Proposal Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Everyone Is Teacher Here (Eith) Untuk Meningkatkan Hasil Berguru Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) (Penelitian Tindakan Kelas Di Smp Negeri 8 Bandung Kelas Viii F)

PROPOSAL PENELITIAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EVERYONE IS TEACHER HERE (EITH) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
(Penelitian Tindakan Kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung kelas VIII F)

A.     Latar Belakang Masalah
Ranah pendidikan ialah suatu wilayah dimana setiap umat insan wajib melaksanakannya. Pendidikan itu sendiri yakni proses yang dilakukan secara sadar dan terpola dalam rangka untuk memmenolong perkembangan potensi penerima didik guna mempunyai kompetensi atau kemampuan yang dibutuhkan oleh keluarga, masyarakat, bangsa dan agamanya (Ruswanto, dkk, 2008: 6). Dalam pengertian lain Pendidikan yakni segala perjuangan yang dilakukan untuk mendidik  insan sehingga sanggup tumbuh dan berkembang serta mempunyai potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya (Jauhari, 2008: 14)
Pendidikan secara umum sanggup terjadi dimana saja dan kapan saja, naik itu pendidikan keluarga, lingkungan atau pun pendidikan disekolah formal. Adapun pengertian pendidikan islam diantara nya berdasarkan Ahmad Tafsir (1994) mengartikan pendidikan islam sebagai ilmu pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai islami yang terdapat dalam al-qur`an dan sunah nabi (Bakry, 2005:9).  Dan Sama`un Bakri sendiri merumuskan dalam bukunya bahwa pendidikan islam yakni pendidikan yang berusaha mentransformasikan pengetahuan dan nilai-nilai fatwa islam dari satu generasi kepada generasi selanjutnya.(2005: 11)
Baik insan itu dari golongan apa serta kelompok lingkungan yang mana, intinya pendidikan ialah langkah dalam pemecahan kasus dirinya. Menurut Uus Ruswanto dkk dalam bukunya, Ada lima alasan mengapa insan harus mendapat pendidikan: 1). Dasar keagamaan (Religius), 2). Dasar Filosofis, 3). Dasar Psikologis, 4). Dasar Sosiologis, 5). Dasar Biologis. (2008: 10-17).
Kesempatan berguru berlaku bagi tiruana anak dengan tidak membedakan jenis kelabuin, agama, suku, ras dan kedudukan sosial. Dalam proses pendidikan yang membedakan spesialuntuklah jenjang dari tiap pelakunya. Maka dilema yang muncul dalam prosesnya pun akan tidak sama-beda. Jika anak Taman Kanak-kanak menangis dikala tak senang berada dikelasnya, maka akan tidak sama perilakunya bila kita menghadapi anak SD, Sekolah Menengah Pertama dan seterusnya.
Menurut Tirtahardja sebagaimana dikutip oleh Uus Ruswandi dalam bukunya, Pendidikan selalu berkaitan dengan manusia, sedang setiap insan selalu menjadi anggota masyarakat dan pendukung kebudayaan tertentu (2008: 85). Hal inilah yang sanggup menjadikan terjadinya  permasalahan dalam setiap proses pembelajaran. Baik itu hadir dari dalam diri penerima didik, pendidik maupun lingkungan sekitar. Yang ketiruananya itu akan terselesaikan bila pengelolaan pendidikannya sendiri bejalan dengan baik. Sobry Sutikno dalam bukunya menyampaikan bahwa pengelolaan pendidikan ialah serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, memotivasi, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya didalam mengatur dan mendayagunakan sumber daya manusia, masukana dan pramasukana untuk mencapai tujuan pendidikan (2010: 6).
Untuk mencapai ketiruananya, diantara salah satu komponen pendidikan yakni seorang guru harus bisa menghidupkan suasana berguru yang sangat bahagia. Anita (2008) menyampaikan sebagai seorang guru profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi-strategi pembelajaran. Tidak tiruana taktik yang diketahuinya harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari diruang kelas. Meski demikian, guru yang baik tidak akan terpaku pada saut taktik saja.(2008: 54)
Dalam penelitian kali ini, penulis berada pada ranah pendidikan jenjang sekolah menengah pertama (SMP), dengan mengangkat permasalahan setelah melalui beberapa kali pengamatan sebelumnya.
Peneliti merasa kurangnya motivasi siswa dalam membaca buku pelajaran sebelum dimulainya proses pengajaran. Hal ini terlihat dengan susahnya siswa untuk bertanya pada dikala pembelajaran. Terlebih bila harus bertanya terlebih lampau sebelum proses pembelajaran dimulai, dengan maksud mengetahui apakah siswa sudah membaca materi sebelumnya atau tidak.
Kurangnya interaktif siswa selama pembelajaran pun menjadi salah satu indikasi bahwa siswa spesialuntuk membaca materi dikala materi itu sendiri berlangsung. Maka dengan memakai model EITH dibutuhkan siswa terdorong untuk membaca materi terlebih lampau, lantaran model ini menuntut mereka untuk faham akan materinya meski belum tersampaikan oleh guru nya. Model pembelajaran cooperativ yakni sebuah metode yang cukup banyak dipakai lantaran bisa mediberikan warna gres dalam kelas. Karena kini bukanlah saatnya siswa spesialuntuk bertugas mendengarkan (trasfering knowledge), tapi siswa kini berperan aktif selama pembelajaran
Adanya perjuangan dalam proses pembelajaran tidak lain yakni untuk mencapai tujuan pendidikan, secara sederhana sanggup dilakukan dengan pengukuran hasil berguru siswa masing-masing ditiap simpulan proses pembelajarnnya.
Hasil berguru seseorang ditentukan oleh banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang ada diluar siswa yakni guru professional yang bisa mengelola ppembelajaran dengan metode-metode yang tepat, yang member kegampangan bagi siswa untuk mempelajari materi pelajaran sehingga menghasilkan berguru yang lebih baik (Sutiko, 2009: 87)
Adapun hasil berguru itu sendiri berdasarkan Gagne yang dikutip oleh Agus Suprijono dalam bukunya, hasil berguru yakni pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (2010: 5).
Menurut Bloom ibarat yang dikutip kembali oleh Agus Suprijono dalam bukunya (2010: 6-7):
Hasil berguru mencakup beberapa aspek  kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain  kognitif yakni knowledge(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menerangkan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, memilih hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation(menilai).

