Makalah Kepribadian Sehat Dan Tidak Sehat
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan yakni proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik semoga sanggup beradaptasi sebaik mungkin terhadap lingkungannya. melaluiataubersamaini demikian, akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. Agar samasukan dari perubahan itu sanggup tercapai dengan baik yang dan sesuai yang diingkinkan perlu adanya peranan dari guru didalamnya. Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laris yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Mempunyai peranan amat luas, baik disekolah, keluarga, dan di dalam masyarakat dan hal yang paling utama yakni kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru, ia harus menawarkan sikap yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya).
Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru dan juga akan sanggup merusak anakdidik-anakdidik yang dididik olehnya. Salah satu faktor terpenting bagi seorang guru yakni kepribadiannya, kepribadian itulah akan menentukkan apakah ia menjadi pendidik dan pembina bagi tiruana siswanya. Kepribadian guru yang baik itu diantaranya kepribadian yang sehat dan menghilangkan kepribadian yang tidak sehat. Dan pada pembahasan ini kami akan mengulas terkena hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kepribadian?
2. Bagaimanakah terkena kepribadian sehat?
3. Bagaimanakah terkena kepribadian tidak sehat?
4. Bagaimanakah terkena kepribadian sehat dan tidak sehat berdasarkan beberapa tokoh kepribadian?
5. Bagaimanakah Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan Kepribadian Guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kepribadian.
2. Untuk mengetahui kepribadian sehat.
3. Untuk mengetahui kepribadian tidak sehat.
4. Untuk mengetahui kepribadian sehat dan tidak sehat berdasarkan beberapa tokoh kepribadian.
5. Untuk mengetahui Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan tidak Sehat terhadap Pengembangan Kepribadian Guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepribadian
Kepribadian berdasarkan istilah yakni personality (bahasa Inggris); persoonlijkheid (bahasa Belanda); personlichkeit (bahasa Jerman); personalita (bahasa Italia); dan personalidad (bahasa Spanyol). Akar kata istilah tersebut berasal dari bahasa Latin persona (topeng), yaitu topeng yang digunakan oleh actor drama atau sandiwara (Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 51).
Allport menyatakan bahwa kepribadian yakni organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang memilih caranya yang unik dalam beradaptasi terhadap lingkungannya. Yang dimaksud dengan unik yaitu bahwa kualitas sikap itu khas, sehingga sanggup dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisik, contohnya konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektif yang saling berafiliasi dan berpengaruh, sehingga memilih kualitas tindakan atau sikap individu yang bersangkutan dalam diberinteraksi dengan lingkungannya.
Allport menegaskan bahwa kepribadian yakni “sebuah organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang memilih karakteristik sikap dan pikirannya.” Hal senada diungkapkan oleh Pervin dan John yang menyatakan bahwa “kepribadian mewakili karakteristik individu yang terdiri dari pola-pola pikiran, perasaan, dan sikap yang konsisten”. Eko (2008).
Sementara itu kepribadian berdasarkan para ahli, adalah:
§ Kartini Kartono dan Dali Gulo (2000: 349 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian yakni sifat dan tingkah laris khas yang membedakan seseorang dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang; segala sesuatu terkena diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
§ Scheneider (1964 dalam Uus Ruswandi dan Badrudin, 2010: 52), kepribadian yakni penyesuaian diri sebagai suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, putus asa dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§ Kata kunci pengertian kepribadian yakni penyesuaian diri. Scheneider (1964) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respon individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi, dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma) lingkungan.
§ Kepribadian yakni sifat dan tingkah laris khas yang membedakan dengan orang lain, integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang, segala sesuatu terkena diri seseorang sebagaimana diketahui oleh orang lain.
Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan perihal aspek-aspek kepribadian, yang di dalamnya meliputi beberapa aspek:
1. Karakter yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku, konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.
2. Temperamen yaitu diposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang hadir dari lingkungan.
4. Stabilitas emosi yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti simpel tidaknya tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.
5. Responsibilitas (tanggung jawaban), kesiapan untuk mendapatkan resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau mendapatkan resiko secara wajar, basuh tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi.
6. Sosiabilitas yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan korelasi interpersonal. Seperti : sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.
Setiap individu mempunyai ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang menawarkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat. Dalam hal ini, Elizabeth (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat dan tidak sehat, sebagai diberikut:
B. Kepribadian yang Sehat
