Makalah Teori Kepemimpinan Dan Model-Model Kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan ialah usaha sadar dan bersiklus semoga insan sanggup menyebarkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat (UU RI No. 20 tahun 2003 wacana sistem pendidikan nasional).
Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan (kepala sekolah) sebagai penanggung balasan pengelolaan pendidikan, wacana yang menghipnotis tingkat keberhasilan proses yang sudah di rencanakan itu salah satunya ialah Faktor pengelola Pendidikan itu sendiri, dalam hal ini seriusnya yaitu kepala sekolah yang dituntut untuk mampu memimpin dan mengatur anggotanya sesuai dengan tujuan yang hendak di capai dari visi dan misi yang sudah tertuang pada forum tertentu.
Oleh lantaran itu, pada Makalah ini kami berusaha seterbaik mungkin untuk dapat menerangkan pengertian dan theory kepemimpinan, model-model kepemimpinan pendidikan, dan standar kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan, sehinggga pada kesannya diharapkan makalah ini menjadi materi renungan dan embel-embel wawasan khususnya bagi penyusun dan umumnya untuk pembaca sekalian.
B. Rumusan Masalah
kepala sekolah sebagai pemimpin pada satuan forum tertentu mempunyai kewenangan dalam mengatur dan membina anggotanya untuk sanggup menjalankan kiprah dengan baik dan membuat suasana kerja yang kondusif sekaligus ialah tanggungjawaban yang sangat besar dan membutuhkan keterampilan dalam memimpin, maka timbulah pertanyaan sebagai diberikut:
a. Apa definisi dan theory yang berafiliasi dengan kepemimpinan?
b. Sebutkan model-model kepemimpinan pendidikan?
c. Bagaimana standar kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk sanggup menyebarkan wacana yang di maksud di atas (rumusan masalah), maka dengan ini kami coba sampaikan tujuan penulisan makalahnya, adapun tujuan dari penulisan makalah tersebut yaitu :
a. Mengetahui definisi dan theory yang berafiliasi dengan kepemimpinan.
b. Mengetahui model-model kepemimpinan pendidikan.
c. Mengetahui standar kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan.
d. Memenuhi salah satu kiprah kelompok pada matakuliah Pengelolaan Pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Teori Kepemimpinan
- Pengertian Kepemimpinan
Davis (1977) mengartikan, kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mengajak orang lain untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat. Kepemimpinan berdasarkan Mulyasa (2003) yaitu kegiatan untuk menghipnotis orang-orang yang diarahkan untuk pencapaian tujuan bersama atau organisasi. Menurut Ary H. Gunawan (1996) kepemimpinan yaitu gaya atau proses menghipnotis orang lain atau sekelompok orang untuk mengarahkan usaha bersama, guna mencapai suatu samasukan/tujuan yang sudah diputuskan.
Sementara Oteng Sutisna (1993) dalam bukunya merumuskan bahwa kepemimpinan sebagai proses menghipnotis kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Koont dan Donnel (1982), mengartikan kepemimpinan sebagai suatu seni dan proses menghipnotis sekelompok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompok. Terry (1954) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk menghipnotis orang-orang semoga bekerja dengan tulus untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pengertian yang lain Carter V. Good mempersembahkan klarifikasi pengertian yang lebih luas lagi terkena apa bergotong-royong hakikat kepemimpinan itu dalam dua batasan yang menurutnya? kepemimpinan tidak lain dari pada kesiapan mental yang terwujudkan dalam bentuk kemampuan seseorang untuk mempersembahkan bimbingan, mengarahkan dan mengatur serta menguasai orang lain semoga mereka berbuat sesuatu, kesiapan dan kemampuan kepada pemimpin tersebut untuk memainkan peranan sebagai juru tafsir atau pembagi klarifikasi wacana kepentingan, minat, kemauan harapan atau tujuan-tujuan yang diinginkan untuk mencapai oleh sekelompok individu.
melaluiataubersamaini demikian, hakekat kepemimpinan pendidikan yaitu kemampuan untuk menghipnotis dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Disini nampak bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi di dalam kepemimpinan pendidikan yaitu (1) pengikut, (2) tujuan, dan (3) kegiatan mempengaruhi. Pemimpin yang efektif yaitu pemimpin yang anggotanya sanggup mencicipi bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, kawasan tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkannya. Peran pemimpin dalam forum pendidikan sebagai figur sangat diharapkan dalam mengambil kebijakan dan keputusan sehingga aneka macam perkara sanggup diatasi dalam keadaan yang paling rumit pun.
