Makalah Keribadian Guru Ideal
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti yang kita tahu anak didik sedikit banyak akan mengikuti kepribadian gurunya yang mereka anggap sebagai anutannya. Secara tidak sadar kita sebagai guru dijadikan idola oleh anak didik kita. Penting sekali bagi guru atau calon guru untuk mengetahui hal ini. Sehubungan dengan mereka sebagai pendidik, Kita harus mempunyai kepribadian yang baik kalau ingin anak didik kita juga baik. Terutama guru-guru yang mendidik belum dewasa sekolah dasar, mengapa demikian lantaran belum dewasa umur sekolah dasar praktis sekali mengikuti kepribadian guru mereka lantaran mereka masih polos. Sebagai calon guru biar kita nanti menjadi guru yang di sukai oleh anak didik maka mulai sekaranglah kita melihat kembali apakah kita punya kepribadian yang baik atau tidak. Anak-anak suka dengan guru yang perhatian pada mereka dan tidak pilih kasih. Kita harus mengenal terlebih lampau kondisi kejiwaan belum dewasa biar kita bisa memahami mereka dan membuat mereka merasa nyaman dengan kita, Kalau kita punya kepribadian yang baik InsyaAllah belum dewasa senang dengan kita dan materi yang kita diberikan pun akan praktis mereka serap, beda kalau guru yang tidak punya kepribadian yang baik niscaya akan di benci oleh anak didik. Dan materi yang di sampaikan pun akan susah dicerna meskipun anak tersebut cerdas.
Selain kepribadian baik yang harus dimiliki oleh seorang guru, profesionalisme guru juga ialah hal yang penting dalam keberlangsungan pendidikan. Saat ini profesionalisme guru sudah sangat menurun jadi untuk mencapai tujuan pendidikan kita harus meningkatkan kembali profesionalisme guru. Untuk itulah sebagai seorang guru terutama kita calon guru harus mempersiapkan diri biar menjadi guru yang profesional dan mempunyai kepribadian yang baik, guna menghasilkan belum dewasa didik penerus bangsa yang berkarakter tinggi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya yaitu sebagai diberikut:
1. Bagaimana profil keribadian guru ideal?
2. Bagaimana kepribadian guru di sekolah dan madrasah?
3. Bagaimana bantuan teori kepribadian dan etika dalam pengembangan kepribadian guru?
C. Tujuan Masalah
Tujuan masalah dari rumusan masalah di atas adalah:
1. Mengetahui profil keribadian guru ideal
2. Mengetahui kepribadian guru di sekolah dan madrasah
3. Mengetahui bantuan teori kepribadian dan etika dalam pengembangan kepribadian guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Kepribadian Guru Ideal
Mendiskusikan sikap profesional keguruan tidak bisa dilepaskan dari perkiraan yang melandasi keberhasilan guru itu sendiri. Sikap ideal yang dimaksud sanggup mengacu kepada sikap Nabi Muhammad saw. Karena ia satu-satunya pendidik yang berhasil. Dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21 ditetapkan bahwa pada pribadi Muhammad saw, terdapat teladan yang sanggup dipraktikkan oleh umat manusia.
Untuk itu, perkiraan keberhasilan pendidik perlu meneladani beberapa hal yang dianggap esensial, yang diharapkan sanggup mendekatkan realitas sikap pendidik dan idealitas (perilaku Nabi Muhammad saw, sebagai pendidik). Sebab ia dikenal sebagai seorang yang berbudi luhur, berkepribadian unggul sehingga ia dijuluki al-amin ‘orang yang sangat jujur, sanggup dipercaya’, dan sangat dicintai tiruana orang.
Hampir seluruh aktivitas yang dikelola sekolah selalu berkaitan dengan tenaga guru. Kegiatan pokok sekolah tidak akan berjalan lancar bila tidak didukung oleh tenaga guru yang berkarakter. Agar guru sebagai aspek sumber daya insan yang berperan di sekolah sanggup berfungsi efektif dan efisien maka perlu dideskripsikan profil guru ideal yang dibutuhkan di sekolah, yang tentunya harus sesuai dengan peraturan yang mengatur wacana persyaratan tenaga guru.
Profil ideal tersebut meliputi:
1. Memiliki Kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi penerima didik, dan berakhlak mulia, dengan indikator :
(1)Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil.
(2)Memiliki kepribadian yang dewasa.
(3)Memiliki kepribadian yang arif.
(4)Memiliki kepribadian yang berwibawa.
(5)Memiliki etika mulia dan sanggup menjadi teladan.
