkan pendekatan psikologis dalam relasinya dengan alam, sesamanya, dan kepada sang Khalik-Nya semoga sanggup meningkatkan kualitas hidup di dunia dan akhirat.” Rumusan tersebut mempunyai lima kompenen dasar.
Ruswandi Uus, dan Badrudin, Pengembangan Kepribadian Guru, Bandung: CV. Insan Mandiri, 2010
0 Response to "Makalah Kepribadian Teori Faktor Analisis"
Posting Komentar