Guru sebagai pendidik dan pengajar harus mempunyai kepribadian yang sehat, lantaran kondisi sehat pembelajaran bisa disajikan dengan baik. Guru yang sehat saja tanpa ada persiapan mengajar sanggup menyulitkan terciptanya pembelajaran dengan baik. Ada dua hal yang perlu diperhatikan guru dalam kaitannya dengan pembelajaran, yang pertama yaitu stabilitas pembelajaran dan yang kedua kualitas pembelajaran. Pertama yaitu Stabilitas Pembelajaran, Pembelajaran akan stabil bila guru berada dalam pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Adapun terkena kondisi pembelajaran tidak stabil disebabkan oleh:
1. Kelas kosong lantaran gurunya tidak masuk kelas lantaran sakit, tidak ada kabar, atau izin.
- Guru tidak masuk dan mempersembahkan tugas, namun pelaksanaan kiprah tersebut ternyata sanggup diselesaikan di bawah waktu yang semestinya diselesaikan jikalau guru tersebut mengajar di kelas.
3. Guru lupa mengajar dan kelas tidak mengingatkan.
Dampak kemudian yang muncul yakni kelas tidak kondusif, tidak ada pembelajaran, tidak ada penambahan pengetahuan atau pendalaman materi, dan peserta didik melaksanakan apa saja di luar iklim akademik yang biasa terjadi jikalau pembelajaran berlangsung. Yang kedua, kualitas pembelajaran dikatakan baik bila guru dengan optimal menjalankan tugas-tugasnya, komunikasi antarguru dan antarsiswa mendukung pencapaian optimalisasi pengalaman berguru siswa, pengalaman berguru siswa tercipta, dan tercapainya kompetensi yang diinginkan. Banyak guru yang mengajar dan mendidik, namun tidak banyak guru yang mempunyai kepribadian matang. Akibat guru tidak matang secara kepribadian, siswa menjadi objek tumpahan ketidakmatangan itu sehingga siswa tidak akan pernah meraih suksesnya. Kepribadian yang matang ialah label positif bagi guru yang dianggap sudah mencapainya.
Pribadi sehat yakni yang sangat bahagia. Sikap tidak simpel menyalahkan orang lain, kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih bisa menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang sangat bahagia. Setiap individu mempunyai ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang membuktikan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.
Dalam hal ini (Syamsu Yusuf, 2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang sehat, sebagai diberikut:
1. Mampu menilai diri sendiri secara realistik; bisa menilai diri apa adanya wacana kelebihan dan belum sempurnanyanya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.
2. Mampu menilai situasi secara realistik; sanggup menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau mendapatkan secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
3. Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; sanggup menilai keberhasilan yang diperolehnya dan mereaksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, arogan atau mengalami superiority complex apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi dengan sikap optimistik.
4. Menerima tanggung jawaban; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
5. Kemandirian; mempunyai sifat berdikari dalam cara berfikir dan bertindak, bisa mengambil keputusan, mengarahkan dan menyebarkan diri serta beradaptasi dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
6. Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, sanggup menghadapi situasi frustasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif tidak destruktif (merusak).
7. Berorientasi tujuan; sanggup merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap acara dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara menyebarkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
8. Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, tenggang rasa terhadap orang lain, mempunyai kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain mirip dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, lantaran kekecewaan dirinya.
9. Penerimaan sosial; mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan mempunyai sikap berteman bersahabat dalam berafiliasi dengan orang lain.
10. Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
11. Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagian yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih akung).
12. Sikap positif; seorang psikolog berjulukan Kobassa menemukan tiga sikap positif yang sangat mendukung kesehatan pribadi, yaitu:
a. Control, yaitu orang yang mempunyai keyakinan bahwa dirinya sanggup menjadi penentu nasibnya sendiri. Teknik pandang ini menyehatkan lantaran orang tidak simpel menyalahkan orang lain, situasi atau tuhan untuk kegagalan atau masalah-masalah yang dialami. Untuk setiap insiden baik itu yang sangat senang atapun yang menyusahkan orang dengan keyakinan control yang tinggi ini cenderung akan melaksanakan refleksi atau introsfeksi diri. melaluiataubersamaini refleksi, orang sanggup berguru dari pengalaman-pengalaman hidupnya sehingga pengertiannya akan terus bertambah untuk menghadapi masalah-masalah kehidupan.
b. Komitmen, yaitu perasaan bertujuan dan keterlibatan dengan kegiatan-kegiatan, maupun hubungan-hubungan dengan orang lain. melaluiataubersamaini komitmen ini, orang-orang tidak cepat mengalah dengan banyaknya tekanan hidup, lantaran ia sanggup meminta menolongan kepada orang lain disaat mengalami banyak tekanan. Orang dengan komitmen yang rendah seringkali memandang keterlibatan dalam kegiatan dan korelasi dengan orang lain spesialuntuk akan manjeratnya pada kewajiban-kewajiban yang melelahkan. Akibatnya, ia tidak mempunyai sumber menolongan social yang sanggup menciptakannya bertahan ketika menghadapi tekanan hidup.
c. Tantangan, yaitu cara memandang kesusahan sebagai sesuatu yang sanggup menyebarkan diri bukan mengancam rasa aman diri. Orang yang demikian yakni orang yang mau mengarahkan segenap sumber dayanya untuk menghadapi kasus bukan menghindarinya, lantaran ia tahu keuntungannya untuk menyebarkan kemampuan atau keterampilan diri.
Sebaliknya orang yang memandang kasus hidup sebagai sesuatu yang mengancam rasa amannya, cenderung akan menghindarinya sehingga ia kehilangan peluang untuk lebih meningkatkan dirinya. Psikolog lain Fiktor Frank menemukan bahwa ternyata sikap penerimaan dan syukur membuat orang lebih bisa menghadapi penderitaan.
