Makalah Biografi Dan Pendidikan Syekh Az-Zarnuji
1. Biografi Syekh Az-Zarnuji
Az-Zarnuji yaitu orang yang diyakini sebagai satu-satunya pengarang kitab Ta’lim Muta’allim, akan tetapi ketenaran namanya tidak sehebat kitab yang dikarangnya. Dalam satu literatur disebutkan bahwa Az-Zarnuji yaitu seorang filosof arab yang namanya disamarkan, yang tidak dikenal identitas namanya secara pasti.
Kata Syekh adalah panggilan kehormatan untuk pengarang kitab Ta'lim Al-Muta'allim ini. Sedangkan Az-Zarnuji yaitu nama marga yang diambil dari nama kota daerah dia berada, yaitu kota Zarnuj. Di antara dua kata itu ada yang menuliskan gelar Burhanuddin (bukti kebenaran agama), sehingga menjadi Syekh Burhanuddin Az-Zarnuji. (As'ad, 2007 : ii)
Namun demikian nama ini masih diperdebatkan kebenarannya, alasannya yaitu masih belum ditemukan data yang valid terkena nama orisinil Az-Zarnuji. Khairuddin al-Zarkeli menuliskan nama Az-Zarnuji dengan An-Nu‘man bin Ibrahim bin Khalil Az-Zarnuji Tajuddin. (Al-Zarkeli, t.t : 35)
Orang yang mempersembahkan bantuan besar melalui pemikiran pendidikan dan pengajaran Islam pada masanya itu mempunyai dua sebutan, yaitu “Burhanuddin dan Burhanul Islam”, disamping dua gelar tersebut diketahui dari referensi yang tidak sama juga didasarkan pada kebiasaan ulama’ dan tokoh-tokoh tertentu dengan gelar-gelar keagamaan, dengan keinginan semoga orang yang menyandang gelar tersebut sanggup diwujudkan dan membuatkan masyarakat yang religius. Berdasarkan pada referensi yang penulis dapatkan, pada umumnya menyebutnya dengan sebutan “Burhanuddin Az-Zarnuji.
Plessner, dalam The Encyclopedia of Islam (1913-1934 : 1218) menyampaikan bahwa nama orisinil tokoh ini hingga kini belum diketahui secara pasti, begitu pula karir dan kehidupannya. Menurutnya, Az-Zarnuji hidup antara masa ke-12 dan ke-13. Dia yaitu seorang ulama fiqh bermadzhab Hanafiyah dan tinggal di wilayah Persia. Ia memperkirakan tahun yang relatif lebih mendekati niscaya terkena kehidupan Az-Zarnuji. Dia juga merujuk pada data yang ditetapkan oleh Ahlwardt dalam katalog perpustakaan Berlin, Nomor III, bahwa Az-Zarnuji hidup pada sekitar tahun 640 H (1243 M), asumsi ini didasarkan pada warta dari Mahmud bin Sulaiman al-Kafrawi dalam kitabnya, al-A’lam al-Akhyar min Fuqaha' Mazhab al-Nu’man al-Mukhdar, yang menempatkan Az-Zarnuji dalam kelompok generasi ke-12 ulama madzhab Hanafiyah. (Al-Syantanawi, t.t : 345)
Kemudian, Plessner menguji asumsi Ahlwardt dengan mengumpulkan data kehidupan sejumlah ulama yang diidentifikasikan sebagai guru Az-Zarnuji, atau paling tidak pernah bekerjasama pribadi dengannya. Di antaranya yaitu :
a. Imam Burhan al-Din Ali bin Abi Bakr al- Farghinani al-Marghinani (w. 593 H/ 1195 M).
b. Imam Fakhr al-Islam Hasan bin Mansur al-Farghani Khadikan (w. 592 H/ 1196 M).
c. Imam Zahir al-Din al-Hasan bin Ali al-Marghinani (w. 600 H/ 1204 M).
d. Imam Fakhr al-Din al-Khasani (w. 587 H/ 1191 M).
