Makalah Pengelolaan Pendidikan Pengorganisasian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisasi diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kolaborasi secara terperinci diatur siapa yang menjalankan apa, siapa bertanggung tanggapan atas siapa, arus komunikasi, dan memseriuskan sumber adaya pada tujuan. Setiap organisasi harus mempunyai tujuan. Tujuan dicerminkan oleh samasukan-samasukan yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
Salah satu manfaat organisasi ialah Organisasi sanggup mengubah kehidupan masyarakat. misal dari manfaat ini ialah, kalau organisasi bergerak di bidang kesehatan sanggup membentuk masyarakat menjadi dan mempunyai contoh hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan membuat generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
Organisasi mempunyai dua jenis yaitu Organisasi formal ialah setiap bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih diatur dan dilaporkan secara resmi dalam rangka mencapai tujuan bersama. Di dalam organisasi formal, kekerabatan antara orang-orang dan antara pekerjaan diatur dan ditampilkan dalam struktur organisasai. Organisasi informal ialah sisi lain yang tidak sama dalam organisasi formal yang mempengaruhi tumbuh kembangnya kekerabatan dan acara antara orang-orang di dalam organisasi yang tidak diatur di dalam struktur organisasi.
Baca Juga
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penyusun ingin mengkaji lebih dalam wacana pengorganisasian pendidikan maka penyusun merumuskan persoalan sebagai diberikaut:
1. Apa pengertian organisasi ?
2. Apa tujuan dari oganisasi ?
3. Apa manfaat dari organisasi ?
4. Sebutkan jenis-jenis organisasi ?
5. Sebutkan struktur organisasi ?
6. Sebutkan wewenang organisasi ?
7. Sebutkan seni manajemen organisasi ?
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan persoalan dari rumusan persoalan di atas ialah sebagai diberikut :
1. Mengetahui pengertian organisasi.
2. Mengetahui tujuan dari organisasi.
3. Mengetahui manfaat dari organisasi.
4. Mengetahui jenis-jenis organisasi.
5. Mengetahui struktur organisasi.
6. Mengetahui wewenang organisasi.
7. Mengetahui seni manajemen organisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengorganisasian
Istilah organisasi mempunyai dua pngertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di anatara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu sanggup tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kolaborasi secara terperinci diatur siapa yang menjalankan apa, siapa bertanggung tanggapan atas siapa, arus komunikasi, dan memseriuskan sumber adaya pada tujuan.
Karakteristik sistem kolaborasi sanggup dilihat, anatara lain 1) ada komunikasi antara orang yang bekerja sama; 2) individu dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerja sama; dan 3) kolaborasi itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Menurut Chester I. Bernard organisasi mengandung tiga elemen, yaitu 1) kemampuan untuk bekerja sama; 2) tujuan yang ingin dicapai; dan 3) komunikasi.
2.2 Tujuan
Setiap organisasi harus mempunyai tujuan. Tujuan dicerminkan oleh samasukan-samasukan yang dilakukan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
2.3 Manfaat Organisasi




2.4 Proses Pengorganisasian
Ernest Dale (Stoner, 1986) mempersembahkan pengorganisasian sebagai sebuah proses yang berlangkah jamak. Proses pengorganisasian itu terdiri sebagai diberikut:
1. Pemerincian pekerjaan
Tahap pertama, yang harus dilakukan dalam merinci pekerjaan ialah memilih tugas-tugas apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Pembagian kerja
Tahap kedua, membagi seluruh beban kerja menjadi kegiatan-kegiatan yang sanggup dilaksanakan oleh perseorangan atau perkelompok. Disini perlu diperhatikan bahwa orang-orang yang akan diserahi kiprah harus didasarkan pada kualifikasi, tidak dibebani terlalu berat juga tidak terlalu enteng.
3. Penyatuan pekerjaan
Tahap ketiga, menggabungkan pekerjaan para anggota dengan cara yang rasional, efesien. Pengelompokkan kiprah yang saling berkaitan, kalau organisasi sudah membesar atau kompleks. Penyatuan kerja ini biasanya disebut departementalisasi.