2. Memiliki Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman penerima didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dengan indikator sebagai diberikut :
(1)Memahami penerima didik.
(2)Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran.
(3)Melaksanakan pembelajaran.
(4)Merancang dan melaksanakan penilaian pembelajaran.
(5)Mengembangkan penerima didik untuk mengaktualisasikan banyak sekali potensi yang dimilikinya.
3. Memiliki Kompetensi Profesional, ialah kemampuan yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup beberapa aspek penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Indikatornya yaitu :
(1)Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
(2)Menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
4. Memiliki Kompetensi Sosial, yaitu berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai cuilan dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan penerima didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali penerima didik, dan masyarakat sekitar, dengan indikator :
(1)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan penerima didik.
(2)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
(1)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan penerima didik.
(2)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
(3)Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali penerima didik dan masyarakat sekitar.
Secara konseptual guru yang diharapkan yaitu sosok guru yang ideal diidamkan oleh setiap pihak yang terkait. Berikut akan dijabarkan profil guru yang ideal dilihat dari banyak sekali sudut pandang:





Suksesnya seorang guru tergantung dari kepribadian, luasnya ilmu wacana materi pelajaran serta banyaknya pengalaman. Tugas seorang guru itu sangat berat, tidak bisa dilaksanakan kecuali apabila berpengaruh kepribadiannya, cinta dengan tugas, tulus dalam mengerjakan, memelihara waktu anakdidik, cinta kebenaran, adil dalam pergaulan. Ada yang menyampaikan bahwa masa depan belum dewasa di tangan guru dan di tangan gurulah terbentuknya umat.
Ditulis Athiyah Al-Abrosy (dalam Slamet Yusuf:42) bahwasannya sifat-sifat yang seyogyanya dimiliki seorang guru:Guru harus menjadi bapak sebelum ia menjadi pengajar.
a) Hubungan guru dengan anakdidik harus baik.
b) Guru harus selalu memperhatikan anakdidik serta pelajaran mereka.
c) Guru harus peka terhadap lingkungan sekitar anakdidik.
d) Guru wajib menjadi contoh/teladan di dalam keadilan dan keindahan serta kemuliaan.
e) Guru wajib tulus di dalam pekerjaannya.
f) Guru wajib menghubungkan masalah yang bekerjasama dengan kehidupan.
g) Guru harus selalu membaca dan mengadakan penyelidikan.
h) Guru harus bisa mengajar anggun penyiapannya dan bijaksana dalam menjalankan tugasnya.
i) Guru harus sarat dengan wangsit sekolah yang modern.
j) Guru harus punya niat yang tetap.
k) Guru harus sehat jasmaninya.
l) Guru harus punya pribadi yang mantap.
B. Kepribadian Guru di Sekolah dan Madrasah
Pembelajaran guru di sekolah dan madrasah sanggup ditingkatkan mutunya oleh adanya guru yang mempunyai kepribadian unggul sebagai pendidik. Acuan pribadi tersebut tentu tepat bila dikonfirmasikan dengan pribadi Rasul Muhammad saw. yang mempunyai sejumlah sifat unggul yakni: shiddiq (jujur dan benar), amanah (dapat dipercaya), tabligh (mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai), serta fathonah (cerdas).
Pribadi guru yang diharapkan oleh siswa siswi di sekolah yaitu pribadi yang menarikdanunik secara fisik, gagah, berani, berwibawa, dan secara intelektual mempunyai kecerdasan tinggi, tidak praktis lupa, bisa menganalisis duduk masalah kehidupan insan secara integrative, serta bisa mencari jalan keluar atas problema yang dihadapi yaitu pribadi guru yang mempunyai keseimbangan antara aqal, jasmani, dan rohani. Aqalnya cerdas, jasmaninya kuat, serta rohaninya mempunyai kecerdasan emosional dan spiritual.
Kita sebagai calon guru hendaknya mengetahui dan mengerti betul bahwa kepribadian yang tercermin dalam banyak sekali penampilan itu ikut menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan forum pendidikan daerah kita mengajar pada khususnya. Tujuan tersebut sanggup dipelajari dalam kurikulum forum pendidikan yang bersangkutan. Kita perlu tahu bahwa kepribadian kita sebagai guru sedikit banyak akan diserap dan dimbil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang bertumbuh dan berkembang itu. Persyaratan kepribadian bagi guru madrasah, jauh lebih perlu mendapat perhatian, kalau tujuan madrasah dalam training anak didik tersebut ingin dicapai.