Jadi, pribadi sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah, pribadi sehat bukan juga yang senang terus menerus, pribadi yang sehat yakni pribadi yang bisa menghadapi setiap kasus hidup dengan tersenyum lantaran ia mempunyai sikap positif terhadap setiap kasus untuk pengembangan pribadi, menciptakannya lebih mau terbuka pada setiap pengalaman manis maupun getir, mendapatkan dan mensyukurinya.
Adapun kepribadian sehat mempunyai ciri-ciri utama, yaitu:
a) Seseorang mempunyai kepribadian sehat hingga pada tingkat dimana ia selalu dengan sengaja mencari kebaikan pada diri setiap orang atau setiap situasi. Kepribadian seseorang tidak sehat hingga pada tingkat dimana ia dengan sengaja mencari keburukan pada diri setiap orang atau pada situasi apapun.
b) Seseorang mempunyai kepribadian sehat hingga pada tingkat dimana ia bisa dengan leluasa memaafkan orang lain. Kebanyakan penyakit psikosomatik yang bahkan bisa berkembang menjadi menjadi kanker yakni ketidakmampuan memaafkan orang lain dengan satu atau lain cara. Mereka memendam ganjalan usang bahkan setelah insidennya sudah usang silam. Tindakan memaafkan membebaskan diri kita dari beban yang berat yang tidak selayaknya dipikul kemana-mana.
c) Seseorang mempunyai kepribadian sehat hingga pada tingkat dimana ia bisa dengan simpel rukun dengan banyak orang yang jenisnya tidak sama-beda. Siapa saja bisa rukun dengan beberapa orang. Namun orang dengan kepribadian yang benar-benar sehat mempunyai kemampuan simpel rukun dengan banyak jenis orang yang perangainya, kepribadiannya, sikapnya, dan norma-normanya tidak sama-beda. Itulah ukuran dan ujian yang sesungguhnya bagi kepribadian yang sehat.
Kepribadian yang sehat berdasarkan Maslow. Maslow mencirikan kepribadian yang sehat, meliputi:
(1) menerima realitas secara tepat
(2) menerima diri dan orang lain apa adanya.
(3) bertindak secara impulsif dan alamiah.
(4) tidak dibuat-buat
(5) memusatkan pada masalah-masalah bukan pada perseorangan
(6) memiliki kekuasaan dan tidak bergantung pada orang lain.
Menurut Freud, kepribadian yang normal (sehat) yaitu:
(a) kepribadian yang sehat berdasarkan Freud yakni jikalau individu bergerak berdasarkan pola perkembangan yang ilmiah.
(b) hasil dari berguru dalam mengatasi tekanan dan kecemasan
(c) kesehatan mental yang baik yakni hasil dari keseimbangan antara kinerja super ego terhadap id dan ego.
Menurut Gordon W. Allport (1897-1967), terdapat tujuh kriteria wacana sifat-sifat khusus kepribadian yang sehat, yaitu:
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang menjadi matang, ia menyebarkan perhatian-perhatian di luar diri. Tidak cukup sekedar diberinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri. Lebih dari itu, ia harus mempunyai partisipasi yang eksklusif dan penuh, yang oleh Allport disebut “partisipasi otentik”.
Dalam pandangan Allport, acara yang dilakukan harus cocok dan penting, atau sungguh berarti bagi orang tersebut. Jika berdasarkan kita pekerjaan itu penting, mengerjakan pekerjaan itu sebaik-baiknya akan membuat kita merasa enak, dan berarti kita menjadi partisipan otentik dalam pekerjaan itu. Hal ini akan mempersembahkan kepuasan bagi diri kita. Orang yang semakin terlibat sepenuhnya dengan banyak sekali aktivitas, orang, atau ide, ia lebih sehat secara psikologis. Hal ini berlaku bukan spesialuntuk untuk pekerjaan, melainkan juga korelasi dengan keluarga dan kawan, kegemaran, keanggotaan dalam politik, dan agama.
2. Relasi Sosial yang Hangat
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam korelasi dengan orang lain, yaitu kapasitas untuk menyebarkan keintiman dan untuk merasa terharu. Orang yang sehat secara psikologis bisa menyebarkan korelasi intim dengan orang tua, anak, pasangan, dan sahabat dekat. Hal ini ialah hasil dari perasaan ekspansi diri dan perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik.
Ada perbedaan korelasi cinta antara orang yang neurotis (tidak matang) dan yang berkepribadian sehat (matang). Orang-orang neurotis harus mendapatkan cinta lebih banyak daripada yang bisa didiberikannya kepada orang lain. Bila mereka mempersembahkan cinta itu didiberikan dengan syarat-syarat. Padahal, cinta dari orang yang sehat yakni tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat. Jenis kehangatan lain yakni perasaan terharu yang ialah hasil pemahaman terhadap kondisi dasar insan dan perasaan kekeluargaan dengan tiruana bangsa. Orang sehat mempunyai kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang ialah ciri kehidupan manusia.
Hasil dari tenggang rasa semacam ini yakni kesabaran terhadap tingkah laris orang lain dan tidak cenderung mengadili atau menghukum. Orang sehat sanggup mendapatkan kelemahan insan dan mengetahui bahwa dirinya juga mempunyai kelemahan. Sebaliknya, orang neurotis tidak bisa bersabar dan memahami sifat universal pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3. Keamanan Emosional
Kualitas utama insan sehat yakni penerimaan diri. Mereka mendapatkan tiruana segi keberadaan mereka, termasuk kelemahan-kelemahan, dengan tidak mengalah secara pasif terhadap kelemahan tersebut. Selain itu, kepribadian yang sehat tidak tertawan oleh emosi-emosi mereka dan tidak berusaha bersembunyi dari emosi-emosi itu. Mereka sanggup mengendalikan emosi, sehingga tidak mengganggu korelasi antar pribadi. Pengendaliannya tidak dengan cara ditekan, tetapi diarahkan ke dalam kanal yang lebih konstruktif.
Kualitas lain dari kepribadian sehat yakni “sabar terhadap kekecewaan”. Hal ini menawarkan bagaimana seseorang bereaksi terhadap tekanan dan kendala atas banyak sekali keinginan atau kehendak. Mereka bisa memikirkan cara yang tidak sama untuk mencapai tujuan yang sama. Orang-orang yang sehat tidak bebas dari perasaan gundah dan ketakutan. Namun, mereka tidak terlalu merasa terancam dan sanggup menanggulangi perasaan tersebut secara lebih baik daripada kaum neurotis.