- Teori Kepemimpinan
a. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi
Berdasarkan penelitian, sikap seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini mempunyai kecenderungan ke arah dua hal :
Pertama yang disebut Konsiderasi yaitu kecenderungan pemimpin yang menggambarkan kekerabatan dekat dengan bawahan. misal tanda-tanda yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memdiberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi dengan bawahan.
Kedua disebut struktur inisiasi yaitu kecenderungan seorang pemimpin yang mempersembahkan batasan kepada bawahan. misal yang sanggup dilihat, bawahan mendapat isyarat dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil apa yang akan dicapai.
Makara berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik yaitu bagaimana seorang pemimpin yang mempunyai perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi juga.
Kemudian timbulah teori kepemimpinan situasi dimana seorang pemimpin harus ialah seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.
b. Teori Kepemimpinan Sifat ( Traits Leadership Theory )
Teori ini menyatakan bahwa efektifitas kepemimpinan tergantung pada abjad pemimpinnya, sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik, dan kemampuan sosial.
Analisis ilmiah wacana kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan “The greatma theory”.
Dalam perkemabangannya, teori ini mendapat dampak dari aliran sikap pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat – sifat kepemimpinan tidak
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga sanggup dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental dan kepribadian.
seluruhnya dilahirkan, akan tetapi juga sanggup dicapai melalui pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain : sifat fisik, mental dan kepribadian.
c. Teori Kontingensi
Mulai berkembang pada pertama tahun 1962, teori ini menyatakan bahwa tidak ada satu sistem manajemen yang optimum, sistem tergantung pada tingkat perubahan lingkungannya. Sistem ini sering disebut dengan sistem organik (sebagai lawan sistem mekanistik), pada sistem ini mempunyai beberapa ciri :
a. Substansinya yaitu insan bukan tugas.
b. Kurang menekankan hirarki.
c. Struktur saling berhubungan, fleksibel, dalam bentuk kelompok.
d. Kebersamaan dalam nilai, kepercayaan dan norma.
e. Pengendalian diri sendiri, penyesuaian bersama.
d. Teori Behavioristik
Behaviorisme ialah salah aliran psikologi yang memandang individu spesialuntuk dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. melaluiataubersamaini kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Pendekatan ini menekankan bahwa manajemen yang efektif bila ada pemahaman wacana pekerja lebih berorientasi pada insan sebagai pelaku. Adapun Beberapa tokoh yang menguraikan terkait dengan teori ini, antara lain :
a) Maslow
Individu mempunyai 5 kebutuhan dasar yaitu physical needs, security needs, social needs, esteem needs, self actualization needs. Kebutuhan tersebut akan menyebabkan suatu keinginan untuk memenuhinya. Organisasi perlu mengenali kebutuhan tersebut dan berusaha memenuhinya semoga timbul kepuasan.
b) Douglas Mc Gregor (1906-1964)
Teori X dan teori Y. Teori X melihat karyawan dari segi pessimistik, manajer spesialuntuk mengubah kondisi kerja dan mengefektifkan penerapan rewards & punishment untuk meningkatkan produktivitas karyawan. Teori Y melihat karyawan dari segi optimistik, manajer perlu melaksanakan pendekatan humanistik kepada karyawan, menantang karyawan untuk berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, mendorong kinerja.
e. Teori Humanistik
Teori ini lebih menekankan pada prinsip kemanusiaan. Teori humanistik biasanya dicirikan dengan adanya suasana saling menghargai dan adanya kebebasan. Teori Humanistik dengan para pencetus Argryris, Blake dan Mouton, Rensis Likert, dan Douglas McGregor. Teori ini secara umum berpendapat, secara alamiah insan ialah “motivated organism”. Organisasi mempunyai struktur dan sistem kontrol tertentu. Fungsi dari kepemimpinan yaitu memodifikasi organisasi semoga individu bebas untuk merealisasikan potensi motivasinya didalam memenuhi kebutuhannya dan pada waktu yang sama sejalan dengan arah tujuan kelompok. Apabila dicermati, di dalam Teori Humanistik, terdapat tiga variabel pokok, yaitu; (1), kepemimpinan yang sesuai dan memperhatikan hati nurani anggota dengan segenap harapan, kebutuhan, dan kemampuan-nya, (2), organisasi yang disusun dengan baik semoga tetap relevan dengan kepentingan anggota disamping kepentingan organisasi secara keseluruhan, dan (3), interaksi yang dekat dan serasi antara pimpinan dengan anggota untuk menggalang persatuan dan kesatuan serta hidup tenang bersama-sama. Blanchard, Zigarmi, dan Drea bahkan menyatakan, kepemimpinan bukanlah sesuatu yang Anda lakukan terhadap orang lain, melainkan sesuatu yang Anda lakukan bersama dengan orang lain (Blanchard & Zigarmi, 2001).
B. Model-Model Kepemimpinan Pendidikan
a. Model Kontingensi (Fiedler Leadership Contingency Model)
Fiedler dan Chemer (1974) menyebarkan teori kepemimpinan yang disebut dengan leadership contingency model. Model ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan ialah suatu hal yang susah. Pendekatan ini berusaha mengenali faktor-faktor yang paling penting dalam seperangkat situasi tertentu, dan meramalkan gaya kepemimpinan yang paling efektif dalam situasi menyerupai itu. Fiedler sudah mengidentifikasikan tiga aspek dalam situasi pekerjaan yang memmenolong memilih gaya kepemimpinan mana yang akan efektif.
Aspek Pertama variable kekerabatan antara pemimpin dan anggota. Hubungan ini dianggap yang paling penting alasannya akan memilih kekuasaan dan pengaruhnya. Jika pimpinan diterima baik oleh kelompoknya dan anggota kelompok menghargai pimpinan, maka pimpinan tidak perlu bersandar pada wewenang formalnya. Akan tetapi kalau sebaliknya, ia harus menyandarkan diri pada perintah untuk menyelasaikan tugasnya.
Aspek kedua yaitu variable struktur kiprah untuk dalam situasi kerja. Tugas yang sangat berstruktur yaitu kiprah yang mekanisme atau isyarat langkah demi langkah untuk penyelesaian kiprah itu sudah tersedia, lantaran anggota sudah mengerti apa yang diharapkan. Pimpinan dalam situasi menyerupai ini dengan sendirinya mempunyai wewenang yang besar. Seberapa jauh terperincinya tugas-tugas yang harus dilaksanakan bawahan, makin terperinci kiprah itu dan terang dipahami, maka semakin besar pertolongan anggota.
Aspek yang ketiga yaitu variable kekuasaan lantaran posisi pimpinan, sebagai variable situasi terakhir yang diidentifikasi oleh Fiedler. Beberapa posisi misalnnya, mempunyai jabatan sebagai menteri, disamping itu sebagai ketua parpol, ketua yayasan sosial, jabatan yang tinggi megampangkan kiprah pemimpin dalam menghipnotis bawahan, sedangkan kekuatan posisi yang kecil, contohnya perkumpulan olahraga, panitia pengumpul dana suka rela, membuat kiprah penilaian pemilihan lebih sukar.
Kombinasi dari ketiga variable di atas menghasilkan dimensi gres sejumlah delapan macam dalam situasi pekerjaan. Hubungan antara pemimpin dan bawahan sanggup baik atau buruk, kiprah sanggup berstruktur atau tidak berstruktur, dan kekuasaan posisi bisa besar bisa kecil. Untuk memperjelas gambaran, wacana dimensi-dimensi gres itu sanggup dilihat pada skema diberikut ini :
Hubungan Pemimpin dan Bawahan | Baik | Tidak Baik | ||||||
Struktur Tugas | | | | | | | | |
Kekuasaan lantaran posisi | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah | Kuat | Lemah |
b. Model Kepemimpinan Normatif Vroom-Yetton
Model Normative Vroom-Yetton menerangkan bagaimana seorang pemimpin harus memimpin dalam situasi yang bermacam-macam. Model ini menerangkan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang sanggup efektif diterapkan dalam tiruana situasi. Para pendukung teori ini mengajukan beberapa gaya pengambil keputusan manajerial, antara lain : gaya keputusan otokratis, gaya keputusan konsultatif, gaya keputusan kelompok, sistem keputusan pendelegasian, dan sistem pengambilan keputusan partisipatis. Pilihan salah satu gaya kepemimpinan ini harus diadaptasi dengan situasi, menyerupai kekerabatan pemimpin dengan bawahan, struktur kiprah dan posisi pimpinan.
c. Model Jalur Tujuan (Transpromational Leadership Model)
Hampir sama dengan pendekatan kontingensi, model jalur tujuan mencoba memperkirakan keefektifan kepemimpinan dalam situasi tidak sama. Model ini dikembangkan oleh Martin G. Evans (1970) dan Robert J. House (1974) Stoner, 1986 yang di dasarkan atas model pengharapan, menyatakan bahwa motivasi seseorang tergantung pada harapannya akan imbalan dan nilai serta memusatkan pemimpin sebagai sumber imbalan. Pendekatan ini berupaya meramalkan bagaimana macam imbalan yang berlainan dan gaya kepemimpinan yang tidak sama menghipnotis motivasi, prestasi dan kepuasan bawahan.