e. Imam Rukn al-Din Muhammad bin Abi Bakr Imam Khawaharzada (573 H/ 1177). (Plessner, 1913-1934 : 1218)
Berdasarkan data di atas, Plessner hingga pada kesimpulan bahwa waktu kehidupan Az-Zarnuji lebih pertama dari waktu yang diperkirakan oleh Ahlwardt. Namun, Plessner sendiri tidak menyebut tahun secara pasti, hal lain yang disimpulkan secara lebih meyakinkan yaitu bahwa kitab Ta’lim Muta’allim ditulis sehabis tahun 593 H. Ahmad Fuad al-Ahwani memperkirakan bahwa Az-Zarnuji wafat pada tahun 591 H/ 1195 M. (Al-Ahwani, t.t : 238)
melaluiataubersamaini demikian, belum diketahui hidupnya secara pasti, namun kalau diambil jalan tengah dari banyak sekali pendapat di atas, Az-Zarnuji wafat sekitar tahun 620-an H.
Affandi Muchtar menerima warta lain wacana Az-Zarnuji berdasar pada data dari Ibn Khalilkan. Menurutnya Imam Az-Zarnuji yaitu salah seorang guru imam Rukn Ad-Din Imam Zada (Wafat 573/ 1177-1178) dalam bidang fikih. Imam Zada juga berguru pada Syekh Ridau Al-Din An Nishapuri (Wafat antara tahun 550 dan 600) dalam bidang Mujahadah. Kepopuleran Imam Zada diakui alasannya yaitu prestasinya dalam bidang Ushuluddin bersama dengan kepopuleran ulama lain yang juga menerima gelar Rukn (sendi). Mereka antara lain Rukn Ad-Din Al-‘Amidi (wafat 615) dan Rukn Ad-Din At-Tawusi (wafat 600). Dari data ini sanggup dikatakan bahwa Az-Zarnuji hidup sezaman dengan Syekh Rida Al-Din An-Nisaphuri.
Sehingga terkena kelahiran atau masa hidup Az-Zarnuji spesialuntuk sanggup diperkirakan lahir pada sekitar tahun 570 H sedangkan wafat Az-Zarnuji terdapat perbedaan, ada yang menyatakan Az-Zarnuji wafat pada tahun 591 H (1195 M). Perkiraan tersebut berdasar adanya fakta bahwa kitab Ta’lim, dan sebagian nama guru yang ditulis dalam kitab tersebut, meninggal dunia pada simpulan masa ke-6 H dan Az-Zarnuji menimba ilmu dari gurunya ketika masih muda.
2. Pendidikan Az-Zarnuji
Mengenai riwayat pendidikannya bahwa Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand. Yaitu kota yang menjadi sentra aktivitas keilmuan, pengajaran dan lain-lainnya. Sedangkan guru-gurunya yaitu Burhanuddiin Ali Bin Abu Bakar Al-Marghinani, ulama besar bermazhab Hanafi yang mengarang kitab Al-Hidayah, Ruknul Islam Muhammad Bin Abu Bakar terkenal dengan Imaam Zadeh. Beliau ulama besar jago fikih bermazhab Hanafi, pujangga sekaligus penyair, pernah menjadi mufti di Bukhoro dan sangat mashur fatwafatwanya. Wafat tahun 573H/1177 M. Ruknuddin al-Firginani, spesialis fiqih, sastrawan dan penyair yang wafat tahun 594 H/ 1196 M; Hammâd bin Ibrahim, spesialis ilmu kalam di samping sebagai sastrawan dan penyair, yang wafat tahun 594 H/ 1170 M. Syekh Fakhrudi Al-Kasyani, pengarang kitab Bada-i 'us shana'i wafat tahun 587 H/1191 M. Syekh Fakhrudin Qadli Khan Al Ouzjandi. Beliau wafat tahun 592 H/1196 M. (As’ad, 2007 : iii)
Berdasarkan warta tersebut, ada kemungkinan besar bahwa Az-Zarnuji selain jago dalam bidang pendidikan dan tasawuf, dia juga menguasai bidang ilmu pengetahuan yang lainnya, ibarat sastra, fiqih, ilmu kalam dan lain sebagainya, sekalipun belum diketahui dengan niscaya bahwa untuk bidang tasawuf ia mempunyai seorang guru tasawuf yang masyhur. Namun sanggup diduga bahwa dengan mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang fiqih dan ilmu kalam disertai jiwa sastra yang halus dan mendalam, seseorang sudah memperoleh kanal (peluang) yang tinggi untuk masuk ke dalam dunia tasawuf.
Dalam sejarah pendidikan kita mencatat, paling kurang ada lima tahap pertumbuhan dan perkembangan dalam bidang pendidikan Islam. Pertama pendidikan pada masa Nabi Muhammad saw. (571-632 M.), kedua pendidikan pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M.), ketiga pendidikan pada masa Bani Umayyah di Damsyik (661-750 M.), keempat pendidikan pada masa Kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M.), dan kelima pendidikan pada masa jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang). (Zuharini, 1992 : 7)
Jika melihat guru-guru Syekh Az-Zarnuji tersebut dan dikaitkan dalam periodisasi di atas, bahwa Az-Zarnuji hidup sekitar simpulan masa ke-12 dan pertama masa ke-13 (591-640 H./ 1195-1243 M.). Dari kurun waktu tersebut sanggup diketahui bahwa Az-Zarnuji hidup pada masa keempat dari periode pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sebagaimana disebutkan di atas, yaitu antara tahun 750-1250 M. Dalam catatan sejarah, periode ini ialah zaman keemasan atau kejayaan Peradaban Islam pada umumnya, dan pendidikan Islam pada khususnya.
Pada masa tersebut, kebudayaan Islam berkembang dengan pesat yang ditandai oleh munculnya banyak sekali forum pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga pendidikan dengan tingkat akademi tinggi. Di antara lembaga-lembaga tersebut yaitu Madrasah Nizamiyah yang didirikan oleh Nizam Al-Muluk (457H./106M.), Madrasah Al-Nuriyah Al-Kubra yang didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki pada tahun 563H./1234M, di Damaskus dengan cabangnya yang amat banyak di kota Damaskus, Madrasah Al-Mustansiriyah Billah di Baghdad pada tahun 631 H./1234 M. (Baharuddin dan Wahyuni, 2009 : 51)
Sekolah yang disebut terakhir ini dilengkapi dengan banyak sekali akomodasi yang memadai ibarat setiap siswa dibuatkan kamar sendiri (dalam komplek asrama dan didiberikan beasiswa bulanan. Pada setiap madrasah, dan di tempat-tempat umum, selalu didirikan perpustakaan. Sebagai tumpuan di Marv saja, terdapat 10 perpustakaan, dan setiap perpustakaan terdapat 12.000 jilid buku. Setiap peminjaman buku sudah dibatasi waktunya, serta denda keterlambatannya. Guru-gurunya sudah terbagi atas Mudarris (Profesor) dan Mu'ids (asistens). Pengajarnya dalam mempersembahkan pelajaran sudah duduk di kursi.
Sementara kurikulum pembelajaran diutamakan fikih, hadits, tafsir dan teori-teori keilmuan (umum), matematika dan pengobatan. (Sholikhin, 2010 : 76)
Di samping ketiga madrasah tersebut, masih banyak lagi lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya yang tumbuh dan berkembang pesat pada zaman Az-Zarnuji hidup. melaluiataubersamaini memperhatikan infomasi tersebut di atas, tampak jelas, bahwa Az-Zarnuji hidup pada masa ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam tengah mencapai puncak keemasan dan kejayaannya. Yaitu pada simpulan masa Abbasiyah yang ditandai dengan munculnya pemikir-pemikir Islam ensiklopedik yang sukar ditandingi oleh pemikir-pemikir yang hadir kemudian.
Kondisi pertumbuhan dan perkembangan tersebut di atas amat menguntungkan bagi pembentukan Az-Zarnuji sebagai seorang ilmuan atau ulama yang luas pengetahuannya. Atas dasar ini tidak mengherankan kalau Plessner, seorang orientalist, sebut dalam ensiklopedinya bahwa Az-Zarnuji termasuk seorang filosof Arab. (As'ad, 2007 : iv)
0 Response to "Makalah Biografi Dan Pendidikan Syekh Az-Zarnuji"
Posting Komentar