Dalam penelitian ini, penulis spesialuntuk akan mereview bab dari hasil belajar/prestasi kognitif saja. Karena hasil dari kognitif dianggap lebih praktis dan akurat dalam pengukurannya.
Dari permasalah diatas serta model yang dianggap sempurna untuk mengatasinya, maka penulis mengambil judul penelitian “ Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Everyone Is Teacher Here (EITH) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)” (Penelitian di kelas VIII F Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung)
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang kasus diatas, maka rumusan kasus dalam penelitian ini adalah:
1.    Bagaimana citra proses keterlaksanaan pembelajaran dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe Everyone is teacher here pada materi Pendidikan agama islam?
2.    Apakah terdapat peningkatan hasil berguru siswa kelas VIII SMPN 8 Bandung dengan menerapakan model pembelajaran koopertaif tipe Everyone is teacher here pada materi Pendidikan agama islam?
C.      Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, maka penulis membatasi kasus yang akan diteliti sebagai diberikut:
1.    Subjek yang diteliti yakni siswa kelas VIII F Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung semester ganjil tahun fatwa 2011/2012.
2.    Penelitian yang dilakukan berada pada materi yakni materi Pendidikan Agama Islam kelas VIII semester ganjil tahun fatwa 2011/2012 yang dipakai dalam beberapa siklus.
3.    Model pembelajaran yang dipakai dalam penelitian ini yakni model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here.
4.    Hasil berguru siswa yang diukur dalam penelitian ini dibatasi spesialuntuk pada ranah kognitif yang meliputi: pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3)
D.     Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan dan batasan kasus diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1.    Gambaran umum keterlaksanaan pembelajaran pendidikan agama islam setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here
2.    Peningkatan hasil berguru siswa kelas VIII F Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here pada materi pendidikan agama islam.
E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini yakni
1.    Untuk mengetahui apakah model pembelajaran EITH cocok untuk meningkatkan hasil berguru kognitif siswa pada mata pelajaran PAI atau tidak.
2.    Bagi siswa, ini akan menjadi salah satu motif biar siswa gemar membaca serta tercapainya hasil berguru yang terbaik
3.    Bagi guru, penelitian ini dibutuhkan sanggup menjadi salah satu pilihan dalam penerapan variasi metode pembeljaran
4.    Bagi sekolah, semoga mempersembahkan warta untuk peningkatan mutu pendidikan disekolah tersebut. 
F.       Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian terkena makna istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa definisi operasional sebagai diberikut:
1.    Model pembelajaran kooperatif berdasarkan Anita Lie (2000) yakni istilah pembelajaran gotong royong, yaitu system pembelajaran yang member peluang kepada penerima didik untuk bekerjsa sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas terstruktur (isjoni, 2009: 16).
Model pembelajaran sanggup didefinisikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan belajar. (Suprijono, 2010: 46)
Dari beberapa jenis pembelajaran kooperatif ada yang disebut dengan EITH atau Everone is teacher here (tiruana orang sanggup menjadi seorang guru). Strategi ini diterapkan untuk memandang siswa sudah mempunyai pengetahuan wacana sebuah topik yang akan dipelajari sekalipun kadarnya tidak sama-beda. Karena itu, untuk menggali pengetahuan atau kemampuan siswa, guru sanggup meminta siswa menuliskan pertanyaan wacana topik yang akan dipelajari diatas kertas untuk kemudian pertanyaan diacak untuk dijawaban kawannya sendiri.(Marno & Idris, 2008:152)
2.    Hasil berguru siswa yakni pengetahuan siswa yang diperoleh setelah melaksanakan proses berguru yang diukur dengan emnggunakan alat ukur tes. Dalam penelitian ini, hasil berguru siswa dibatasi pada ranah kognitif saja, yang mencakup kemampuan C1, C2, dan C3.
G.    Kerangka Pemikiran
1.      Pengertian Model Pembelajaran Coopertive Learning
Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional ibarat kompetitif kini mulai ditinggalkan berganti dengan model yang lebih modern. Salah satu model pembelajaran yang kini banyak mendapat respon yakni model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning, lantaran model ini tidak spesialuntuk unggul dalam memmenolong siswa memahami konsep yang susah, tetapi juga sangat mempunyai kegunaan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan memmenolong kawan.
Menurut Isjoni dalam bukunya cooperative learning (2009: 17)
Ada banyak alasan mengapa cooperative learning tersebut bisa memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti-bukti aktual wacana keberhasilan pendekatan ini, pada masa kini masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa untuk berpikir , memecahkan kasus serta menggabungkan kemampuan dan keahlian.