4. Koordinasi pekerjaan
Taha keempat, menetpakan mekanisme kerja untuk mengkoordinasikan pekerjaan dalm satu kesatuan yang harmonis. Pada ketika setiap orang dan setiap pecahan melaksanakan pekerjaan/aktivitas, kemungkinan timbul konflik di antara anggota, dan mekanisme penkoorganasian memungkinkan setiap anggota organisasi untuk tetap bekerja efektif.
5. Monitoring dan organisasi
Tahap kelima, melaksanakan monitoring dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas. Karena pengoraganisasian ialah suatu proses yang berkelanjutan, diharapkan evaluasi ulang terhadap keempat langkah sebelumnya secara terprogram/berkala, utuk menjamin konsistensi, efektif, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan.
2.5 Jenis-jenis Bentuk Organisasi
Jenis atau bentuk organisasi bervariasi dan tidak sama-beda tergantung dari aspek atau sudut pandang masing-masing. Berdasarkan sifat kekerabatan pribadi orang-orang di dalam organisasi, organisasi sanggup dibedakan menjadi dua yaitu organisasi formal dan informal.
Organisasi formal ialah setiap bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih diatur dan dilaporkan secara resmi dalam rangka mencapai tujuan bersama. Di dalam organisasi formal, kekerabatan antara orang-orang dan antara pekerjaan diatur dan ditampilkan dalam struktur organisasai. Pada dasarnya struktur organisasi ialah kerangka yang memperlihatkan segenap kiprah pekerjaan serta hubungannya satu sama lain dan batas wewenang serta tanggung tanggapan setiap anggota organisasi dalam pencapaian tujuan organisasai.
Organisasi informal ialah sisi lain yang tidak sama dalam organisasi formal yang mempengaruhi tumbuh kembangnya kekerabatan dan acara antara orang-orang di dalam organisasi yang tidak diatur di dalam struktur organisasi. Organisasi ini terbentuk dari tingkah laku, perasaan, hastrat, dan kekerabatan yang bersifat pribadi antara orang-orang.
Dilihat dari sisi kepemilikan dan pengelolaannya, terdapat organisasi swasta dan organisasi pemerintah. Dilihat dari bidang kegiatannya sanggup dibedakan antara organisasi politik, social, pemuda, dan lain-lain.
Dilihat dari jumlah orang yang memegang tampuk pimpinan organisasi sanggup dibedakan menjadi dua, yaitu jenis/bentuk tunggal dan bentuk komosi. Bentuk Tunggal ialah pucuk pimpinan berada ditangan satu orang, tiruana kekuasaan dan kiprah pekerjaan bersumber dan bermuara kepadanya. Sedangkan Bentuk Komisi ialah pimpinan oraganisasi ialah suatu dewan yang terdiri dari beberapa orang. Semua kekuasaan dan tanggung tanggapan dipikul oleh dewan itu sebagai satu kesatuan, demikian pula pengambilan keputusan.
Dilihat berdasarkan tinjauan dari segi wewenang, tanggung jawaban, serta kekerabatan kerja dalam organisasi, sanggup dikemukakan adanya empat jenis atau bentuk organisasi.
1. Organisasi Garis
Pengelolaan yang berkaitan dengan tugas-tugas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan berada disatu tangan dan garis kewenangan pribadi dari pimpinan kepada bawahannya. Cirri-ciri yang menonjol dari jenis oraganisasi ini ialah tujuan organisasi masioh sederhana, jumlah karyawan sedikit, pimpinan dan tiruana karyawan saling mengenal, kekerabatan kariyawan dengan pimpinan bersifat langsung, tingkat spesialisasi belum begitu tinggi.
Keunggulan yang dimiliki oleh jenis organisasi ini ialah bahwa kesatuan komando berjalan secara tegas dan memperkecil kemungkinan kesimpang-siuran, proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat, evaluasi terhadap pegawai sanggup dilakukan secara cepat dan obyektif, serta tingginya rasa solidaritas diantara tiruana egawai.
Kekurannya ialah adanya ketergantungan kepada satu orang, adanya kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokratis, dan peluang karyanwan untuk berkembang terbatas.