4. Persepsi Realistis
Orang-orang sehat memandang dunia secara adil. Sedangkan orang-orang neurotis kerapkali memahami realitas diubahsuaikan dengan keinginan, kebutuhan, dan ketakutan mereka sendiri. Orang sehat tidak meyakini bahwa orang lain atau situasi yang dihadapi itu jahat atau baik berdasarkan prasangka pribadi. Mereka memahami realitas sebagaimana adanya.
5. Keterampilan dan Tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri di dalam pekerjaan tersebut. Kita perlu mempunyai keterampilan yang relevan dengan pekerjaan kita, dan lebih dari itu harus memakai keterampilan itu secara tulus dan penuh antusiasme. Komitmen pada orang sehat atau matang begitu kuat, sehingga sanggup menenggelamkan tiruana pertahanan ego. Dedikasi terhadap pekerjaan berafiliasi dengan rasa tanggung tanggapan mempersembahkan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis tanpa melaksanakan pekerjaan penting dan melakukannya dengan dedikasi, komitmen, dan keterampilan.
6. Pemahaman Diri
Memahami diri sendiri ialah suatu kiprah yang susah. Ini memerlukan perjuangan memahami diri sendiri sepanjang kehidupan secara adil. Untuk mencapai pemahaman diri yang memadai dituntut pemahaman wacana dirinya berdasarkan keadaan sesungguhnya. Jika gambaran diri yang dipahami semakin bersahabat dengan keadaan sesungguhnya, maka individu tersebut semakin matang. Demikian juga apa yang dipikirkan seseorang wacana dirinya, bila semakin bersahabat (sama) dengan yang dipikirkan orang-orang lain wacana dirinya, berarti ia semakin matang. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang laindalam merumuskan gambaran diri yang adil.
Orang yang mempunyai objektivitas terhadap diri mustahil memproyeksikan kualitas pribadinya kepada orang lain (seolah orang lain negatif). Ia sanggup menilai orang lain dengan seksama, dan biasanya ia diterima dengan baik oleh orang lain. Ia juga bisa menertawakan diri sendiri melalui humor yang sehat.
7. Filsafat Hidup
Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia mempunyai perasaan akan tujuan, perasaan akan kiprah untuk bekerja hingga tuntas sebagai kerikil sendi kehidupannya. Allport menyebut dorongan-dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing tiruana segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta mempersembahkan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami kasus kepribadian.
Kerangka dari tujuan-tujuan itu yakni nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka menyebarkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat ialah salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak mempunyai nilai atau mempunyai nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan tiruana segi kehidupan. Suara hati berperan dalam menentuka filsafat hidup. Allport mengemukakan perbedaan antara bunyi hati yang matang dengan bunyi hati tidak matang. Yang tidak matang, bunyi hatinya mirip pada kanak-kanak: patuh dan membudak, penuh larangan dan batasan, bercirikan perasaan “harus”.
Orang yang tidak matang berkata, “Saya harus bertingkah laris bagini”. Sebaliknya, orang yang matang berkata, “Saya sebaiknya bertingkah laris begini”. Suara hati yang matang yakni perasaan kewajiban dan tanggung tanggapan kepada diri sendiri dan orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau etis.
C. Kepribadian Tidak Sehat
Pribadi yang tidak sehat yaitu yang menyimpang dari kebiasaan pada umumnya atau berperihalan dengan norma, aturan, dan kaidah kepribadian yang seharusnya ditampilkan. Ciri-ciri kepribadian yang tidak sehat yaitu:
a) cepatdangampang murka (tersinggung).
b) Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan.
c) Sering merasa tertekan (stress atau depresi).
d) Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang.
e) Ketidakmampuan untuk menghindar dari sikap menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum.
f) Kebiasaan berbohong.
g) Hiperaktif.
h) Bersikap memusuhi tiruana bentuk otoritas.
i) Senang mengKoreksi atau mencemooh orang lain.
j) Sulit pulas.
k) Kurang mempunyai rasa tanggung jawaban.
l) Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis).
m) Kurang mempunyai kesadaran untuk menaati aliran agama.
n) Pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o) Kurang berangasan (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan.
Penghargaan diri ialah ciri kepribadian yang sehat. Kita bisa memperbaiki kesehatan kepribadian dengan memanfaatkan setiap peluang untuk memperbaiki kesehatan kepribadian orang lain. Apa yang kita tabur dalam kehidupan orang lain akan kita tuai dalam kehidupan kita sendiri. Adapun kepribadian dalam kesehatan mental, pengertian terminologis wacana kesehatan mental selalu mengalami perkembangan. Pada pertamanya pengertian orang wacana kesehatan mental bersifat terbatas dan sempit, mirip spesialuntuk terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa. Dalam pengertian ini, kesehatan mental berarti spesialuntuk diperuntukkan bagi orang yang mengalami gangguan dan penyakit jiwa saja. Padahal kesehatan mental diharapkan bagi setiap orang yang merindukan ketentraman dan kebahagian hidup.
Ada pula beberapa pengertian yang berkaitan dengan kesehatan mental/ kesehatan jiwa, yaitu:
· Menurut UU Kesehatan Jiwa No. 3 Tahun 1966, kesehatan jiwa yakni kondisi yang memungkinkan pengembangan fisik, intelektual, emosional secara optimal dari seseorang, dan perkembangan ini berjalan selaras dengan orang lain.
· Kesehatan mental yakni terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (Zakiah Darajat, 1983:11)
· Kesehatan mental yakni pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk menyebarkan dan memanfaatkan segala potensi, talenta dan pembawaan yang ada seterbaik mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain ; serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa ( Zakiah Darajat, 1983 : 12)