Menurut Mills, model yakni bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. (Suprijono, 2010: 45)
Model pembelajaran ialah landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori berguru yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat oprasional dikelas. (Suprijono, 2010: 45-46)
Arends beropini bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. (Suprijono, 2010: 46)
Untuk selanjutnya model pembelajaran sanggup didefinisikan pula sebagai kerangka konseptual yang melukiskan mekanisme sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan.
Secara sederhana Model pembelajaran yakni bentuk pembelajaran yang tergambar dari pertama hingga simpulan yang disajikansecara khas oleh guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat taktik pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan, metode, dan metode pembelajaran. Melalui model pembelajaran guru sanggup memmenolong penerima didik mendapat informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran juga sanggup berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktifitas berguru mengajar.melaluiataubersamaini memakai model cooperative dibutuhkan hasil berguru yang dicapai pun lebih baik. Karena dalam pelaksanaannya penerima didik bertanggung balasan atas berguru mereka sendiri dan berusaha menemukan warta untuk menjawaban pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka (Suprijono, 2010: 54). Penggunaan model pembelajaran yang tidak sama dalam setiap proses pembelajaran termasuk salah satu taktik guru dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Dari beberapa model yang ada dalam dunia pendidikan hadirlah model pembelajaran cooperative learning yang ibarat disampaikan diatas dikala ini banyak dipakai dalam proses pembelajaran.
Pada dasarnya cooperative ini bukan bermaksud untuk menghapus nuansa kompetitif didalam kelas, spesialuntuk saja model ini lebih menyempurnakan model sebelumnya. Jika dengan kompetitif siswa ang cerdas akan makin cerdas sedangkan siswa yang kurang semakin terpuruk dan jauh dari pencapaian indikator pembelajaran.
Kauchak dan Eggen dalam Azizah (1998) yang dikutip Isjoni (2009) beropini cooperative learning ialah taktik pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. (2009: 18)
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru memutuskan kiprah dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan warta yang dirancang untuk memmenolong penerima didik menuntaskan kasus yang dimaksud.
Tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif yakni untuk mempersembahkan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan (Slavin, 2010: 33). Roger dan David Jonhson menyampaikan bahwa tidak tiruana berguru kelompok bias dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang terbaik, terdapat lima unsure dalam proses pembelajaran yang harus diterapkan:
a.    Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b.    Personal responsibility (tanggung balasan perseorangan)
c.    Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d.   Nterpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e.    Group processing (pemrosesan kelompok)
(Suprijono, 2010: 58)
Stahl (1994) ibarat dikutip Isjoni dengan melaksanakan model pembelajaran kooperatif, siswa memungkinkan sanggup meraihkeberhasilan dalam berguru (2009: 23).
Model pembelajaran ini emmungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana berguru yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi mitra sebayanya.
Untuk kemudian Sharan (1990) yang kembali dikutip oleh Isjoni mengatakan, siswa yang berguru memakai metode cooperative learning akan mempunyai motivasi yang tinggi lantaran didorong dan didukung rekan sebaya. Cooperative learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berfikir kritis, membentuk korelasi perteman dekatan Jhonson (1993). (Isjoni, 2009: 23)
Harmin (dalam Santos, 1983) yang dikutip oleh Isjoni juga beropini kolaborasi antar siswa dalam kegiatan berguru mengajar sanggup mempersembahkan banyak sekali pengalaman. Mereka lebih banyak memndapat peluang berbicara, inisiatif, memilih pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. (2009: 24)
2.      Pengertian hasil berguru kognitif
Untuk sanggup memilih tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan perjuangan atau tindakan  penilaian atau evaluasi. Penilaian atau penilaian intinya yakni mempersembahkan pertimbangan atau harga atau nilain berdasarkan pertimbangan tertentu. Hasil yang diperoleh dari penilaian ditetapkan dalam bentuk hasil belajar.