Jika sekolah ingin membina anak didik menjadi seorang muslim yang bertaqwa dan berakhlak mulia, maka tiruana guru yang mengajar di sekolah itu harus mempunyai kepribadian muslim, taqwa yang berakhlak mulia, lantaran anak didik pada umur Ibtidayah (tingkat dasar) belum bisa berfikir logis, pertumbuhan kecerdasannya masih dalam tahap permulaan dan training kepribadian bagi mereka, lebih banyak melalui tes dan contoh. Apabila guru benar-benar memenuhi syarat sebagai contoh, maka training kepribadian anak didik akan sanggup dilaksanakan dengan gampang, alasannya yaitu pola yang disertai tes, secara berangsur-angsur sanggup menanamkan kebiasaan mengamalkan agama Islam, selanjutnya akan menumbuhkan rasa cinta kepada agama Islam.
Madrasah Ibtidayah di Indonesia bertujuan pula untuk mencetak anak didik menjadi seorang masyarakat Negara Indonesia yang baik,menerima dan mau melaksanakan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta menghargai kebudayaan nasional. Untuk menanamkan sikap yang menyerupai itu diharapkan guru yang memahami Undang-Undang Dasar 1945 dan mempunyai kepribadian yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,sehingga anak didik menemukan pribadi pola kepribadian muslim Indonesia yang terpadu di dalamnya nilai-nilai Islam dan nilai-nilai pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara serasi.
Madrasah Ibtidayah bertujuan juga untuk menumbuhkan nilai dan sikap positif lainnya yang diharapkan bagi seorang muslim Indonesia yang baik sehat jasmani dan rohaninya, berfikiran maju, berminat kepada ilmu pengetahuan, diberinisiatif, berdaya kreatif dan menghargai setiap jenis pekerjaan dan perjuangan yang halal. Sikap dan penampilan kepribadian tiruana guru harus pula menggambarkan tiruana nilai tersebut. Tanpa hidupnya nilai dan sikap tersebut dalam pribadi setiap guru yang mengajar di Madrasah Ibtidayah, sukarlah mengharapkan training nilai dan sikap yang diharapkan oleh kurikulum madrasah ibtidayah itu.
Sikap hidup sebagai insan individu dan insan sosial dari masyarakat Negara Indonesia muslim yang baik dan taqwa, yang tercermin dalam sikap demokratis, empati dan menyayangi sesama insan yang menghargai waktu, ekonomis dan produktif dan lainnya yang tersebut dalam tujuan pendidikan Madrasah Ibtidayah perlu pula tercermin dalam tiruana penampilan kepribadian guru.
Pendek kata tiruana tujuan yang ingin di capai oleh Madrasah Ibtidayah yang di jabarkan dalam kurikulumnya, harus benar-benar dipahami dan dilaksanakan oleh tiruana guru dan tercermin dalam penampilan kepribadiannya.
Sebagai calon guru kita perlu tahu bahwa anak didik yang akan kita bimbing dan bina bukanlah orang cukup umur yang sudah matang pertumbuhannya, akan tetapi ia yaitu anak yang masih bertumbuh dalam segala hal, tingkat pertumbuhan dan kematangan tiap tingkat umurmempunyai kekhususan sendiri, tidak sama dari tingkat lainnya. Maka cara kita menghadapi dan memperlakukan anak didik yang majemuk itu harus sesuai dengan kekhususan umur tersebut. Guru yang mengerti dan memperlakukan anak didi dengan bijaksana akan disenangi oleh anak didik dan akan berhasil usaspesialuntuk untuk mendidik dan membimbing anak didiknya.
Menurut Zakiah Daradjat (2005 : 49) Kita sebagai guru juga mesti sadar bahwa setiap anak masuk ke sekolah membawa segala latar belakang kehidupan dan pengalaman dari orang renta dan lingkungannya. Maka sebagai seorang guru kita harus bisa menampung berguaka ragam sikap dan kelakuan anak didik, tiruananya harus mendapat perhatian dan pelayanan yang diharapkan sesuai dengan kemampuannya untuk mendapatkan dan sesuai pula dengan diri pribadi yang dibawanya. Semua anak didik dengan latar belakang dan pengalaman yang majemuk itu, harus dibimbing dan diarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai dalam kurikulum. Maka kelapangan dada, kebijaksanaan dan ketenangan jiwa kita sangat diharapkan , biar kita tidak terombang-ambing oleh keadaan anak didik yang berguaka ragam itu.