· Kesehatan mental ialah kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan dia akan mengalami ketidakmampuan beradaptasi yang berat. Kesehatan mental yakni kunci untuk penyesuaian diri yang sehat. Kesehatan mental berarti bebas dari simtom-simtom yang melumpuhkan dan mengganggu, yang merusak efisiensi mental, kestabilan emosi, atau ketenangan pikiran.
· Menurut Marie Johanda, pengertian kesehatan jiwa tidak spesialuntuk terbatas pada terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, akan tetapi disamping itu, orang yang sehat mentalnya juga mempunyai huruf utama sebagai diberikut:
1. Sikap kepribadian yang baik terhadap diri sendiri dalma arti ia sanggup mengenal dirinya dengan baik.
2. Pertumbuhan, perkembangan, dan perwujudan diri dengan baik.
3. Integrasi diri yang mencakup keseimbangan mental, kesatuan pandangan, dan tahan terhadap tekanan-tekanan yang terjadi.
4. Otonomi diri yang menyangkut unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan bebas.
5. Persepsi terkena realitas, bebas dari penyimpangan kebutuhan serta mempunyai tenggang rasa dan kepekaan sosial.
6. Kemampuan untuk menguasai lingkungan, bersosialisasi, dan diberintegrasi dengannya secara baik.
· Menurut Kartini Kartono, kesehatan jiwa sebagai ilmu wacana jiwa yang mempermasalahkan kehidupan kerohanian yang sehat, yang memandang pribadi insan sebagai satu totalitas psikofisis yang kompleks. Menurutnya, orang yang berpenyakit mental, ditandai dengan fenomena ketakutan, pahit hati, apatis, cemburu, iri hati, dengki, eksplosif, ketegangan batin, dan sebagainya. Sementara orang yang sehat jiwanya, yakni mempunyai kemampuan untuk bertindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup yang jelas, ada koordinasi antara segenap potensi, mempunyai integritas kepribadian, dan selalu hening batinnya.
Ada konsep, maka ada pula dimensi atau aspeknya. Apabila pada batasan terlampau, kesehatan spesialuntuk mencakup beberapa aspek 3 dimensi atau aspek, yaitu fisik, mental dan sosial. Dalam UU No. 36 Tahun 2009, kesehatan mencakup beberapa aspek 4 dimensi atau aspek, yaitu fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Hal ini berarti, kesehatan seseorang tidak spesialuntuk diukur dari aspek fisik, mental dan sosialnya saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Bagi yang belum memasuki usia kerja, anak, dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau manula, berlaku produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa yakni mencapai prestasi yang baik. Sedangkan produktif secara sosial ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan yakni mempunyai kegiatan sosial atau keagamaan yang bermanfaa, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain dan masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok, atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh yang mengandung keempat aspek. Wujud atau indikator dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan individu antara lain sebagai diberikut :
a. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak merasa sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara klinis tidak ada penyakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak ada gangguan fungsi tubuh.
b. Kesehatan mental (jiwa) mencakup beberapa aspek tiga komponen, yaitu pikiran, emosional dan spiritual.
1) Pikiran yang sehat itu tercermin dari cara berpikir seseorang, atau jalan pikiran. Jalan pikiran yang sehat apabila seseorang bisa berpikir logis (masuk akal), atau berpikir secara runtut.
2) Emosional yang sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspesikan emosinya, contohnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3) Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, kebanggaan atau penyembahan, keagungan, dan sebagainya terhadap sesuatu dibalik alam ini, yakni Sang Pencipta alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa). Secara gampang, spiritual yang sehat sanggup dilihat dari praktik keagamaan, keyakinan atau kepercayaan, sesuai dengan agama yang dianut. melaluiataubersamaini perkataan lain, spiritual yang sehat yakni apabila yang melaksanakan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya.
c. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang bisa berafiliasi atau berkomunikasi dengan orang lain secara baik atau bisa diberinteraksi dengan orang atau kelompok lain, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling menghargai dan toleransi.
d. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat dari seseorang (dewasa) itu produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang sanggup menyokong secara finansial terhadap hidupnya atau keluarganya. Bagi mereka yang belum cukup umur (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjur (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh alasannya yakni itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku yakni produktif secara sosial, yaitu mempunyai kegiatan yang mempunyai kegunaan bagi kehidupan mereka nanti. Misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan pelayanan social, pelayanan agama, atau pelayanan masyarakat yang lain bagi usia lanjut.
Orang yang bermental sehat yakni orang yang sanggup menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia sanggup mengatasi abadiutan mental sebagai akhir dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustasi. Kesehatan mental tidak spesialuntuk jiwa yang sehat berada dalam tubuh yang sehat (mens sana in corpora sano), tetapi juga suatu keadaan yang berafiliasi erat dengan seluruh keberadaan manusia. Jadi, sehat itu sangat perlu untuk menjalankan hidup yang lebih baik.
D. Kepribadian Sehat dan tidak Sehat berdasarkan Beberapa Tokoh Kepribadian
1. Gordon Allport
Kriteria kematangan, kesehatan emosi, & kepribadian cukup umur yakni :