2. Organisasi Garis dan Staf
Organisasi ini dipakai untuk organisasai besar, kawasan kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang kiprah yang berguaka ragam atau rumut. Cirri-ciri yang sanggup dilihat ialah organisasinya besar dan bersifat kompleks, kawasan kerjanya luas, jumlah karyawannya banyak, kekerabatan kerja yang bersifat pribadi makin mengecil, pimpinan dan karyawan tidak lagi tiruananya saling mengenal, dan terdapat spesialisasi kiprah diantara para karyawannya.
Keunggulan dari organisasi ini ialah sanggup dipakai oleh setiap organisasi yang bagaimanapun besarnya, apapun tujuannya, serta bagaimanapun luas tugasnya. Ada kelebihan lainnya ibarat adanya derma yang jelas, talenta para karyawan sanggup dikembangkan menjadi spesialisasi, pengambilan keputusan sanggup efektif sebab terdapat staf-staf yang andal dibidangnya, koordinasi berjalan lebih baik, dan disiplin karyawan tinggi sebab kiprah yang dilaksanakannya sesuai talenta dan keahliannya.
Kekurangannya ialah rasa solidaritas antar karyawan yang lemah, dan kalau koordinasi pada tingkat staf tidak baik akan sanggup membingungkan unit-unit pelaksana.
3. Organisasi Panitia
Cirri dari organisasi ini ialah mempunyai kiprah tertentu dan jangka waktu berlakunya terbatas, seluruh unsure pimpinan duduk dalam pnitia, kiprah kepemimpinan dan pertanggungjawabanan dilaksanakan secara kolektif, tiruana anggota mempunyai hak/tanggung tanggapan yang umumnya sama. Serta para pelaksana dikelompokkan berdasarkan bidang kiprah tertentu.
Keuntungannya ialah pada umumnya keputusan diambil secara tepat dan obyektif sebab segala sesuatu dibicaran lebih lampau secara kolektif, kemungkikan seseorang untuk bertindak diktatorial sangat kecil, dan kolaborasi dikalangan pelaksana mudah dibina.
Kekurangannya ialah pengambilan keputusan pada umumnya sangat lambat sebab segala sesuatu harus dibicarakan bersama-sama, pertanggungjawabanan secara fungsional seringkali kurang jelas, perintah kepada pelaksana kadang tumpang tindih.
4. Organisasi Fungsional
Organisasi fungsional ialah organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam fungsi yang harus dilaksanakan. Cirri-ciri organisasi ini ialah pembidangan kiprah secara terperinci dan tegas sanggup dibedakan, para pimpinan pada unit tertentu mempunyai wewenang, komando pada unitnya sendiri tanpa persetujuan pribadi dari pimpinan tertinggi, derma unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas, dan dalam melaksanakan kiprah tidak banyak memerlukan organisasai.
Keuntungannya ialah pembidangan kiprah yang jelas, spesialisasi karyawan sanggup makin ditingkatkan, koordisai antar karyawan dalam suatu unit menjadi sangat gampang, koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada tingkat eselon atas.
Kekurangannya ialah para karyawan cenderung mementingkan bidangnya sendiri sehingga kemungkinan timbulnya egoisme antar bidang, dan karyawan terlalu menspesialisasikandiri pada bidang tetentu.
2.6 Struktur Organisasi
Menurut E. Kast dan James E. Rosenzweig (1974) struktur diartikan sebagai contoh kekerabatan komponen tau pecahan suatu organisasi. Struktur ialah sistem formal kekerabatan kerja yang membagi dan mengkordinasikan kiprah orang dan kelompok biar tercapai tujuan. Menurut Simon (1958) struktur itu sifatnya relatif stabil, statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk penyesuaian-penyesuaian.
Pada struktur organisasi tergambar posisi kerja, pembaian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, kekerabatan atasan dan bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manjemen dan akses komunikasi. suatu struktur organisasi menspesifikasi derma kegiatan kerja dan memperlihatkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang tidak sama-beda itu dihunungkan. Struktur itu juga memperlihatkan hierarki dan struktur wewenang organisasi serta memperlihatkan kekerabatan pelapornya. Menurut Stoner, (1986) struktur organisasi dibangun oleh lima unsur, yaitu:
1. Spesialisasi Aktivitas
Spesialisasi Aktivitas mengacu pada spesifikasi kiprah perorangan dan kelompok di seluruh organisasi atau derma kerja dan penyatuan kiprah tersebut ke dalam unit kerja (departemenlisasi).