Teori ini disebut jalur tujuan lantaran memseriuskan pada cara pemimpin menghipnotis persepsi bawahan tujuan kerja. Apa yang harus mereka lakukan untuk mendapat imbalan tersebut. Pimpinan yang berorientasi pada bawahan akan menyediakan aneka macam macam imbalan, bukan spesialuntuk sekedar uang dan promosi, tetapi juga dukungan, rasa aman, dan rasa hormat. Pimpinan akan peka terhadap perbedaan individu diantara bawahan sehingga ia akan menyesuaikan imbalan dengan kebutuhan keinginan anggota. Di lain pihak pimpinan yang berorientasi pada kiprah akan menyadiakan imbalan yang lebih kecil dan kurang bersifat individual.
Namun diakui bahwa gaya manajer menyerupai ini biasannya akan jauh lebih baik dalam mengaitkan prestasi bawahan dengan besarnya imbalan, daripada pimpinan yang berorientasi pada bawahan. Pendekatan ini mempunyai paham bahwa gaya kepemimpinan yang paling memotovasi bawahan akan tergantung pada macam imbalan yang paling disukainya. Untuk lebih jelasnnya skema dibawah ini melukiskan bagaimana pimpinan menghipnotis persepsi bawahan dalam kaitannya dengan tujuan (imbalan).
C. Standar Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pendidikan
Paradigma pendidikan yang mempersembahkan kewenangan luas kepada sekolah dalam menyebarkan aneka macam potensinya memerlukan peningkatan kemampuan kepala sekolah dalam aneka macam aspek manajerialnya, semoga sanggup mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban sekolahnya. Dalam pasal 12 ayat 1 peraturan pemerintah 28 tahun 1990 diuraikan bahwa: “Kepala sekolah bertanggungjawaban atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, manajemen sekolah, training tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan serta pemeliharaan masukana dan pramasukana”.
Sejalan dengan kompleksnya tuntutan kiprah kepala sekolah, maka seorang kepala sekolah diharapkan sanggup melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, terencana, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kepala sekolah harus mempunyai visi dan misi, serta taktik manajemen pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini dikenal dengan manajemen Mutu Terpadu (MMT).
melaluiataubersamaini dikeluarkannya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 wacana Sistem Pendidikan Nasional yang kemudian dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 wacana Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah memandang perlu untuk tetapkan standar standar lainnya guna mendukung pelaksanaan reformasi dibidang pendidikan yang berlandaskan amanat para pendiri bangsa.
Salah satu standar yang di keluarkan oleh pemerintah yaitu standar wacana Kepala Sekolah / Madrasah yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007. Dalam hukum ini pemerintah memandang perlu adanya standar penentuan kualifikasi seseorang untuk sanggup diangkat sebagai kepala sekolah atau madrasah, antara lain kualifikasi umumnya yaitu :
1. Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma IV kependidikan atau non kependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi.
2. Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah usia setinggi-tingginya yaitu 56 tahun.
3. Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun berdasarkan jenjang sekolah masing masing, kecuali TK/RA mempunyai pengalaman mengajar sekurang kurangnya 3 tahun.
4. Memiliki pangkat serendah rendahnya III/c bagi PNS dan bagi non PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau forum yang berwenang.
Sedangkan kualifikasi khusus ditentukan berdasarkan jenjang forum pendidikannya, yang meliputi: :
- Berstatus sebagai guru
- Mempunyai akta sebagai guru
- Memiliki akta kepala sekolah.
Selain kualifikasi umum dan khusus tersebut, untuk menduduki jabatan sebagai kepala sekolah / madrasah dituntut harus mempunyai kompetensi sebagai diberikut :
· kepribadian, artinya :
1. Berakhlak mulia, menyebarkan budaya dan tradisi adat mulia dan menjadi pola adat mulia bagi komunitas di sekolah.
2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3. Memiliki keinginan yang berpengaruh di dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah.
4. Bersifat terbuka dalam melaksanakan kiprah pokok dan fungsinya
5. Mengendalikan diri dalam menghadapi perkara dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah.
6. Memiliki talenta dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
· managerial artinya:
1. Menyusun perencanaan sekolah untuk aneka macam tingkatan perencanaan.
2. Mengembangkan sekolah sesuai dengan kebutuhan.
3. Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal.