Kriteria ketidak-matangan, kesehatan emosi, kepribadian tidak cukup umur adalah :





2. Raymond Bernard Cattle
Kriteria kepribadian cukup umur yang matang yakni :






Kriteria ketidak-matangan kepribadian cukup umur yakni :





3. Hans Jurgen Eysenck
Orang yang akan tidak mencicipi neurotik (Introvert dan Ekstrovert) yakni :


Orang yang introvert dan ekstrovert akan mengalami neurotik jikalau :


4. Carl Rogers
Orang yang sanggup mencapai fully functioning person yakni orang yang mempunyai ciri-ciri :









Orang yang tidak bisa mencapai fully functioning person yakni :





5. Abraham Maslow
Orang yang sanggup mengaktualisasikan diri yakni :













Orang yang tidak sanggup mengaktualisasikan diri yakni :



6. George Kelly
Orang yang sanggup mempunyai cognitive construct yang baik yakni :

· The construction Corollary :Similiarities among repeated event
· The individual corollary :Individual differences in interpret events
· The organization corollary :Relationship among construct
· The dichotomy corollary :Two mutually exclusive alternatives
· The choice corollary :Freedom of choice
· The range corollary :The range of conveniences
· The experience corollary :Exposure to new experience
· The modulation corollary :Adapting to new experience
· The fragmentation corollary :Competition among construct
· The commonality corollary :Similarities among people in interpreting events.
· The sociality corollary :Interpersonal relationship

Individu yang tidak mempunyai cognitive construct yang baik yakni :


7. Binswanger dan Boss
Orang yang bisa mencapai keberadaan yakni :







Orang yang tidak sanggup mencapai keberadaan yakni :





8. Henry Murray
Kepribadian yang sehat berdasarkan Henry Murray yakni sebagai diberikut :





Kepribadian yang tidak sehat berdasarkan Murray yakni sebagai diberikut :






9. B.F. Skinner
Kepribadian yang sehat berdasarkan B.F. Skinner yakni :



Kepribadian yang tidak sehat berdasarkan Skinner yakni :


10. Kurt Lewin
Kepribadian yang sehat berdasarkan Lewin yakni sebagai diberikut :



Kepribadian yang tidak sehat berdasarkan Lewin yakni sebagai diberikut :



11. Julian Rotter
Kepribadian yang sehat berdasarkan Rotter yakni sebagai diberikut :




Kepribadian yang tidak sehat berdasarkan Rotter yakni sebagai diberikut :