2. Standardisasi Aktivitas;
Standardisasi Aktivitas mrupakan mekanisme yang dipakai organisasi untuk menjamin kelayakgunaan (predictibility) aktivitas. Banyak dari mekanisme ini diputuskan dengan memformulasikan acara dan kekerabatan dalam organisasi. Menstandarnisasi berarti menyebabkan seragam dan konsisten pekerjaan yang harus dilakukan bawahan, biasanyan dengan memakai peraturan, uraian jabatan, dan progran seleksi, orientasi kerja, keterampilan kerja.
3. Koordinasi Aktivitas;
Koordinasi Aktivitas ialah mekanisme yang memadukan fungsi-fungsi dalam organisasi, ibarat fungsi primer dalam suatu tubuh usaha, pemamasukan, produksi dan penjualan ialah fungsi garis yang secara pribadi menyumbangkan paa pencapaian tujuan organisasi memerlukan organisasi. Menurut Henry Mintzberg (Stoner, 1986) mekanisme standarnisasi megampangkan pengkoordinasian aktivitas, khususnya dalam organisasi yang tidak kompleks.
4. Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputuan;
Sentralisasi dan Desentralisasi Pengambilan Keputuan mengacu pada lokasi kekuasaan pengambian keputusan. Sentralisasi ialah proses serius wewenang dan pengambilan keputusan pada tingkta atas suatu organisasi. Sentralisasi dilakukan biar diperoleh manfaat ekonomi dan pengambilan banyak sekali hal berdasarkan kebijakan, mekanisme dan pemantauan yang distandardisasikan. Bawahan semata-mata sebagai pelaksana. Keuntungan sistem sentralisasi antara lain pengaturan yang sama bagi sema unit dalam organisasi. Kelemahannya, bawahan tidak berkembang dan putusan oleh atasan menyita waktu lama, terlebih kalau data ada pada bawahan. Untuk mengatasi hal itu, dilakukan pendelegasian wewenang pada tiruana tingkat organisasi, yang disebut desentralisasi. Mitzberg membedakan antara desentralisasi vertikal, dan desentralisasi horizontal. Desentralisasi vertikal ialah derma wewenang formal berdasarkan garis komando (dari atas ke bawah). Sedangkan desentralisasi horizontal memerlukan wewengan bertindak tidak secara hierarki melainkan bergantung pada keahlian (wewengang fungsional).
Desentralisasi semakin perlu mabadunga oragnisasi semakin berkembang. melaluiataubersamaini berkembangnya organisasi, maka organisasi yang bergdasrkan desentralisasi tidak akan sanggup mewadahi masalah-masalah yang timbul dan mengalir ke atas. Namun demikian, seberapa banyak dilakukan desentralisasi, akan sangat bergantung pada: 1) siapa yang mengetahui informasi, makin banyak informasi yang diketahui bawahan, makin banyak orang yang melaksanakan desentralisasi; 2) siapa yang bisa mengambil keputusan, makin banyak bawahan mampu, makin sanggup orang melaksanakan desentralisasi. Perlunya desentralisasi harus dikaitkan dengan bila harus ada putusan cepat dilakukan pada tingkat lokal, kesibukan pimpinan tinggi, inisiatif dan moral bawahan memerlukan perbaikan.
Salah satu tuntutan adanya desentralisasi ialah koordinasi, baik koordinasi vertikal maupun koordiasi horizontal. Koordinasi vertikal mengandung unsur: 1) rantai komando; 2) rentang pengawasan; 3) delegasi. Sedangkan koordinasi horizontal yaitu proses pengintegrasian kegiatan pada tingkat yang sama. Seperti halnya desentralisasi horizontal, maka koordinasi horizontal pun memerlukan keahlian fungsional bukan hierarkis.
5. Ukuran Unit Kerja.
Ukuran Unit Kerja mengau pada jumlah pegawai dalam suatu kelompok kerja. melaluiataubersamaini demikian sanggup disimpulkan bahwa pengorganisasian menyangkut penentuan pekerjaan, derma kerja, penetapan mekanisme untuk menkoordinasikan kegiatan, salah satu hasil dari proses ini ialah STRUKTUR ORGANISASI yang ialah mekanisme formal manajemen organisasi. Struktur ini dibuat sangat bergantung pada tujuan organisasi dan seni manajemen yang akan dipergunakan untuk mencapai tujuan itu.