Anak didik pada tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidayah biasanya disebut anak pada usia sekolah, yaitu yang berada pada umur antara enam dan dua belas tahun. Umur tersebut mempunyai ciri dan kekhususan tertentu. Yang perlu mandapat perhatian oleh setiap guru. Pada umur ini belum dewasa sibuk dengan pertumbuhan kecerdasan dan penangkapan atau persepsi, oleh lantaran itu bisa dikatakan bahwa anak pada umur ini baik dan sangat bahagia, tidak pembangkang dan sudah mulai mengerti, tidak menyerupai anak antara umur dua dan lima tahun yang sibuk dengan pertumbuan jasmani cepat dan emosi berubah-ubah dalam waktu singkat, dan tidak pula menyerupai anak umur antara 13 dan 16 tahun yang mengalami pertumbuhan jasmani cepat dan emosi goncang.
Pada umur tujuh dan Sembilan tahun anak mengalami Pertumbuhan kecerdasan yang cepat, sehingga membuat mereka tertarik kepada cerita-cerita atau kisah-kisah baik kisah nyata atau khayal. Guru yang bijaksana pandai memulihkan kisah atau dongeng yang cocok dan serasi dengan anak didik dan sanggup diambil oleh anak untuk menjadi materi identifikasi dalam pertumbuhan pribadinya.
Kepribadian guru yang tercermin dalam segala penampilannya itu hendaknya menarikdanunik, sangat senang dan stabil, biar anak didik mendapat teladan yang baik dalam pertumbuhan pribadinya, serta tidak gundah bertindak dan bertingkah laku.
Barangkali itulah sebabnya maka ada andal yang beropini bahwa hendakya yang menjadi guru pada tingkat Sekolah Dasar atau Madrasah ibtidayah terutama kelas satu dan dua, hendaknya guru yang berpengalman dan mempunyai kepribadian yang benar-benar memenuhi syarat.
Sedangkan untuk pengembangan dan penguatan kompetensi kepribadian seakan-akan dikembalikan lagi kepada pribadi masing-masing dan menjadi urusan pribadi masing-masing. Oleh lantaran itu, marilah kita sama-sama mengambil tanggung tanggapan ini dengan berusaha berguru memperbaiki diri-pribadi kita untuk senantiasa berusaha menguatkan kompetensi kepribadian kita. Meski dalam banyak sekali teori kepribadian disebutkan bahwa kepribadian orang cukup umur cenderung bersifat permguan, DR. Uhar Suharsaputra, M.Pd. dalam bukunya “Menjadi Guru Berkarakter”, disebutkan bahwa: “Jika yakin bisa berubah, maka berubahlah… Jika Anda ingin menjadi guru yang baik dan lebih baik, katakanlah terus pada diri sendiri bahwa saya yaitu guru yang baik dan lebih baik, dan bayangkan bahwa Anda yaitu guru yang baik dan lebih baik dengan kepribadian yang baik dan lebih baik.”
C. Kontribusi Teori Kepribadian Dan Etika Dalam Pengembangan Kepribadian Guru
Kepribadian yaitu sesuatu yang terdapat dalam diri seseorang yang membimbing dan memdiberi arah kepada seluruh tingkah laris individu yang bersangkutan (Allport). Kepribadian juga berarti kesatuan sifat yang tepat atau kematangan sifat pada individu baik jasmani, nalar sosial dan intelegensia dalam interaksi sosial dan tidak sama dengan yang lainnya secara jelas. Abdul Madjid bin Masud mengartikan kepribadian yaitu sebagai sistem yang tepat atau pertumbuhan yang tepat mencakup kematangan fisik, sikap dan pengetahuan yang menentukan keinginan individu dan membedakannya dengan yang lain. Dapat ditetapkan bahwa kepribadian guru yaitu sifat hakiki seorang guru yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakannya dengan orang lain.
Kepribadian (personality) ialah salah satu kajian psikologi yang lahir menurut pemikiran, kajian, atau temuan-temuan (hasil praktik penanganan kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian yaitu human behavior prilaku insan yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan begaimana prilaku tersebut. Dalam islam kepribadian sering diidentikan dengan akhlak.
Sementara itu , Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan wacana aspek-aspek kepribadian, yang didalamnya mencakup beberapa aspek:
a) Karakter
b) Temperamen
c) Sikap
d) Stabilitas emosi
e) Responsibilitas (tanggung jawaban)
f) Sosiabilitas
Menurut Imam Al-Ghazali bahwa kepribadian dan etika guru yaitu sebagai diberikut :
1. Kasih akung kepada penerima didik dan memperlakukannya sebagaimana anaknya sendiri
2. Meneladani Rasulullah sehingga tidak menuntut upah, imbalan maupun penghargaan
3. Hendaknya tidak memdiberi predikat/martabat kepada penerima didik sebelum ia pantas dan kompeten untuk menyandangnya, dan tidakboleh memdiberi ilmu yang samar (al-‘ilm al-khafy) sebelum tuntas ilmu yang terperinci (al-‘ilm al-jaly)
4. Hendaknya mencegah penerima didik dari etika yang buruk (sedapat mungkin) dengan cara sindiran dan tidak tunjuk hidung
5. Guru yang memegang bidang studi tertentu sebaiknya tidak menjelek-jelekkan guruatau merendahkan bidang studi lain
6. Menyajikan pelajaran pada penerima didik sesuai dengan taraf kemampuan mereka
7. Dalam menghadapi penerima didik yang kurang mampu, sebaiknya didiberi ilmu-ilmu yang global dan tidak perlu menyajikan dtailnya
8. Guru hendaknya mengamalkan ilmunya, dan tidakboleh hingga ucapannya berperihalan dengan perbuatannya.
M.Amin Abdullah (2005) mengartikan etika sebagai ilmu yang mempelajari wacana baik danburuk. Jadi, bias dikatakan etika berfungsi sebagai teori perbuatan baik dan buruk (ethis atau µilmal-akhlaq al-karimah),praktiknya sanggup dilakukan dalamdisiplin filsafat. Etika sanggup dipakaidalam arti nilai yang menjadi pegangan seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkahlakunya atau lazim dikenal dengan istilah kode etik contohnya kode etik guru, kode etik pegawainegeri, kode etik jurnalistik, dan lain-lain.Kata etika diidentikkan dengan kepribadian yang berarti sifat hakiki seseorang yang tercerminpada sikap dan perbuatannya, yang membedakan dirinya dengan orang lain (Muhibuddin S,1989).
Seorang guru memahami sosok jibril sebagai pendidik bagi nabi muhammad SAW. ialah sosk yang gagah secara fisik, cerdas intelektual , dan mempunyai sikap yang layak sebagai pendidik, ia kan terdorong untuk meneladani pribadi jibril dalam aktifitasnya sebagai guru. Melalui pemahaman terhadap teori kepribadian dan etika yang dikemukakan oleh pemikir barat(sekuler), seorang guru juga sanggup melaksanakan komparasi dengan pemikir muslim yang menyajiakan pemahaman pribadi guru yang sarat nilai. Selanjutnya seorang guru sanggup menyeleksi dan menentukan pribadi yang hendak ditampilkannya dalam aktifitasnya sebagai guru. melaluiataubersamaini demikian sanggup dikatakan bahwa teori kepribadian dan etika mempunyai bantuan positif dalam pengembangan kepribadian guru.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
sikap profesional keguruan tidak bisa dilepaskan dari perkiraan yang melandasi keberhasilan guru itu sendiri. Sikap ideal yang dimaksud sanggup mengacu kepada sikap Nabi Muhammad saw. Karena ia satu-satunya pendidik yang berhasil. Dalam Al-Quran surah al-Ahzab ayat 21 ditetapkan bahwa pada pribadi Muhammad saw, terdapat teladan yang sanggup dipraktikkan oleh umat manusia.
Kita sebagai calon guru hendaknya mengetahui dan mengerti betul bahwa kepribadian yang tercermin dalam banyak sekali penampilan itu ikut menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan forum pendidikan daerah kita mengajar pada khususnya. Tujuan tersebut sanggup dipelajari dalam kurikulum forum pendidikan yang bersangkutan. Kita perlu tahu bahwa kepribadian kita sebagai guru sedikit banyak akan diserap dan dimbil oleh anak didik menjadi unsur dalam kepribadiannya yang sedang bertumbuh dan berkembang itu. Persyaratan kepribadian bagi guru madrasah, jauh lebih perlu mendapat perhatian, kalau tujuan madrasah dalam training anak didik tersebut ingin dicapai.
Melalui pemahaman terhadap teori kepribadian dan etika yang dikemukakan oleh pemikir barat(sekuler), seorang guru juga sanggup melaksanakan komparasi dengan pemikir muslim yang menyajiakan pemahaman pribadi guru yang sarat nilai. Selanjutnya seorang guru sanggup menyeleksi dan menentukan pribadi yang hendak ditampilkannya dalam aktifitasnya sebagai guru. melaluiataubersamaini demikian sanggup dikatakan bahwa teori kepribadian dan etika mempunyai bantuan positif dalam pengembangan kepribadian guru.
0 Response to "Makalah Keribadian Guru Ideal"
Posting Komentar