Tujuan instruksional pada hakikatnya yakni perubahan tingkah laris yang diinginkan pada diri siswa. Oleh lantaran itu, dalam penilaian hendaknya diperiksa sejauh mana perubahan tingkah laris siswa sudah terjadi melalui proses belajarnya. melaluiataubersamaini mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional , sanggup diambil tindakan perbaikan pengjaran dan perbaikan siswa yang bersangkutan. (Sudjana, 2009:2)
Fungsi dari penilaian itu sendiri bermanfaa ganda, yakni bagi guru juga bagi anakdidiknya. Penilaian ini terbagi menjadi dua, penilaian janjgka pendek atau penilaian formatif yang berfungsi bagi perbaikan proses berguru mengajarkannya. Sedangkan penilaian sumatif, atau penilaian jangka panjang yakni dilakukan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam menguasai tujuan instruksional atau tujuan kurikuler.
Salah satu bentuk alat ukur nya yakni dengan melaukan penilaian tes atau non tes. Evaluasi itu sendiri sanggup diartikan penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang sudah diputuskan dalam sebuah program. (Syah, 2003: 195)
Haward Kingsley ibarat yang dikutip Nanan sudjana dalam bukunya membagi tiga macam hasil belajar, yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. (2009: 45)
Sementara itu Benyamin Bloom ibarat yang dikutip kembali oleh Nana Sudjana menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang hendak dicapai dibedakan kedalam tiga golongan, a) bidang kognitif, b) bidang afektif, dan c) bidang psikomotor. (2009: 46)
Namun dalam penelitian ini ibarat yang disampaikan sebelumnya, peneliti spesialuntuk akan melaksanakan pengukuran hasil berguru siswa/prestasi siswa pada ranah kognitifnya saja.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, yang berarti mengetahui. Dalam perkembangan selanjutnya istilah kognitif menjadi terkenal sebagai salah satu domain atau wilayah/ ranah psikologis insan yang mencakup setiap sikap mental yang berafiliasi dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Menurut Chaplin (1972) ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berafiliasi dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. (Syah, 2003: 22)
Hasil berguru yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang hadir dari dalam siswa itu sendiri dan faktor dari luar siswa itu sendiri/faktor lingkungan. Meski efek dari dalam siswa ialah faktor yang dianggap lebih mempengaruhi, namun ternyata hasil berguru juga sangat bergantung pada lingkungannya itu sendiri. Salah satunya yakni kualitas pengajarannya.
Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran yakni tinggi rendahnya atau efektif dan tidaknya proses berguru mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran yang tidak sama disetiap pelaksanannya siswa terangsang untuk berguru lebih ulet lagi yang dampak nya akan positif terhadap prestasi atau hasil belajarnya sendiri.
Ada enam hal yang sanggup diukur dalam pencapaian hasil berguru ranah kognitif, yakni:
1)      Hasil berguru pengetahuan hafalan (knowledge)
2)      Hasil berguru pemahaman (comprehension)
3)      Hasil berguru penerapan (aplikasi)
4)      Hasil berguru analisis
5)      Hasi berguru sintesis
6)      Hasil berguru evaluasi.
Jenis penilaian yang cocok dipakai untuk pengukuran bidang kognitif yakni dengan memakai penilaian jenis tes, baik itu tes yang yang sudah distandarisasi, artinya sudah mengalami validasi (ketepatan) dan reliabilitasi (ketetapan) atau pun tes yang belum distandarisasi untuk tujuan tertentu, misalnya: a) Tes lisan, b) Tes tulisan, c) Tes  tindakan. (Sudjana, 2009: 113)
Muhibbin Syah (2006: 151) menyampaikan bahwa indikator prestasi kognitif yaitu:
(1)      Pengamatan berupa, sanggup menunjukan, membandingkan, dan menghubungkan; (2) ingatan berupa, sanggup sebut dan mengambarkan kembali; (3) pemahaman berupa, sanggup menerangkan dan mendefinisikan dengan ekspresi sendiri; (4) penerapan berupa, sanggup memediberikan teladan dan sanggup memakai secara tepat; (5) analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti) berupa, sanggup menguraiakn dan sanggup mengklasifikasikan atau memilah-milah; (6) sintesis (menciptakan paduan gres dan utuh) berupa, sanggup menghubungkan, menyimpulkan dan sanggup menggeneralisasikan (menciptakan prinsip umum).

