Proposal Penelitian Meningkatkan Hasil Berguru Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Model Kooperatif Learning Tipe Stay Two Stray Sub Pokok Sistem Pemerintahan Sentra ( Penelitian Tindakan Kelas Di Mi Husaiyah Cicalengka – Bandung Kelas Iv Semester Genap )
A. Latar Belakang
Pendidikan kewargguagaraan yaitu salah mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar atau di Madrasah Ibitidaiyah. Pendidikan Kewargguagaraan ialah perjuangan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar yang berkenaan dengan hubungan antara masyarakat negara dengan negara serta pendidikan penlampauan bela negara supaya menjadi masyarakat yang sanggup dipercaya oleh bangsa dan Negara (Suharsono dkk 2002:6). Mata pelajaran Pendidikan Kewargguagaraan di sekolah dasar atau di Madrasah Ibtidaiyah meliputi materi pelajaran yang ditekankan pada pengamalan dan adaptasi dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana sebagai bekal untuk mengikuti pendidikan diberikutnya.
Melalui pelajaran Pendidikan Kewargguagaraan diharapkan siswa bisa berpikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi situasi, berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawaban, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 Oktober 2013 dengan guru kelas IV MI Husainiyah Cicalengka Bandung bahwa metode pembelajaran yang sering digunakan dalam mata pelajaran PKn yaitu metode ceramah dan tanya jawaban. Hal ini membuat siswa menjadi jenuh untuk mengikuti pembelajaran, selain jenuh banyak siswa yang mengobrol dan main-main tidak memperhatikan gurunya. Guru juga tidak mengetahui model-model pembelajaran terutama model pembelajaran Stay Two Stray. Rendahnya acara siswa dalam pembelajaran berdampak pada hasil berguru siswa pada mata pelajaran PKn. Banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) Seperti yang terjadi pada nilai Mid Semester kelas IV MI Husainiyah Cicalengka Bandung, dari 28 siswa terdapat 23 siswa yang nilainya kurang dari KKM dan spesialuntuk 5 siswa yang menerima nilai lebih dari KKM.
Bedasarkan permasalahan di atas diharapkan model pembelajaran yang aktif dan inovatif supaya hasil berguru siswa lebih meninggkat. Salah satu model pembelajaran yang sanggup digunakan dalam mata pelajaran PKn yaitu metode Coopertive Learning tipe Stay two Stray. Menurut Suprijono (2012: 54) cooperative learning adalah suatu konsep yang lebih luas meliputi tiruana jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Cooperative learning memiliki banyak tipe salah satunya yaitu tipe two stay two stray. Isjoni (2007: 79) model cooperative learning tipe two stay two stray adalah metode yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan metode kepala bernomor. Teknik ini memdiberi peluang kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran memakai model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan hasil berguru siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan memakai model pembelajaran sehingga peneliti mengangkat judul ”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn melalui model cooperative Learning tipe Stay Two Stray Sub Pokok Sistem Pemerintahan Pusat (PTK Di MI Husainiyah Cicalengka Kelas IV Semester Genap)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang persoalan diatas, maka peneliti merumuskan persoalan sebagai diberikut: “apakah hasil berguru PKn sanggup ditingkatkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada siswa kelas IV MI Husainiyah Cicalengka pada setiap siklusnya?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hasil berguru siswa kelas IV MI Husainiyah Cicalengka pada pelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sanggup mempersembahkan manfaat, yaitu:
1. Bagi siswa
a. Memmenolong siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya khususnya bagi siswa yang mengalami kesusahan dalam berguru PKn.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman siswa dalam proses belajar.
2. Bagi guru
Menambah pengetahuan wacana variasi model pembelajaran sebagai alternatif yang sanggup dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sesuai materi yang diajarkan.
3. Bagi sekolah
Sebagai materi pertimbangan untuk dijadikan tumpuan model pembelajaran di MI Husainiyah, khususnya pada mata pelajaran PKn.
E. Kerangka Berpikir
Pendidikan kewargguagaraan ialah perjuangan untuk membekali penerima didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara masyarakat Negara dan Negara. (Suharsono 2002:6).
Melalui pendidikan kewargguagaraan, masyarakat Negara NKRI diharapkan bisa memahami, mengalisis dan menjawaban masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan keinginan tujuan nasional. (Suharsono 2002 : 7)
Suprijono (2009), mengemukakakan bahwa hasil berguru yaitu pembaharuan prilaku secara keseluruhan bukan spesialuntuk salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Bloom (dalam Suprijono 2009) hasil berguru meliputi beberapa aspek kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perlu diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam proses berguru mengajar digambarkan oleh hasil belajarnya dari penilaian belajar. Keberhasilan berguru seseorang dalam suatu jadwal sanggup dilihat menurut perubahan hasil belajar. Ini berarti bahwa hasil berguru yang dicapai diperoleh setelah mengalami proses belajar. Belajar mengajar ialah suatu proses yang mengandung tiga unsur yakni tujuan pengajaran (instruksional) dan pengalaman.