2.7 Wewenang Organisasi
Wewenang ialah hak kelembagaan memakai kekuasaan. Hak ini timbul dari kedudukan formalnya dalam organisasi. Menurut Mac Weber (1947) wewenang itu bermacam-macam, ada wewenang rasional, hokum, tradisi, dan kharismatik. Kharismatik bergantung pada kualitas magis seseorang. Perlu diperhatikan bahwa wewenang formal/kelembagaan tidak selamanya efektif untuk mempengaruhi orang. Itu sangat bergantung pada kehendak atau kesediaan para anggota organisasi, apakah mau tunduk dan mendapatkan atau tidak.
Menurut Newman (Sukanto, R. 1990) wewenang itu sanggup dibedakan menjadi: 1. Wewenang hukum, yaitu wewenang yang dimiliki seseorang untuk menegakkan hukum, mewakili dan bertindak atas nama organisasi; 2. Wewenang teknis yaitu seorang dianggap pakar wacana sesuatu hal; 3. Wewenang berkuasa yaitu sumber utama yang hak melaksanakan tindakan; 4. Wewenang operasional, yaitu seseorang diperbolehkan melaksanakan tindakan tertentu.
Menurut Sukanto (1990) bahwa didalam wewenag ada hierarki yang memperlihatkan posisi yang bertanggung tanggapan terhadap kegiatan tertentu dan melaporkannya kepada yang member perintah. Artinya di sini terdapat kekerabatan tanggung jawaban, wewenang dan pelaporan, dan kaitannya dengan struktur kekerabatan ini didiberi wadah di dalam struktur.
2.8 Budaya Organisasi
Budaya ialah sejumlah pemahaman penting ibarat norma, nilai, sikap, dan keyakinan yang dimiliki bersamaoleh anggota organisasi. Perucci dan Hamby (1992) mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, dan diciptakan oleh insan di dalam masyarakat serta termasuk juga akumulasi sejarah dari obyek-obyek atau perbuatan yang dilakukan sepanjang waktu.
Budaya organisasi mempunyai makna yang luas. Beberapa pakar manajemen memahami budaya organisasi dari suatu perspektif yang tidak sama-beda. Salah satunya berdasarkan Sharplin (1995), budaya organisasi ialah suatu system nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling diberinteraksi dengan struktur formalnya untuk menghasilkan norma-norma sikap organisasi.
a. Fungsi Budaya Organisaisebuah organisasi
Ribbins (2001) mengambarkan bahwa budaya organisasi melaksanakan sejumlah fungsi di dalam





b. Faktor-faktor yang besar lengan berkuasa terhadap budaya organisasi
Noe dan Mondy (1996) mengidentifikasi ada dua variable lingkungan yang membentuk dan mempengaruhi efektivitas budaya organisasi.
Pertama, faktor-faktor yang berasal dan variabel lingkungan internal organisai, yaitu:





Kedua, factor-faktor yang berasal dari lingkungan global, yaitu






c. Membangun budaya organisasin yang efektif
Banyak pakar sependapat bahwa salah satu factor penentu keberhasilan organisasi ialah terbentuknya buidayta organisasi yang sehat. Pada umumnya seni manajemen untuk membangun budaya organisasi sangat situasional dan tergantung pada harapan dan kesepakatan pemimpin atau pengelola organisasi, sebab mempunyai potensi terbesar untuk meletakkan dan memperkuat aspek-aspek budaya.
salah satu pakar, Richard Pascale (1985) dalam Eka Nuraini Rachmawati (2004), seorang peneliti budaya organisasi mengidentifikasikan beberapa tahap proses yang ditemukannya dalam perusahaan-perusahaan yang mempunyai budaya organisasi yang kuat, yakni:





2.9 Strategi Organisasi
Dalam sebuah organisasi, pada klarifikasi ini ialah HIMAPRODI, harus mempunyai seni manajemen dalam mencapai visi yang sudah disahkan bersama. Perencanaan dalam menjalankan sebuah organisasi ialah hal yang harus dilakukan biar tidak adanya ketimpangan atau distorsi ketika dalam perjalanan mencapai visi yang dibangun tersebut.
Apabila kita memakai rumus POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling) maka seni manajemen ialah unsur dalam Planning (Perencanaan) yang ada di dalam tahap pertama, sehingga apabila unsur ini tidak dipenuhi, maka tidak akan terpenuhi pula unsur-unsur dalam tahapan selanjutnya.
Strategi dan Tingkatannya
Dan Schendel dan Charles Hofer (1985) mengambarkan adanya empat tingkatan strategi, keseluruhannya disebut master strategy yaitu :
a. Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan bagaimana respon masyarakat terhadap organisasi ini. Di mana ada pementingan kepada masyarakat bahwa organisasi berusaha sungguh – sungguh dan yang terbaik untuk melayani dan memenuhi kebutuhan serta tuntutan masyarakat.
b. Corporate Strategy
Yaitu sebuah seni manajemen untuk menjalankan misi yang sudah kita siapkan dalam organisasi tersebut sesuai dengan bidang yang sudah menjadi bagiannya. Strategi ini biasa disebut dengan Grand Strategy sebab akan berakibat sangat fatal ketika kita salah dalam menjawaban misi dari sebuah organisasi baik dari kata-kata maupun kebijakan yang diterapkan dalam organisasi.
c. Business Strategy
Strategi ini ialah bagaimana organisasi sanggup merebut pamasukan di tengah masyarakat seperti, sponsor, Dekanat, Rektorat, organisasi lain dan mahasiswa sehingga sanggup menguntungkan dalam membuatkan organisasi ke tingkat yang lebih baik.
d. Functional Strategy
Yaitu seni manajemen untuk menunjang seni manajemen yang lain, adapun dalam fungsional seni manajemen ini terdapat tiga seni manajemen di dalamnya yaitu : seni manajemen fungsional ekonomi, stategi fungsional manajemen dan seni manajemen isu.
”Kenali belum sempurnanya diri sendiri biar tidak sombong
dan ketahui kelebihan diri sendiri biar tidak rendah diri.”
dan ketahui kelebihan diri sendiri biar tidak rendah diri.”
Strategi dan Perumusannya
Menurut potter, ada tiga landasan seni manajemen yang sanggup memmenolong organisasi mempunyai keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan serius. Adapun yang biasa dipakai untuk membuat seni manajemen ialah dengan memakai Analisis SWOT (Strengh, Weakness, Opportunity, Threat).
Strengh (kekuatan), Weakness, (kelemahan), ialah faktor internal dari organisasi kita, sedangkan opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) ialah faktor eksternal yang ada di lingkungan.
Strengh (kekuatan), Weakness, (kelemahan), ialah faktor internal dari organisasi kita, sedangkan opportunity (peluang) dan Threat (ancaman) ialah faktor eksternal yang ada di lingkungan.
Ketika kita sudah mengetahui apa yang kita miliki dan kelemahan kita, maka kita sanggup memilih alternative seni manajemen yang melihat dari peluang serta bahaya dari lingkungan sekitar, adapun dalam penentuannya akan menemukan beberapa alternative – alternative seni manajemen yang diadaptasi dengan visi dan misi organisasi kita.
PENUTUP
Kesimpulan
Istilah organisasi mempunyai dua pngertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di anatara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu sanggup tercapai secara efektif.
Tiga bidang utama dalam tujuan organisasi yaitu profitability (keuntungan), growth (pertumbuhan), dan survive (bertahan hidup). Ketiganya harus berjalan berkesinambungan demi kemajuan organisasi.
Budaya organisasi mempunyai makna yang luas. Beberapa pakar manajemen memahami budaya organisasi dari suatu perspektif yang tidak sama-beda. Salah satunya berdasarkan Sharplin (1995), budaya organisasi ialah suatu system nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling diberinteraksi dengan struktur formalnya untuk menghasilkan norma-norma sikap organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah Nanang, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009
Affifudin dan Sutikno Sobry, Pengelolaan Pendidikan “Teori dan Praktek”, Prosfect, Bandung: 2008
http://forumsejawat.wordpress.com/category/pengorganisasian-pendidikan/
0 Response to "Makalah Pengelolaan Pendidikan Pengorganisasian"
Posting Komentar