E. Implikasi Kepribadian Guru Sehat dan Tidak Sehat Terhadap Pengembangan Kepribadian Guru
1. Mengikhlaskan Ilmu kepada Allah
Perkara besar yang banyak di luapakan oleh sebagian besar para guru dan pengajar yakni menanamkan prinsip keikhlasan ilmu dan amal kepada Allah. Ini yakni masalah yang tidak banyak diketahui, lantaran jauhnya sebagian besar insan dari manhaj rabbani. Banyak ilmu yang mempunyai kegunaan dan pekerjaan yang besar bagi umat, namun yang mengerjakannya tidak bisa mengambil manfaat apa-apa, hilang bersama angin dan mirip debu yang beterbangan. Seorang guru harus menanamkan sifat tulus ke dalam jiwa anakdidik-anakdidiknya, dan seorang guru juga harus membawa serta sifat itu dalam setiap memulai pekerjaan.
2. Kejujuran Seorang Guru
Sesungguhnya jujur bagi seorang guru yakni mahkota yang menghiasi kepalanya. Jika ia kehilangan sifat jujur, maka ia kehilangan kepercayaan insan terhadap ilmu dan pengetahuan-pengetahuan yang ia sampaikan terhadap mereka. Karena pada umumnya, orang yang berguru akan mendapatkan tiruana perkataan gurunya. Jika dia mengetahui kebohongan gurunya dalam beberapa hal, maka hal itu akan eksklusif diberimbas kepadanya dan menimbulkan jatuh martabatnya di depan anakdidik-anakdidiknya. jujur yakni penyelamat bagi guru baik di dunia maupun di akhirat, bohong kepada anakdidik akan menghalangi penerimaan dan menghilangkan kepercayaan, dan bohong juga pengaruhnya hingga kepada masyarakat dan tidak terbatas kepada orang yang melakukannya.
3. Kesesuaian Perkataan dan Perbuatan
Allah berfirman dalam surat Ash-Shaff ayat 2-3 :
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB y‰YÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Artinya : “ Wahai orang-orang yang diberiman, kenapakah engkau menyampaikan sesuatu yang tidak engkau kerjakan? . Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa engkau menyampaikan apa-apa yang tidak engkau kerjakan.”(Ash-Shaff : 2-3)
Kaitannya dengan yakni seorang guru harus menyampaikan juga mengerjakannya, dalam arti kesesuaian antara perkataan dengan tindakan lebih cepat diterima daripada spesialuntuk perkataannya saja. Adanya perbedaan antara ucapan dan perbuatan yang dilakukan oleh seorang guru spesialuntuk akan membuat anakdidik berada dalam kebingungan,. Selain itu, sikap tesebut juga akan membuat anakdidik bersikap goyah.
4. Adil dan Egaliter
Para guru akan menghadapi kondisi yang bermacam-macam berkenaan dengan anakdidik-anakdidik mereka, baik itu berupa kontribusi kiprah dan kewajiban. Jika memang ada tugas-tugas tertentu yang memerlukan kerjasama kelompok, atau berupa sikap mengistimewakan sebagian dari sebagian yang lain, hendaknya guru bersikap adil dalam mempersembahkan nilai. Tidak ada ruang bagi seorang guru untuk menyayangi salah seorang dari mereka. Tidak diperkenankan pula bersikap mengistimewakan satu dari yang lainnya, baik lantaran kedkatan, lebih mengenal, ataupun alasannya yakni lainnya. Sikap tidak adilnya seorang guru akan menimbulkan perpecahan, ketidak harmonisan, permusuhan, dan kebencian diantara anakdidik-anakdidik yang ada. Selain itu menjadikan terciptanya jurang pemisah yang sangat dalam antara seorang guru dengan anakdidik-anakdidiknya. Seorang guru harus membersihkanat adil semoga timbul rasa persaudaraan dan kecintaan di antara mereka.
5. Menghiasi Diri dengan Akhlak yang Terpuji
Tidak ada yang mewaspadai bahwa ucapan yang baik dan ungkapan yang terpuji akan membekas pada jiwa setiapa orang. Oleh lantaran itu seorang guru diperintahkan untuk mengikuti jejak Rasululloh dalam berakhlak, yaitu dengan budbahasa yang mulia dan jkkesatuan yang tinggi. Kareaan sikap mirip itulah masukana yang paling baik dalam mengajar.
6. Ketawadhuan Seorang Guru
Tawadhu ialah sifat terpuji. Sifat ini menjadikan pelakunya lebih terlihat agung dan berwibawa. Dampak sifat tawadhu tidak spesialuntuk kan dirasakan oleh seorang guru, tetapi juga kan dirasakan oleh para anakdidik. Sifat ini akan menjadi dampak positif bagi mereka. Murid akan lebih menyegani gurunya, bukan takut kepada gurunya.
7. Keberanian seorang guru
Keberanian dalam arti berani menjalankan amanatnya sebagai seorang guru. Seorang guru harus berani menegur anakdidik-anakdidiknya yang melanggar aturan yang berlaku, tanpa ada keterkaitan apapun. Seorang guru juga harus berani mengakui kesalah yang ia lakukan, mengakui kesalahan dalam maknanya yakni memperbaiki kesalahn.
8. Canda Seorang Guru kepada Murid-Muridnya
Telah kita ketahui bahwa ilmu pengetahuan lebih cenderung bersifat membosankan,. Oleh lantaran itu, dalam menyerapnya diharuskan ada kepekaan nalar dan hati. Meskippun seorang guru mempunyai kemampuan yang baik di dalam menjalankan tugasnya dan memberikan ilmunya, akan tetapi harus di ingat bahwa kemampuan nalar seorang anakdidik mempunyai keterbatasan menyerap gosip yang di dapatkannya. Oleh lantaran itu, hendaklah seorang guru memasukan sedikit guakdot dalam memberikan pelajarannya. Hal itu dimaksudkan agara rasa bosan dan jenuh yang seringkali muncul dalam suasana kelas menjadi hilang, dan jauh dari pembelajaran yang monoton.
9. Sabar dan Menahan Amarah
Kesabaran yakni alat paling penting untuk kesuksesan seorang guru. Kekuatan seorang guru tersembunyi pada bagaimana ia bisa mengendalikan marahnya ketika terjadi sesuatu yang membuat marah, dan bagaimana ia bisa menguasai nalar sehatnya. melaluiataubersamaini cara perlahan dan tes yang panjang maka seorang guru akan bisa menguasai dan mengontrol diri.
10. Menghindari Ucapan Kotor dan Keji
Ucapan keji, menghina,dan mengupat orang lain yakni sifat tercela, khususnya bagi seorang guru. Seorang guru ialah tauladan yang akan di ikuti jejak langkahnya. Jika seorang guru mempunyai salah satu sifat di atas, maka ia di anggap mempunyai kelemahan. Bagaimanapun seorang anakdidik akan mencontoh gurunya, baik hal yang positif maupun hal yang negatif.
11. Guru Meminta kontribusi Orang Lain
Seorang guru seringkali harus menghadapi kasus yang pelik dan rumit. Hal ini seringkali membuat dirinya resah. Sedangkan ia sendiri tidak menemukan solusi dan jalan keluar yang baik. Atau terkadang ia mendapatkan pernyataan dari seorang anakdidik yang ia sendiri tidak mengetahui jawabanannya. Hal ini tentunya membutuhkan kecerdasan dalam memisahkan kasus yang ada, sekaligus memikirkan solusi yang harus ia diberikan terhadap persoalannya. Solusinya yaitu pertama dengan diberijtihad sendiri dalam menemukan solusi, kedua berusaha mencari jawabanan dengan membaca buku-buku yang bersangkutan dengan kasus tersebut, ketiga dengan menanyakan kepada orang yang dianggap bisa menuntaskan kasus tersebut. Bermusyawarah sanggup memmenolong seorang guru dalam menghadapi suatau permasalahan dan masalah susah yang menjadi tangguang jawabannya, meminta pendapat orang lain tidak menujnjukan rendahnya tingkat martabat dan ke ilmuan seseorang. Bermusyawarah sanggup mendekatkan seseorang kepada kebenaran.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang didiberikan, bukanlah kasus bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan klarifikasi guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang didiberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang sanggup mempengaruhinya semoga memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang ialah dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini kiprah guru yakni membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melaksanakan belajar.
Ada beberapa taktik yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi berguru siswa, sebagai diberikut:
a. Menjelaskan tujuan berguru ke peserta didik.
Pada permulaan berguru mengajar seharusnya terlebih lampau seorang guru menerangkan terkena Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin terperinci tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa berguru lebih ulet lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang sudah dicapai sebelumnya.
d. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk didiberikan penghargaan atau pujian. Tentunya kebanggaan yang bersifat membangun.
e. Hukuman
Hukuman didiberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan dikala proses berguru mengajar. Hukuman ini didiberikan dengan impian semoga siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
f. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar
Strateginya yakni dengan mempersembahkan perhatian terbaik ke peserta didik.
· Membentuk kebiasaan berguru yang baik
· Memmenolong kesusahan berguru anak didik secara individual maupun kelompok
· Menggunakan metode yang bervariasi, dan
· Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran Hierarki kebutuhan insan berdasarkan Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-didiknya. Ia menyampaikan bahwa perhatian dan motivasi berguru mustahil berkembang kalau kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang guru harus mempunyai kepribadian yang sehat dan bersahaja, karena seorang guru yakni sosok yang harus menjadi pola bagi anak didiknya. Guru yang berperilaku tidak baik akan merusak citranya sebagai guru pada gilirannya akan sanggup merusak anakdidik-anakdidik yang dipercayakan kepadanya. Tugas seorang guru bukan spesialuntuk memberikan materi saja, tetapi seorang guru juga dituntut harus bisa menjadi seorang multitallent yang baik.
Pribadi sehat seorang guru yakni sosok yang sangat senang dan mempunyai intelektual tinggi. Seorang guru juga harus mempunyai sikap tidak simpel menyalahkan orang lain, kemauan untuk berkomitmen, penerimaan dan rasa syukur membuat pribadi sehat lebih bisa menghargai orang lain dan menjadikannya pribadi yang sangat bahagia.
Guru yakni pembawa obor peradaban. Posisinya sebagai penyampai ilmu, pencerdas bangsa, memang menyerupai cahaya dalam kepetangan. Guru juga yakni teladan. Sosok dan prlilakunya bahkan mengajarkan lebih banyak daripada pelajaran yang disampaikannya. Rasalulloh yakni seorang sosok yang harus di pola oleh seorang guru dalam meraih kesuksesan. Bahkan dia guru peradaban, yang terbukti risalahnya bisa menjadi cahaya bagi pengikutnya dari degradasi kepetangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ruswandi, Uus, dkk,. Pengembangan Kepribadian Guru. 2010. Bandung: CV. _________INSAN MANDIRI
Ruswandi. Uus, dkk,. Model Teori Kepribadian dan Etika Guru. 2009. Fakultas _________Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati _________Bandung
http//:www.fitria95.wordpress.com/.../ciri-ciri-kepribadian-yang-sehat-dan-tidak-...
http//:www.maizarpsikologi09.blogspot.com/.../kepribadian-sehat-menurut-psiko
http//:www.khaqucha.blogspot.com/.../kesehatan-mental-kepribadian-sehat.html
0 Response to "Makalah Kepribadian Sehat Dan Tidak Sehat"
Posting Komentar