H.      Metodologi Penelitian
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini yakni sebagai diberikut:
1.     Menentukan jenis data
Jenis data yang dipakai dalam peneliian ini yakni data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dipakai untuk mengetahui citra proses keteerlaksaan pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here yang sudah diperoleh dari lembar observasi siswa. Sedangkan data kuantitatif yakni data yang berbentuk angka-angka bilangan. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes sebelum memakai model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here dan tes setelah memakai  model pembelajaran kooperatif tipe everyone is teacher here yang diasumsikan sanggup terjadi peningkatan hasil berguru siswa dikelas.
2.     Menentukan sumber data
a.       Lokasi penelitian
Lokasi penelitian kali ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung yang terletak di Jl. Alun-alun Utara No. 211 B kecamatan Ujung Berung Kota Bandung Telepon (022) 7800098
b.      Populasi
Populasi dalam penelitian ini yakni seluruh siswa kelas VIII F Semester 1 Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung tahun fatwa 2011/2012 yang terdiri dari satu kelas dengan jumlah 42 siswa. Adapun jumlah pria terdiri dari 16 dan jumlah wanita 26 orang
c.       Sampel
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan total sampling (sampel jenuh), diambil dari seluruh siswa kelas VIII F yang terdiri dari 1 kelas.
3.     Metode dan desain penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yaitu ialah suatu pencermatan terhadap kegiatan berguru berupa sebuah tindakan, yang disengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut didiberikan oleh guru atau dengan aba-aba dari guru yang dilakukan oleh siswa. (Arikunto, dkk, 2008: 3)
Kelas yang menjadi materi penelitian yakni kelas yang menjadi pegangan peneliti sendiri, serta planning kegiatan pembelajaran dibentuk dan dilaksanakan oleh peneliti sendiri  dan dievaluasi sendiri, sesuai dengan tujuan dari penelitian ini yaitu unutuk menelaah kemampuan penerima didik. Adapun kegiatan dalam penelitian ini mengacu pada model siklus yang terdapat dalam buku Suharsimi arikunto (2009: 16)