Sudjana (1992), mengemukakan bahwa hasil berguru bukan spesialuntuk bermanfaa untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran tetapi juga sebagai umpan balik bagi upaya memperbaiki proses berguru mengajar. Hasil berguru pada hakikatnya ialah perubahan tingkah laris yang meliputi beberapa aspek bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil berguru yaitu kemampuan yang dimiliki siswa setelah mendapatkan pengalaman belajar.
Gagne (dalam Suprijono 2009) mengemukakan lima kategori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, taktik kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Sedangkan Kingsley (dalam Sudjana 1992) membagi hasil berguru dalam tiga jenis, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.
Menurut Woorworth, (dalam Ismihyani 2000) hasil berguru ialah perubahan tingkah laris sebagai akhir dari proses belajar. Woorworth juga menyampaikan bahwa hasil berguru yaitu kemampuan faktual yang diukur secara langsung. Dari hasil pengukuran berguru inilah nanti akan diketahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang sudah dicapai.
Hasil berguru ialah hasil dari suatu interaksi hasil berguru dan tindakan mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses penilaian hasil belajar. Dari sisi siswa hasil berguru ialah puncak proses berguru yang ialah bukti dari perjuangan yang sudah dilakukan.
Hasil berguru yaitu tiruana imbas yang sanggup dijadikan sebagai indikator wacana nilai dari penerapan taktik pembelajaran di bawah kondisi yang tidak sama.(Degeng, 1989). Variabel hasil pembelajaran sanggup diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : (a) keefektifan ( effectiveness) keefektifan pembelajaran diukur dari tingkat pencapaian siswa. Terdapat empat indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu kecermatan penguasaan sikap yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi. (b) efisiensi ( effeciency ) efisiensi pembelajaran diukur dengan perbandingan antara keefektifan dan jumlah waktu yang digunakan siswa atau jumlah biaya yang digunakan dalam pembelajaran. (c) daya tarik (appeal ) daya tarik dalam pembelajaran diukur dengan memakai kecenderungan siswa untuk tetap terus belajar.
Winkel (1987 : 82) menyampaikan bahwa berguru yaitu interaksi yang aktif antara individu dengan lingkungan sosialnya yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, kemampuan, pemahaman dan sikap. Perubahan tersebut bersifat konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan yang terjadi pasca kegiatan berguru tidak spesialuntuk bersifat fasis tetapi juga menyentuh ranah spiritual. Perubahan tersebut tidak spesialuntuk nampak secara visual dalam bentuk kemampuan atau sikap yang sanggup diamati secara obyektif dalam mengejawantah dalam sebuag konstruksi contoh pikir yang bersifat holistik dan mendalam. Tentu saja, perubahan-perubahan yang terjadi tidaklah bersifat negatif, namun lebih mengarah pada suatu perubahan yang bersifat positif, yakni perubahan yang mengarah pada kemajuan dan kesejahteraan lahir maupun batin.
Dari pengertian berguru ini diharapkan orang yang berguru semakin usang semakin menyampaikan pemahaman dan pengertian terhadap hubungan atau keterkaitan antara materi yang dipelajari dengan tingkatan yang sanggup mempersembahkan suatu yang pada pertamanya belum ada, atau suatu proses perbaikan terhadap bentuk-bentuk yang sudah ada. Mustaqim (1990 : 49) menyampaikan bahwa kegiatan berguru bukanlah suatu proses yang bersifat mekanis melainkan lebih menjurus pada keaktifan keseluruhan bab kepribadian seseorang.
Sejalan dengan pengertian yang ada pada belajar, mengajar yaitu suatu perjuangan yang dilakukan oleh pihak yang berkompeten (guru) dalam membimbing anakdidik atau siswa ke arah perubahan situasi dalam pengertian kemajuan dalam proses perkembangan psikologis, sikap pribadi, serta kemampuan dan ketrampilan secara umum.
Ahmadi dan Suprijono (2003) mengemukakan bahwa berguru ialah proses dari perkembangan hidup manusia. melaluiataubersamaini belajar, insan melaksanakan perubahan-prubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup tidak lain yaitu hasil dari belajar.
Sudjono (1980 : 81) menyampaikan bahwa mengajar yaitu suatu kegiatan mengubah situasi pribadi siswa dalam pemupukan pengertian, pengetahuan, dalam membuatkan daya-daya jiwa, sikap serta ketrampilan dan sebagainya.
Joni (1989 : 11) menyampaikan bahwa berguru yaitu perubahan tingkah laris sebagai hasil dari pengalaman, kecuali bentuk perubahan tingkah laris yang sejalan dengan perkembangan kejiwaan yang mengarah pada tingkatan kedewasaan, perubahan instingktif, maupun perubahan yang temporer. Gagne,( dalam Sudjana, 1992 ) mengemukakan 5 teori hasil belajar, yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, taktik kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Hasil berguru dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kematangan untuk belajar, kemampuan dan keterampilan dasar untuk belajar, suasana di daerah belajar, pengajar, dan penguatan. Ini berarti bahwa optimalisasi hasil berguru siswa tergantung pada proses berguru siswa dan cara guru mengajar.
Guna meningkatkan hasil berguru siswa, guru menerapkan metode pembelajaran stay two stray atau dua tinggal dua tamu. Model cooperative learning tipe two stay two stray ialah salah satu alternatif yang sanggup diterapkan kepada siswa. Teknik ini dipertamai dengan proteksi kelompok.
Model cooperative learning tipe two stay two stray adalah metode yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan metode kepala bernomor. Teknik ini memdiberi peluang kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran memakai model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan acara dan hasil berguru siswa. Isjoni (2007: 79)
Makara model pemelajaran metode stay two stray ialah pembelajaran yang sanggup meningkatkan hasil berguru siswa. Siswa menunjukan permasalahan kepada kelompok lain dengan bahasa sendiri dan setelah itu mengulas hasilnya denga kelompok sendiri.
Langkah-langkah metode stay two stray dalam proses berguru mengajar (Suprijono 2009 : 93). Dipertamai dengan proteksi kelompok. Sesudah kelompok terbentuk guru mempersembahkan kiprah berupa permasalahan-permasalahan yang haerus mereka diskusikan permasalahannya. Sesudah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak menerima kiprah sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban mendapatkan tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka yaitu menyajikan hasil kerja kelomknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada tiruana kelompok. Jika mereka sudah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Sesudah kembali ke kelompok asal, baik penerima didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas mendapatkan tamu mencocokkan dan mengulas hasil kerja yang mereka tunaikan.
PKn |
Hasil Belajar |
Metode Stray two stray |
Belajar |
Gambar 1 : Skema Kerangka Berpikir
F. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang sudah diuraikan
diatas sanggup dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas ini sebagai brikut :
“ Penggunaan metode stay two stray sanggup meningkatkan hasil berguru siswa kelas IV MI Husainiyah pada mata pelajaran PKn sub pokok bahasan Sistem Pemerintahan Pusat”
G. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Sugiyono (2009 : 6), “Metode penelitian yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan sanggup ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya sanggup digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisifasi persoalan dalam bidang pendidikan.” Metode yang peneliti gunakan yaitu metode kooperatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Penelitian ini ialah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan di MI Husainiyah Cicalengka dimana penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan rangkaian yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan/tindakan, tahap pengamatan (Observasi), dan tahap refleksi ( Arikunto dkk, 2007: 74 ).
2. Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini yaitu penerima didik kelas IV MI Husainiyah yang berjumlah 28 siswa yang terdiri dari 13 orang putra dan 15 orang perempuan.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di MI Husainiyah Cicalengka.
4. Disain Penelitian
Disain penelitian yang akan dilaksanakan yaitu suatu bentuk alur siklus yang terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan, yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), mengobservasi (observing), refleksi (reflecting) hingga adanya peningkatan yang diharapkan tercapai. Adapun siklus penelitian tindakan kelas sebagai diberikut:
Perencanaan |
Pelaksanaan |
Pengamatan |
Refleksi |
SIKLUS I |
Perencanaan |
Pelaksanaan |
SIKLUS II |
Refleksi |
Pengamatan |
? |
Gambar : Alur Penelitian Tindakan Kelas
Arikunto Dkk (2010:16)
Disain penelitian tindakan kelas ini yaitu terdiri dari 4 tahap, secara rinci sebagai diberikut:
a. Perencanaan
1). Mempersiapkan planning pelaksanaan pembelajaran dan indicator keberhasilan penelitian.
2). Mempersiapkan kemudahan dan masukana pendukung yang diharapkan di kelas.
3). Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis proses dan hasil tindakan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu melaksanakan tindakan penerapan pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray pada system pemerintahan sentra dalam meningkatkan hasil berguru penerima didik yang sudah direncanakan.
c. Pengamatan
Dalam tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan. Peneliti melihat kondisi pembelajaran dan mencatat penerima didik dan kelompok yang aktif dalam pembelajaran.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dianalisis dan didiskusikan dengan kolaborator yaitu guru pelajaran PKn dan dicari solusi dari permasalahan pembelajaran yang sudah berlangsung guna perbaikan pada siklus diberikutnya.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan cara sebagai diberikut:
a. Wawancara
Sugiono (2012:137) sebut bahwa wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data apabila peneliti ingin melaksanakan studi penlampauan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga abila peneiti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau kecil/kecil.
Nana syaodih (2010:216) juga menerangkan, wawancara atau interviu ialah salah satu bentuk metode pengumpulan data yang bayak digunakan dalam penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara ekspresi dalam pertemuan tatap muka secara individual.
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data-data wacana permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran sebelum pemdiberian tindakan, diantaranya taktik dan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran PKn, hasil berguru penerima didik sebelum pemdiberian tindakan pada materi pokok system pemerintahan sentra di tahun sebelumnya.
b. Tes
Nana syaodih (2010:223) menunjukan bahwa tes umumya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga seakan-akan dengan interpretasi dari hasil pengukuran. Metode tes digunakan untuk mengukur hasil berguru yang sudah dicapai penerima didik kelas IV MI Husainiyah dalam berguru PKn pada materi system pemerintahan pusat. Tes disusun oleh peneliti. Tes dalam penelitian ini yaitu penilaian akhir. Hasil tes tersebut dalam penelitian ini disebut sebagai hasil belajar. Hasil berguru pada siklus I digunakan untuk melihat keberhasilan sementara dalam pembelajaran memakai model pembelajaran Two Stay- Two Stray, yang akan dibandingkan dengan hasil berguru pada pra siklus, dan siklus I sebagai penilaian untuk merefleksi pada siklus II. Sedangkan hasil berguru pada siklus II yaitu untuk melihat keberhasilan model pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Two Stay- Two Stray.
c. Observasi
Observasi sebagai metode pengumpulan data mempunyai ciri sspesifik bila dibandingkan dengan metode yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. (Sugiono 2012:145)
d. Dokumentasi
Dokumentasi ialah suatu metode pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. (Sugiono 2012:221).
Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama penerima didik yang termasuk dalam subjek penelitian. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan gambar penerima didik dalam melaksanakan model pembelajaran Two Stay- Two Stray.
6. Teknik Analisis Data
Analisis ketuntasan berguru dimaksudkan untuk mengetahui : (1) sejauh mana setiap siswa menyerap materi yang didiberikan guru (2) Materi mana yang sudah terserap secara baik dan materi mana yang belum; dan (3)keberhasilan suatu jadwal pembelajaran. (Tuti Hayati 2013:151)
Untuk mengetahui kemampuan penerima didik dalam menuntaskan soal–soal evaluasi, peneliti memakai cara yaitu dengan menghitung rata–rata nilai ketuntasan berguru secara klasikal. Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes tertulis (evaluasi akhir). Pada siklus I penilaian karenanya terdiri dari 10 soal essay. Jika setiap jawabanan benar maka bernilai 10, bila kurang sedikit nilainya 8,mendekati benar 5 namun bila jawabanan salah bernilai 3, bila tidak diisi bernilai 0. Sedangkan pada siklus II penilaian karenanya terdiri dari 5 soal essay. Jika setiap jawabanan benar maka bernilai 20, bila mendekati benar nilainya 12, namun bila jawabanan salah bernilai 8, bila tidak diisi bernilai 0. Rumus dan kriteria yang digunakan yaitu sebagai diberikut:
1) Merekapitulasi jawabanan siswa
2) Menghitung persentase setiap nomor soal yang dicapai setiap siswa, dengan rumus:
3) Menentukan rata-rata persentase dari setiap siswa dengan rumus:
4) Membuat kesimpulan (untuk setial siswa), dengan ketuntasan:
< 75% : Remidial
≥ 75% : Pengayaan
5) Menentukan persentase setiap butir soal, dengan cara:
a) Jumlahkan seluruh angka persentase dari setiap no soal
b) Hitung rata-rtanya dengan rumus rumus:
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu dan Supriono Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Arikunto Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, 2010
Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efectifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.
Kagan, Spencer, Coopoerative Learning, http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperative learnin, htm, yang diakses pada hari rabu, 10 November 2013
Sudjana, Nana, Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Sinar
Baru Algensindo, 2000
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung
Sukmadinata Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011
Sumarsono dkk. Pendidikan Kewargguaggaraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002
Suprijono, Agus, Cooperatif Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, Yogyakarta:
PT. Pustaka Pelajar, 2009
Hayati Tuti. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV Insan Mandiri, 2013
0 Response to "Proposal Penelitian Meningkatkan Hasil Berguru Siswa Pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Model Kooperatif Learning Tipe Stay Two Stray Sub Pokok Sistem Pemerintahan Sentra ( Penelitian Tindakan Kelas Di Mi Husaiyah Cicalengka – Bandung Kelas Iv Semester Genap )"
Posting Komentar