4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi pembelajaran yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang aman dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayaan sumberdaya insan secara optimal.
7. Mengelola masukana dan pramasukana sekolah dalam rangka pendayagunaan secara optimal.
8. Mengelola kekerabatan antara sekolah dan masyarakat dalam rangka mencari pertolongan ide, sumber berguru dan pembiayaan.
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik gres dan penempatan pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntable, transparan dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah.
13. Mengelola unit layanan khusus dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah.
14. Mengelola sistim informasi sekolah dalam rangka penyusunan kegiatan dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.
16. Melakukan monitoring, penilaian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan kegiatan sekolah dengan mekanisme yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.
· kewirausahaan artinya:
1. Menciptakan penemuan yang berkhasiat bagi sekolah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang berpengaruh untuk sukses dalam melaksanakan kiprah pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang mengalah dan selalu mencari solusi yang terbaik dalam menghadapi hambatan yang dihadapi sekolah/madrasah.
5. Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber berguru peserta didik.
· supervisi artinya :
1. Merencanakan kegiatan supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan memakai pendekatan dan super visi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
· sosial artinya :
1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah.
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Demikian hal hal penting yang perlu diketahui oleh tiruana pihak wacana kualifikasi kepala sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional dalam usaha memajukan pendidikan. Masyarakat diharapkan sanggup mengambil hikmahnya dalam rangka menjalankan mendukung tiruana program pendidikan secara nasional.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kepemimpinan berkaitan dengan penanganan perubahan, mereka tetapkan arah dengan menyusun satu visi masa depan kemudian menyatukan, mengkomunikasikan dan mengilhami orang dalam organisasi untuk mencapai tujuan tersebut, jadi kepemimpinan ialah konsep yang lebih sempit dari manajemen.
Urgensi kepemimpinan dalam sebuah organisasi sanggup di uraikan sebagai diberikut : tanpa kepemimpinan suatu organisasi yaitu orang-orang dan mesin-mesin yang kacau balau, kemudian bisa mengubah suatu potensial menjadi kenyataan, dan sanggup dijadikan sumber atau alat untuk mencapai tujuan/ visi yang hendak di capai.
Erat kaitannya dengan kepemimpinan maka para jago dalam hal ini jago dalam kepemimpinan mencetuskan theory-theory wacana pemimpin yang sanggup dijadikan sumber dan pedoman dalam mengelola sebuah organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang. 2008. “Landasan Manajemen Pendidikan”. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Sutikno, M. Sobri. 2010. “Pengelolaan Pendidikan”. Bandung : Prospect Bandung.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah mempersembahkan rahmat dan karunia, berupa nafas serta kegampangan kepada kami dalam menyusun makalah yang berjudul “Kepemimpinan Pendidikan˝ Tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada pimpinan umat yakni Nabi Muhammad Saw, beserta keluarganya, teman dekatnya, dan sampailah kepada kita selaku umatnya yang selalu menjalankan syariat Islam hingga final zaman. Amin.
Dalam peluang ini, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Muhammad Erihadiana, M. Pd Selaku dosen pada matakuliah “Pengelolaan Pendidikan” yang sudah mempersembahkan peluang kepada kami dalam menyusun makalah ini.
2. Rekan-rekan seperjuangan yang sudah mempersembahkan informasi, motivasi, beserta pertolongan dan menolongan sehingga makalah ini selesai pada waktunya.
cepatdangampang-gampangan apa yang sudah diperbuatnya mendapat ridho Allah SWT. Amin.
Kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan harapan tiruana pihak. Akan tetapi, dengan segala belum sempurnanya dan keterbatasan makalah ini, gampang-gampangan sanggup bermanfaa dan menambah wawasan keilmuan bagi yang membaca dan memahaminya.
Bandung, 12 Maret 2012
Penulis
![]() |
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Teori Kepemimpinan............................................... 3
B. Model-Model Kepemipinan Pendidikan........................................... 7
C. Standar Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan ............... 9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
![]() |
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada Matakuliah Pengelolaan Pendidikan

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Meriyanti : 1210209065
Mudzalifah : 1210209070
Rohman Kurnia : 1210209088
Shinta Nurjanah : 1210209097
Siti Daiyah S. : 1210209098
Sri Herlina : 1210209100
PGMI / B / II
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG




0 Response to "Makalah Teori Kepemimpinan Dan Model-Model Kepemimpinan"
Posting Komentar