 


4.    Prosedur penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilaksanakan terbagi dalam lima  siklus. Hal ini dilakukan selain untuk membuat valiadasi dari penerapan model pembelajaran, serta banyaknya peluang dalam penelitian lantaran bertepatan dengan pelaksanaan praktik pngalaman lapangan. Dari tiap siklus proses pembelajaran terjadi 80 menit (2 jam pelajaran) setiap pertemuan dalam setiap minggunya. Pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini setiap siklus terdiri dari empat tahapan (Arikunto, 2009: 17), yaitu:
a.       Tahap perencanaan tindakan (Planning)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan analisis kurikulum yakni memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan pembelajaran pendidikan agama islam dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe EITH. Untuk kemudian standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut dituangkan kedalam planning pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan dilanjutkan ke dalam pembuatan instrument dan penyusunan penilaian siklus.
b.      Tahap pelaksanaan Tindakan (Acting)
Dalam tahap ini peneliti melaksankan tindakan yang diadaptasi dengan planning pelaksanaan pembelajaran.
c.       Tahap pengamatan (Observing)
Pada tahap ini pengamat bukanlah guru yang tidak sama, melainkan peneliti atau pelaksana yang menjabat sekaligus sebagai pengamat. Kegiatan pengamatan dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan proses pembelajaran, sehingga peneliti selain mempersembahkan pengajaran, juga mengamati hal-hal yang terjadi dalam proses pengajaran tersebut.
d.      Tahap refleksi (Reflecting)
Peneliti melaksanakan analisis terhadap hasil proses pembelajaran untuk memilih tindakan selanjutnya.
5.    Instrument penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian instrument yang dipakai adalah:
a.       Observasi
Yakni pengamatan kepda tingkah laris pada satu situasi tertentu. Observasi bias dalam situasi yang bahwasanya atau observasi pribadi atau observasi tidak langsung. Kedua jenis observasi ini sanggup dilaksanakan secara sistematik, yakni dengan memakai pedoman observasi dan bisa pula tidak. (Sudjana, 2009: 114)
Observasi dipakai untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses kegiatan berguru mengajar pendidikan agama islam dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe EITH. Aspek pengamatan kegiatan siswa selama kegiatan berguru mengajar yang dijadikan sebagai patokan observasi aktifitas siswa meliputi:
1)   Memperhatikan klarifikasi guru/kawan.
2)   Kefokusan siswa mengambil giliran dan membuatkan tugas.
3)   Kefokusan siswa dalam bertanya atau berdiskusi antar siswa dan guru.
4)   Kefokusan siswa dalam bertanya atau berdiskusi antar siswa.
5)   Ketersediaan siswa dalam membacakan dan menjwab pertanyaan
Sedangkan indikator aktifitas guru adalah:
1)   Apersepsi
2)   Penjelsan serta penerapan metode pembelajaran
3)   Pengelolaan kelas
4)   Kemampuan melaksanakan evaluasi
5)   Menyimpulkan materi
6)   Menutup pembelajaran
Dalam mengamati kegiatan siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung, peneliti dimenolong oleh seorang guru pendidikan agama islam  kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandung sebagai observer.
b.      Kamera
Kamera dipakai untuk mendapat citra suasana kelas dikala pembelajaran penerapan model kooperatif tipe Everyone is teacher here. Salah satu siswa bertugas mengambil gambar proses pembelajaran terutama pada dikala penerapan pembelajaran EITH.
c.       Tes
Jenis penilaian yang dipakai dalam tes kali ini yakni penilaian formatif. Jenis ini dipandang sebagai ulangan yang dilakukan pada setiap simpulan penyajian satuan pelajaran atau modul (Syah, 2003: 200).
Tes formatif didiberikan pada simpulan setiap siklus bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan setiap siswa terhadap materi yang didiberikan pada setiap siklus, mengetahui perkembangan kemampuan pemecahan kasus pendidikan agama islam setiap siswa setiap siklus. Untuk mengetahui materi didik mana yang menjadi kesusahan pada setiap siklus. Jenis post test didiberikan setelah seluruh materi pembelajaran berakhir bertujuan untuk memilih posisi kemampuan siswa terhadap siswa lain serta mengetahui tingkat kemampuan kasus pendidikan agama islam siswa terhadap materi yang disampaikan setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe EITH.
Table Soal Formatif Dan Post Test
Siklus
Materi
Indikator  Kemampuan
Pemecahan Masalah
Formatif
Post Test
Bentuk soal
Banyak soal
Bentuk soal
Banyak soal
I
Menerapkan aturan bacaan qalqalah dan ra
·     Identifikasi kesusahan dalam pengertian aturan bacaan qalqalah dan ra`
·     Menemukan kesusahan siswa dalam penerapan aturan bacaan qalqalah dan ra`
·     Mengukur kemampuan siswa dalam penguasaan aturan bacaan qalqalah dan ra`
uraian
5
Pilihan ganda

uraian
20


5
II
Meningkatkan keimanan kepada kitab allah
·     Menemukan kasus dalam pengertian dogma kepada kitab Allah
·     Mengukur kemampuan siswa dalam  pengertian tata cara serta bentuk menyayangi al-qur`an
·     Menentukan permasalahan dalam hal perbedaan anatar al-qur`an dengan suhuf
uraian
5
Pilihan ganda


uraian
10



3
III
Membiasakan sikap terpuji
·     Menentukan permasalahan siswa dalam pngertian zuhud dan tawakal
·     Identifikasi kesusahan siswa dalam hal cirri-ciri sikap zuhud dan tawakal
uraian
5
Pilihan ganda

uraian
10


3
IV
Menghindari sikap tercela
·     Menemukan kasus dalam hal pengertian ghadab, hasad, ananiah, namimah, dan ghibah
·     Pemecahan kasus dalam pemdiberian teladan ghadab, hasad, ananiah, namimah, dan ghibah
·     Menguji kemampuan siswa dalam pemecahan kasus menghindari ghadab, hasad, ananiah, namimah, dan ghibah
uraian
5
Pilihan ganda




uraian
10





3
V
Mengenal tata cara shalat sunah rowatib
·     Pemecahan kasus siswa dalam pengertian sahlat sunat rowatib muakkad dan ghoir muakkad
·     Identifikasi kesusahan siswa dalam derma sahlat sunat rowatib muakkad dan ghoir muakkad
·     Merumuskan bab sahlat sunat rowatib muakkad dan ghoir muakkad untuk megampangkan siswa
uraian
5
Pilihan ganda


uraian
10



3

Dalam penelitian kali ini soal formatif pre test didiberikan pada simpulan pemdiberian siklus I sebagai bentuk hasil ulangan siswa sebelum memakai model kooperatif tipe EITH. Untuk selanjutnya pemdiberian post test dilakukan pada setiap ulangan harian siswa.
Sesudah hasil tes kemampuan dan pemahaman terkumpul kemudian dihitung dengan memakai metodologi penelitian dengan beberapa perhitungan:
1.      Uji normalitas tiap variabel dengan langkah-langkah sebagai diberikut:
a.       Menentukan rentang (R), dengan rumus:
                        
R  = Total Range
H  = Highest Score
L   = Lowest Score
1   = Bilangan Konstan                                                    (Sudjiono, 2009: 52)
b.      Menentukan banyak kelas interval (k) dengan rumus:
K= 1,33.log n                                                                    (Sudjana, 2005: 47)
c.       Menentukan Panjang Kelas dengan rumus:
PK=                                                                                (Sudjana, 2005: 47)
d.      Membuat table distribusi frekuensi
2.      Analasis Tendensi Sentral dengan langkah-langkah sebagai diberikut:
a.         Mencari rata-rata dengan rumus:
                                                                          (Sudjana, 2005: 67)


b.      Mencari Median dengan rumus:
               (Sudjana, 2005: 79)
c.       Mencari Modus
             (Sudjana, 2005: 77)
d.      Menghitung harga Standar Deviasi
                    (Sudjana, 2005: 95)
validitas dan reliabilitas dari tiap  hasil siklus nya.
3.      Validitas
Untuk menguji validitas dipakai rumus korelasi product moment
               
(Anas,2009: 206)


Related Posts

0 Response to "Proposal Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Everyone Is Teacher Here (Eith) Untuk Meningkatkan Hasil Berguru Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) (Penelitian Tindakan Kelas Di Smp Negeri 8 Bandung Kelas Viii F)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel