Makalah Moral Mahmudah Dan Moral Madzmumah
A. PENDAHULUAN
Ajaran islam ialah aliran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah adat dalam Islam menerima perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, adat berarti sifat atau tabiat. Berdasarkan istilah, adat berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak berdasarkan Al-Ghazali ialah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang, darinya lahir perbuatan yang praktis tanpa pertimbangan pikiran terlebih lampau. Akhlak mencakup jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak mencakup korelasi hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama insan (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap tiruana makhluk (alam semesta).
Bagi seorang muslim, adat yang terbaik ialah ibarat yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW lantaran sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya ialah sifat-sifat yang terpuji dan ialah uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Allah SWT sendiri memuji adat Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Quran sebagaimana firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung.” (Al-Qalam:4)
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berakhlak baik ibarat yang terkandung dalam hadis: “Orang mukmin yang paling tepat keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya.”
B. PENTINGNYA AKHLAK DALAM PRIBADI MUSLIM
Bidang adat ialah bidang yang amat penting dalam sIstem hidup manusia. Ini disebabkan oleh nilai insan itu pada hakikatnya terletak pada adat dirinya. Semakin tinggi nilai adat diri seseorang itu maka makin tinggi pula nilai kemanusian pada dirinya. Akhlak ini jugalah yang membedakan antara insan dengan binatang dari segi perilaku, tindak-tanduk dan tanggungjawaban dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak berakhlak ialah sama tarafnya dengan binatang malah lebih rendah dari itu.
Firman Allah subhaanahu wa taaala:
“Dan sesugguhnya kami sudah sediakan untuk neraka banyak sekali golongan jin dan insan yang mana mereka mempunyai hati tetapi tidak mau mengerti dengannya, mempunyai mata tetapi tidak mau melihat dengannya, mempunyai pendengaran tetapi tidak mau mendengar dengannya, mereka itu ibarat binatang malah lebih sesat, mereka ialah orang-orang yang lalai.” (Al-Araf:179).
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki tamaddun ummat manusia. Oleh itu, masyarakat yang tidak mempunyai nilai adat dihentikan dianggap sebagai masyarakat yang baik dan mulia walaupun mempunyai kemajuan yang dalam bidang ekonomi, teknologi dan sebagainya.
Akhlak terbagi menjadi dua : Akhlak mahgampang dan adat madzmumah.
Akhlak mahgampang ibarat diberibadah kepada Allah, mencintai-Nya dan menyayangi makhluk-Nya lantaran Dia, dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan memulai berbuat sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua orangtua dan lainyya. Sedangkan adat madzmumah ibarat ujub, sombong, riya', dengki, berbuat kerusakan, bohong, bakhil, malas, dan lain sebagainya.
Akhlak mahgampang ialah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang meridhoilah Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh insan dan diantara kehidupan mereka kepada seorang muslim. Sebaliknya adat madzmumah ialah asal penderitaan di dunia dan akhirat.
C. AKHLAK MAHMUDAH
Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam dipertamai dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian logika akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam aliran Islam tidak sama dengan kepercayaan atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang ialah ia bisa berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai adat terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai adat mahgampang. Beberapa teladan adat terpuji antara lain ialah bersikap jujur, bertanggung jawaban, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri-tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia ialah sebaik-baik insan yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana adat rasul, maka ia menjawaban bahwa adat rasul ialah Al-Quran. Artinya rasul ialah insan yang menggambarkan adat ibarat yang tertera di dalam Al-Quran.
[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun mempunyai kegunaan untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
1. misal-misal Akhlak Mahgampang
Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan adat mahgampang yang mencakup ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a). Ikhlas
Kata lapang dada mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, lapang dada intinya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti lapang dada dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku sudah menanyakan hal itu kepada Allah,” kemudian Allah berfirman, “(Ikhlas) ialah salah satu dari rahasiaku yang Aku diberikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Pengertian yang demikian sanggup dijumpai di dalam QS. Al-Insan (76): 9, ”Sesungguhnya kami memdiberi makan kepadamu spesialuntuk untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharapkan tanggapan dari engkau dan tidak pula ucapan terima kasih.”
Ikhlas ialah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5), ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan –keikhlasan— kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, membersihkan dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
b). Amanah.
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang memilikinya, dan jikalau menghukumi diantara insan semoga menghukumi dengan adil…” (QS 4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman: “Sesungguhnya Kami sudah mengatakan amanah kepada langit, bumi dan pegunungan-pegunungan, maka mereka tiruana enggan memikulnya lantaran mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya insan itu amat zalim dan bodoh…” (QS. 33:72)
Amanah yang didiberikan Allah kepda insan mencakup :
1. Amanah Fitrah:
Yaitu amanah yang didiberikan oleh Sang Pencipta SWT semenjak insan dalam rahim ibunya, bahkan jauh semenjak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa AllaH SWT sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing (QS 7:172).
2. Amanah Syari’ah/Din:
Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan AllaH SWT dan memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, barangsiapa yang tidak mematuhi amanah ini maka ia zhalim pada dirinya sendiri, dan terbelakang terhadap dirinya, maka jikalau ia terbelakang terhadap dirinya maka ia akan terbelakang terhadap Rabb-nya (QS. 33:72).
3. Amanah Hukum/Keadilan:
Amanah ini ialah amanah untuk menegakkan aturan Allah SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara (QS 4/58). Makna adil ialah jauh dari sifat ifrath (ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan).
4. Amanah Ekonomi:
Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang berperihalan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat (QS. 2: 283).
5. Amanah Sosial:
Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang berperihalan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, menepati komitmen serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih-akung (QS 23: 8).
6. Amanah Pertahanan dan Kemanan:
Yaitu membina fisik dan mental, dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki semoga bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh imperialisme kapitalis maupun komunis dan banyak sekali musuh Islam lainnya (QS. 8:27).
Sifat mulia ini harus diamalkan oleh setiap orang. Dalam suatu sumber sebut, amanah ialah asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya, amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya: “….maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya;….” (QS. Al Baqarah: 283).
c). Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga masalah yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga masalah yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. AbuSyeikh).
d). Bersyukur
Syukur berdasarkan engkaus “Al-mu’jamu al-wasith” ialah mengakui adanya
kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemdiberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i ialah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya syukur ialah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Definisi ini ditulis oleh Ibnu Quddamah dalam bukunya “minhajul qashidin”. Bersyukur pada tataran menjadi langsung unggul berlaku pada dua keadaan yaitu sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang didiberikan oleh Sang Pencipta ialah sama, baik sedikit atau banyak dan sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman, “…. Sesungguhnya jikalau engkau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan sekiranya engkau mengingkari –kufur— (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Al Baqarah ayat 152 : ‘Maka ingatlah Aku ( Allah ) pasti Aku akan mengingatimu dan syukurilah nikmatku serta tidakboleh sekali-kali engkau menjadi kafir‘.
Lalu syukur dibagi menjadi tiga macam:
1. Syukur dengan hati,
yaitu niat melaksanakan kebaikan dan tidak menampakkannya kepada manusia. Adapun syukur dengan hati ialah Syukur dengan verbal ialah Rasulullah SAW. bersabda: “Membicarakan kenikmatan itu ialah syukur dan meninggalkannya adalahkekufuran(akan nikmat).” (HR.Ahmad).
2. Syukur dengan lisan,
yaitu menampakkan rasa terima kasih kepada Allah SWT dengan pujian.
3. Syukur dengan anggota badan,
ialah memakai seluruh nikmat Allah dalam ketaatan kepadaNya. Oleh lantaran makna syukur ialah memakai seluruh kenikmatan dengan cara yang dicintai oleh Allah, maka mustahil seseorang sanggup mensyukuri nikmatNya kecuali dengan mengetahui apa-apa yangdicintai oleh Allah dan apa-apa yang dibenci-Nya.
e). Sabar
Sabar yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus asa, tenang dsb). Di dalam menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/ langsung unggul. Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan karenanya ia banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap orang semoga bersabar lantaran Allah. Orang diberiman harus bersabar menunggu keselamatan yang besar yang Allah janjikan. INI perintah di dalam Al-Qur`an, “Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (al-Muddatstsir: 7) Sabar ialah salah satu sifat penting untuk mencapai ridha Allah; itulah kebaikan yang harus diusahakan semoga lebih erat kepada Allah. “Hai orang-orang yang diberiman, bersabarlah engkau dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya engkau beruntung.” (Ali Imran: 200).
Al Qur`an juga menyatakan hal ini, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah: 45). Ayat lain dari surah yang sama menekankan bahwa kegembiraan didiberikan kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi rintangan atau kesusahan. “Dan sungguh akan Kami diberikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, belum sempurnanya harta, jiwa dan buah-buahan. Dan diberikanlah diberita bangga kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.’” (al-Baqarah: 155-156).
Sabar ialah sifat mulia yang sanggup meningkatkan kekuatan orang-orang diberiman. Allah menyatakan pada ayat diberikut, betapa kekuatan sabar ini bisa mengalahkan sesuatu. “Sekarang, Allah sudah meentengkan kepadamu dan Dia sudah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jikalau ada di antaramu seratus orang yang sabar, pasti mereka sanggup mengalahkan dua ratus orang; dan jikalau di antaramu ada seribu orang (yang sabar), pasti mereka sanggup mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Anfaal: 66).
Sabar ialah sifat yang tergolong positif yang diterangkan dalam Al-Qur`an. Seseorang bisa saja rendah hati, sederhana, baik budi, taat atau patuh; namun tiruana kebaikan ini spesialuntuk akan berharga ketika kita menggabungkannya dengan kesabaran. Kesabaranlah yang diperlihatkan dalam berdo’a dan ialah sifat orang diberiman, yang membuat do’a-do’a kita sanggup diterima.
f). jujur
Shiddiq (jujur, benar) ialah lawan kata dari kidzib (bohong atau dusta). Secara morfologi, akar kata shidq berasal dari kata shadaqa, yashduqu, shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila qauluhu ‘pembicarannya diterima’.
Ayat Allah yang mempersembahkan ilustrasi yang terang tentang makna (shiddiq): “Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang jujur (benar) tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih.” (Al-Ahzab:8)
Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (shiddiq) ke dalam enam jenis:
1. jujur dalam verbal atau bertutur kata.
Setiap orang harus sanggup memelihara perkataannya. Menepati komitmen termasuk kategori kejujuran jenis ini.
2. jujur dalam berniat dan berkehendak.
Kejujuran ibarat ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan lantaran Allah. Jika dicampuri dengan dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batallah kebenaran niatnya. Orang yang ibarat ini sanggup dikatakan pembohong. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai diberikut: “Ketika Rasulullah saw bertanya kepada seorang alim, ‘Apa yang sudah engkau kerjakan dari yang sudah engkau ketahui?’ Ia menjawaban, ‘Aku sudah mengerjakan hal ini dan hal itu.’ Lalu Allah berkata, ‘Engkau sudah berbohong lantaran engkau ingin dikatakan bahwa si Fulan orang alim.”
3. jujur dalam berobsesi atau bercita-cita (azam).
Manusia terkadang mengemukakan obsesinya untuk melaksanakan sesuatu. Misalnya, “Jika Allah menganugerahkan banyak harta kepadaku, saya akan sedekahkan setengahnya.” Janji atau obsesi ini harus diucapkan secara jujur.
4. jujur dalam menepati obsesi.
Dalam suatu kondisi, hati terkadang banyak mengumbar obsesi. Baginya praktis ketika itu untuk mengumbar obsesi. Kemudian, ketika kondisi realitas sudah memungkinkannya untuk menepati komitmen obsesinya itu, ia memungkirinya. Nafsu syahwatnya sudah menghantam keinginannya untuk merealisasikan janjinya. Hal itu sungguh berperihalan dengan kejujuran (shiddiq).
5. jujur dalam berinfak atau bekerja.
jujur dalam maqam-maqam beragama. Merupakan kejujuran paling tinggi. contohnya ialah kejujuran dalam khauf (rasa takut akan siksaan Allah), raja’ (mengharapkan rahmat Allah), ta’dzim (mengagungkan Allah), ridha (rela terhadap segala keputusan Allah), tawwakal (mempercayakan diri kepada Allah dalam segala totalitas urusan), dan menyayangi Allah.
D. AKHLAK MADZMUMAH
Selain menjaga adat mahgampang, seorang muslim juga harus menghindari adat madzmumah yang meliputi: tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu dengan tujuan ingin memperlihatkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan pemarah.
Tahukah antum (pembaca) apa itu adat madzmumah? Akhlak madzmumah ialah adat yang dikendalikan oleh Syetan dan kita sama sekali dihentikan mempunyai adat yang demikian, lantaran adat madzmumah ialah adat yang tercela dan sangat-sangat harus kita jauhi.
Kenapa? Karena ia bisa membuat hati kita membusuk dan susah disembuhkan. Tubuh kita mungkin saja akan tetap terlihat sehat ketika kita berakhlak madzmumah ini, tetapi hati dan jiwa kita menderita dan tersiksa. Sebab ia bukanlah penyakit fisik, melainkan penyakit hati! Lalu, ibarat apa sih penyakit hati itu? Seberapa besar ancaman yang dibawanya? Dan bagaimana cara menanggulanginya? Wabah penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit apapun..
Saudaraku, tidakboleh hingga terserang oleh wabah penyakit hati yang sangat ganas ini. Naudzubillah, summa naudzubillah!
• Bersabda Rasulullah SAW: “Ketahuilah, didalam tubuh insan ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, seluruhnya baik dan apabila daging itu buruk, buruklah seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu ialah kalbu (hati).” (HR. Bukhari)
Pernah dengar dongeng putra Nabi Adam AS yang berjulukan Qabil dan Habil ? Qabil ialah sosok insan pertama didunia yang terkena penyakit hati (madzmumah). Ketika ia hendak dikawinkan dengan saudara kembar Habil yang tidak cantik, sementara saudara kembarnya sendiri (Qabil) yang bagus yang berjulukan Iqlima akan dikawinkan dengan Habil, ia merasa iri. Kemudian Qabil protes kepada ayahnya sehingga kesannya Nabi Adam AS menyuruh kedua anaknya itu untuk berkurban dengan catatan siapa yang kurbannya diterima oleh Allah SWT maka dialah yang berhak mengawini Iqlima. Kemudian ketika ternyata kurban Habil yang diterima, Qabil merasa dengki sehingga ia membunuh adiknya sendiri. Penyakit hati yang diderita oleh Qabil sudah menobatkan dirinya menjadi insan pertama didunia yang melaksanakan kejahatan yaitu membunuh. Kita tentu tidak ingin menjadi pengikut Qabil bukan?
• Penyakit hati antara lain disebabkan lantaran ada perasaan iri:
1. Pengertian Iri
Iri ialah sikap kurang senang melihat orang lain menerima kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menjadikan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, contohnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau berbagi isu-isu yang tidak baik. Jika perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan hingga pembunuhan, ibarat yang terjadi pada dongeng Qabil dan Habil.
2. Sebab-sebab Timbulnya Sifat Iri:
Kalau kita cermati dari dongeng Qabil dan Habil, kita sanggup melihat bahwa sifat iri ini muncul lantaran :
a. Adanya rasa sombong didalam diri seseorang
b. Kurang percaya diri
c. Kurang mensyukurui nikmat Allah
d. Tidak merasa cukup terhadap sesuatu yang sudah dimilikinya.
e. Tidak percaya kepada qadha dan qadar.
3. Akibat (berbahayanya) sifat Iri :
Sifat iri tidak pernah membawa kepada kebaikan, bahkan pasti membawa akhir buruk. Akibat dari sifat iri tersebut antara lain :
a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada keuntungannya bahkan bisa dibarengi dosa.
b. Merusak pahala ibadah
c. Membawa pada perbuatan maksiat, alasannya ialah orang yang iri tidak bisa lepas dari perbuatan menyinggung, berdusta, memaki, dan mengumpat.
d. Masuk Neraka
e. Mencelakakan orang lain
f. Menyebabkan buta hati
g. Mengikuti permintaan syetan
h. Meresahkan orang lain
i. Menimbulkan perselisihan dan perpecahan
j. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan masyarakat
k. Menimbulkan ketidaktentraman dalam diri, keluarga, masyarakat, atau orang lain.
4. Teknik menghindari sifat Iri :
Diantara cara-cara menghindari sifat iri sebagai diberikut :
a. Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu pemdiberian Allah SWT, sehingga masuk akal apabila suatu ketika Allah memdiberi nikmat kepada seseorang dan tidak mempersembahkannya kepada orang lain.
b. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup terhadap segala sesuatu yang sudah diterimanya.
c. Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan keberuntungan (kesenangan).
d. Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain menerima laba (kesenangan).
• Penyakit hati disebabkan lantaran perasaan dengki.
1. Definisi Dengki.
Dengki artinya merasa tidak senang jikalau orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha semoga kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain menerima musibah. Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim. ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya, bahkan tidak segan-segan berbuat aniaya (zalim) terhadap sesamanya yang mendapatkan kenikmatan semoga cepat kenikmatan itu berpindah kepada dirinya. Seperihal sikap buruk yang namanya dengki ini, simak Hadist tersebut ini :
• Bersabda Nabi SAW :
“Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
• Dan Nabi SAW juga bersabda :
“Menimpa kepadamu suatu penyakit umat-umat sebelum engkau, yaitu benci-membenci dan dengki. Dialah pencukur agama, bukan sekedar pencukur rambut.” (HR. Turmudzi)
Saudaraku, Hadist yang pertama membuktikan bahwa dengki itu memakan kebaikan ibarat api yang memakan kayu bakar. Disini terang bahwa dengki itu suatu hal yang berlawanan dengan kebaikan, bahkan menjadi musuhnya. Sedangkan Hadist yang kedua membuktikan bahwa jikalau suatu masyarakat sudah terjangkiti penyakit dengki, maka agama akan hancur, tatanan dan aturan yang ada tidak akan berguna. Oleh lantaran itu, jikalau sifat ini tidak dihindari, tatanan kehidupan bermasyarakat akan kacau dan rusak, bahkan agama tidak lagi dijadikan pedoman hidup.
2. Penyakit Dengki
Diatas sudah dijelaskan bahwa penyakit dengki berpertama dari iri dan marah, sehingga penyebab dari iri juga ialah penyebab dari penyakit iri, ditambah hal-hal sebagai diberikut :
a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha.
b. Sifat kikir yang berlebihan
c. Cinta dunia dan sejenisnya.
d. Merasa sakit jikalau orang lain mempunyai kelebihan
e. Tidak diberiman kepada qadha dan qadar.
3. Bahaya Penyakit Dengki
Semua penyakit, apapun namanya, pasti menhadirkan ancaman bagi orang yang dihinggapinya. Demikian juga penyakit hati yang dibawa oleh penyakit dengki ini antara lain sebagai diberikut :
a. Mendorong untuk berbuat maksiat ibarat menggunjing, berbohong, marah, senang jikalau orang lain menerima musibah.
• Rasulullah SAW bersabda :
“Manusia akan senantiasa bisa berbuat kebajikan selama tidak saling hasud satu sama lain.” (HR. Thabrani)
b. Mencelakakan orang lain
c. Merugikan diri sendiri dan orang lain
d. Kebutaan hati dalam mendapatkan kebenaran, lantaran sibuk memikirkan bagaimana cara mencelakakan orang lain.
e. Tidak akan diakui sebagai umat Rasulullah SAW dan tidak akan menerima syafaatnya pada hari Kiamat nanti.
• Bersabda Rasulullah SAW
“Bukanlah dari golonganku orang yang mempunyai kedengkian.” (HR. Thabrani).
f. Masuk Neraka tanpa dihisab terlebih lampau.
• Nabi SAW Bersabda :
“Ada 6 (enam) kelompok orang yang akan masuk Neraka sebelum dihisab amalnya, disebabkan oleh enam perkara. Yaitu :
1. Penguasa lantaran ke zalimannya
2. Orang Arab (atau ras lainnya) yang fanatik dengan kesukuannya
3. Para tokoh, lantaran kesombongannya
4. Para pedagang lantaran kecurangannya
5. Orang-orang awam lantaran kebodohannya
6. Para ulama lantaran hasudnya.” (HR. Dailami)
4. Bagaimana Teknik Menghindari Penyakit Dengki ?
Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menghindari penyakit dengki, antara lain :
a. Menjauhi tiruana penyebabnya.
b. Mewaspadai bahayanya.
c. Membiasakan diri untuk mempersembahkan tunjangan positif terhadap apa yang dialami saudara kita.
d. Mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kerukunan dan persaudaraan.
e. Selalu berdzikir, sehingga hati merasa erat dengan Allah SWT.
f. Ilmu dan amal.
• Hasud.
1. Pengertian Hasud
Hasud ialah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud ialah tindakan yang jahat dan menyesatkan, lantaran mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga lantaran mempublikasikan hal-hal buruk yang bahwasanya harus ditutupi. Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu ialah suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain. Kemudian, jikalau dibiarkan tumbuh, iri hati akan menjelma kedengkian. Penyakit kedengkian jikalau dibiarkan terus akan menjelma penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.
2. Akibat Penyakit Hasud
Penyakit hasud ialah penyakit hati sama berbaspesialuntuk dengan penyakit iri dan dendam. Sehingga dalam bahasa Arab iri, dengki dan hasud mempunyai arti kata yang sama yaitu hasad. Perbuatan iri sanggup menghancurkan persatuan dan persaudaraan. Orang yang bertetangga dan bersaudara sanggup bertengkar dan berselisih bahkan hingga pecah, bila tergoda hasutan. Sehingga putuslah persaudaraan mereka.
• Nabi SAW pernah bersabda :
“Jauhilah sifat hasad, lantaran sesungguhnya hasad itu sanggup memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
• Dan Bersabda Rasulullah SAW :
“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tahukah kalian orang yang muflis (pailit/bangkrut) itu? Para Sahabat menjawaban :”Orang yang tidak mempunyai harta sama sekali.” Lalu Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling pailit dari umatku ialah orang yang hadir pada hari Kiamat kelak dengan membawa shalat, puasa dan zakat, tetapi ia sudah mencaci maki orang lain, menuduh orang ini, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang-orang yang sudah dianiaya ini didiberi kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum dilunasi tiruana dosa-dosanya, maka diambillah kesalahan-kesalahan orang-orang (yang pernah dianiaya) dan ditumpahkan tiruananya kepada dia, kemudian ia dilempar kedalam Neraka.” (HR. Muslim)
melaluiataubersamaini demikian, kalau kita rinci akhir penyakit hasud ini kurang lebih sebagai diberikut :
a. Merugikan diri sendiri dan orang lain.
b. Menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
c. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan dalam masyarakat.
d. Mencelakakan orang lain.
e. Menghilangkan amal perbuatan baik.
f. Masuk Neraka
3. Penyebab Penyakit Hasud.
Penyebab penyakit hasud tidak jauh tidak sama dengan penyakit iri dan dendam, ditambah hal-hal sebagai diberikut :
a. Permusuhan dan Kemarahan.
b. Sikap tidak rela orang lain lebih baik darinya.
c. Sombong
d. Tamak dan rakus dunia.
e. Lemahnya iman.
f. cepatdangampang diprovokasi orang lain.
4. Bagaimana Teknik Menghilangkan Penyakit Hasud?
Untuk menghilangkan penyakit ini, cara yang bisa dilakukan antara lain sebagai diberikut :
a. Menumbuhkan kesadaran bahwa permusuhan dan kemarahan akan membawa petaka dan kesengsaraan baik lahir maupun bathin.
b. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
c. Jadilah orang yang mempunyai pendirian tidak praktis di provokasi.
d. Mengamalkan aliran agama.
E. PENUTUP
Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, insan sudah ditakdirkan untuk menjalani peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu sehingga kini, insan terus menjalani hidup dengan banyak sekali cara dan kejadian yang membentuk sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan keperibadian insan penuh perperihalan dan berguaka ragam. Manusia bukan makhluk sosial semata-mata malah bukan jua diciptakan untuk mementingkan diri sendiri semata-mata.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada insan untuk menyempurnakan adat sebagaimana yang ditetapkan dalam hadis Rasulullah SAW. melaluiataubersamaini adat Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyeru insan kepada tauhid dan dengan adat jualah baginda menghadapi musuh di medan perang.
melaluiataubersamaini adat baginda memimpin rakyat dalam usaha mencapai impian serta membangunkan Negara yang berdaulat dan merdeka. Sesungguhnya adat yang mulia melengkapkan sendiiman untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian insan sebagaimana keterangan hadis yang berbunyi:
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Paling tepat keimanan orang-orang mukmin ialah yang lebih baik akhlaknya.” (HR At-Tirmizi dari Abu Hurairah).
Dalam konteks pengamalan syariat iaitu yang mencakup dedikasi hamba terhadap Allah, sanggup dilihat pada rukun Islam yang lima dan juga dalam hal muamalah, adat berperanan untuk melengkapinya.
Mabadunga dalam hal ibadah, kita akan dapati antara pesan yang tersirat ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh Islam terdapat pertautan yang erat antara adat dan ibadah meskipun ibadah itu berlainan pada rupa dan bentuknya tetapi ketiruananya menuju kepada satu samasukan yang digariskan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya: Aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.
Sembahyang, puasa, zakat, haji dan lain-lain amalan yang diperintahkan di dalam Islam ialah ialah anak tangga untuk mendaki kemuncak kesempurnaan dan sebagai taktik untuk melindungi diri dai kerosakan dan kerendahan moral. melaluiataubersamaini alasannya ialah ciri-ciri itu maka ibadah-ibadah tersebut terletak di kawasan yang tinggi dalam agama.
Persiapan umat Islam untuk menjadi Ummatan Wasathon harus dilengkapi dengan tuntutan untuk dijadikan alat komunikasi dengan sesama manusia. Tuntutan itu berupa aliran adat mulia, yang diperlukan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Kerana itu, sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling jago ialah ilmu yang didasarkan kepada adat yang mulia.
Ajaran islam ialah aliran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’an dalam penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah adat dalam Islam menerima perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, adat berarti sifat atau tabiat. Berdasarkan istilah, adat berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang melahirkan perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak berdasarkan Al-Ghazali ialah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang, darinya lahir perbuatan yang praktis tanpa pertimbangan pikiran terlebih lampau. Akhlak mencakup jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak mencakup korelasi hamba dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama insan (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap tiruana makhluk (alam semesta).
Bagi seorang muslim, adat yang terbaik ialah ibarat yang terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW lantaran sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya ialah sifat-sifat yang terpuji dan ialah uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Allah SWT sendiri memuji adat Nabi Muhammad SAW di dalam Al-Quran sebagaimana firman-Nya: “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung.” (Al-Qalam:4)
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berakhlak baik ibarat yang terkandung dalam hadis: “Orang mukmin yang paling tepat keimanannya ialah yang paling baik akhlaknya.”
B. PENTINGNYA AKHLAK DALAM PRIBADI MUSLIM
Bidang adat ialah bidang yang amat penting dalam sIstem hidup manusia. Ini disebabkan oleh nilai insan itu pada hakikatnya terletak pada adat dirinya. Semakin tinggi nilai adat diri seseorang itu maka makin tinggi pula nilai kemanusian pada dirinya. Akhlak ini jugalah yang membedakan antara insan dengan binatang dari segi perilaku, tindak-tanduk dan tanggungjawaban dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak berakhlak ialah sama tarafnya dengan binatang malah lebih rendah dari itu.
Firman Allah subhaanahu wa taaala:
“Dan sesugguhnya kami sudah sediakan untuk neraka banyak sekali golongan jin dan insan yang mana mereka mempunyai hati tetapi tidak mau mengerti dengannya, mempunyai mata tetapi tidak mau melihat dengannya, mempunyai pendengaran tetapi tidak mau mendengar dengannya, mereka itu ibarat binatang malah lebih sesat, mereka ialah orang-orang yang lalai.” (Al-Araf:179).
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki tamaddun ummat manusia. Oleh itu, masyarakat yang tidak mempunyai nilai adat dihentikan dianggap sebagai masyarakat yang baik dan mulia walaupun mempunyai kemajuan yang dalam bidang ekonomi, teknologi dan sebagainya.
Akhlak terbagi menjadi dua : Akhlak mahgampang dan adat madzmumah.
Akhlak mahgampang ibarat diberibadah kepada Allah, mencintai-Nya dan menyayangi makhluk-Nya lantaran Dia, dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah dan memulai berbuat sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua orangtua dan lainyya. Sedangkan adat madzmumah ibarat ujub, sombong, riya', dengki, berbuat kerusakan, bohong, bakhil, malas, dan lain sebagainya.
Akhlak mahgampang ialah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang meridhoilah Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh insan dan diantara kehidupan mereka kepada seorang muslim. Sebaliknya adat madzmumah ialah asal penderitaan di dunia dan akhirat.
C. AKHLAK MAHMUDAH
Keimanan sering disalahpahami dengan 'percaya', keimanan dalam Islam dipertamai dengan usaha-usaha memahami kejadian dan kondisi alam sehingga timbul dari sana pengetahuan akan adanya Yang Mengatur alam semesta ini, dari pengetahuan tersebut kemudian logika akan berusaha memahami esensi dari pengetahuan yang didapatkan. Keimanan dalam aliran Islam tidak sama dengan kepercayaan atau persangkaan tapi harus melalui ilmu dan pemahaman.
Implementasi dari sebuah keimanan seseorang ialah ia bisa berakhlak terpuji. Allah sangat menyukai hambanya yang mempunyai adat terpuji. Akhlak terpuji dalam islam disebut sebagai adat mahgampang. Beberapa teladan adat terpuji antara lain ialah bersikap jujur, bertanggung jawaban, amanah, baik hati, tawadhu, istiqomah dll. Sebagai umat islam kita mempunyai suri-tauladan yang perlu untuk dicontoh atau diikuti yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia ialah sebaik-baik insan yang berakhlak sempurna. Ketika Aisyah ditanya bagaimana adat rasul, maka ia menjawaban bahwa adat rasul ialah Al-Quran. Artinya rasul ialah insan yang menggambarkan adat ibarat yang tertera di dalam Al-Quran.
[10:36] Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun mempunyai kegunaan untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
1. misal-misal Akhlak Mahgampang
Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan adat mahgampang yang mencakup ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a). Ikhlas
Kata lapang dada mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, lapang dada intinya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti lapang dada dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku sudah menanyakan hal itu kepada Allah,” kemudian Allah berfirman, “(Ikhlas) ialah salah satu dari rahasiaku yang Aku diberikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Pengertian yang demikian sanggup dijumpai di dalam QS. Al-Insan (76): 9, ”Sesungguhnya kami memdiberi makan kepadamu spesialuntuk untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak mengharapkan tanggapan dari engkau dan tidak pula ucapan terima kasih.”
Ikhlas ialah inti dari setiap ibadah dan perbuatan seorang muslim. Allah SWT berfirman dalam QS. Al Bayyinah: 5), ”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan –keikhlasan— kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, membersihkan dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.
b). Amanah.
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-titipan kepada yang memilikinya, dan jikalau menghukumi diantara insan semoga menghukumi dengan adil…” (QS 4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman: “Sesungguhnya Kami sudah mengatakan amanah kepada langit, bumi dan pegunungan-pegunungan, maka mereka tiruana enggan memikulnya lantaran mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya insan itu amat zalim dan bodoh…” (QS. 33:72)
Amanah yang didiberikan Allah kepda insan mencakup :
1. Amanah Fitrah:
Yaitu amanah yang didiberikan oleh Sang Pencipta SWT semenjak insan dalam rahim ibunya, bahkan jauh semenjak dimasa alam azali, yaitu mengakui bahwa AllaH SWT sebagai Pencipta, Pemelihara dan Pembimbing (QS 7:172).
2. Amanah Syari’ah/Din:
Yaitu untuk tunduk patuh pada aturan AllaH SWT dan memenuhi perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA, barangsiapa yang tidak mematuhi amanah ini maka ia zhalim pada dirinya sendiri, dan terbelakang terhadap dirinya, maka jikalau ia terbelakang terhadap dirinya maka ia akan terbelakang terhadap Rabb-nya (QS. 33:72).
3. Amanah Hukum/Keadilan:
Amanah ini ialah amanah untuk menegakkan aturan Allah SWT secara adil baik dalam kehidupan pribadi, masyarakat maupun bernegara (QS 4/58). Makna adil ialah jauh dari sifat ifrath (ekstrem/berlebihan) maupun tafrith (longgar/berkurangan).
4. Amanah Ekonomi:
Yaitu bermu’amalah dan menegakkan sistem ekonomi yang sesuai dengan aturan syariat Islam, dan menggantikan ekonomi yang berperihalan dengan syariat serta memperbaiki kurang sesuai dengan syariat (QS. 2: 283).
5. Amanah Sosial:
Yaitu bergaul dengan menegakkan sistem kemasyarakatan yang Islami, jauh dari tradisi yang berperihalan dengan nilai Islam, menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, menepati komitmen serta saling menasihati dalam kebenaran, kesabaran dan kasih-akung (QS 23: 8).
6. Amanah Pertahanan dan Kemanan:
Yaitu membina fisik dan mental, dan mempersiapkan kekuatan yang dimiliki semoga bangsa, negara dan ummat tidak dijajah oleh imperialisme kapitalis maupun komunis dan banyak sekali musuh Islam lainnya (QS. 8:27).
Sifat mulia ini harus diamalkan oleh setiap orang. Dalam suatu sumber sebut, amanah ialah asas ketahanan umat, kestabilan negara, kekuasaan, kehormatan dan roh kepada keadilan. Singkatnya, amanah berarti sesuatu yang dipercayakan sehingga kita harus menjaga amanah tersebut. Dalam hal ini, Allah berfirman dalam Alquran, yang artinya: “….maka tunaikanlah oleh orang yang diamanahkan itu akan amanahnya dan bertakwalah kepada Allah Tuhannya;….” (QS. Al Baqarah: 283).
c). Adil
Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga masalah yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga masalah yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. AbuSyeikh).
d). Bersyukur
Syukur berdasarkan engkaus “Al-mu’jamu al-wasith” ialah mengakui adanya
kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemdiberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i ialah : Menggunakan nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya syukur ialah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
Definisi ini ditulis oleh Ibnu Quddamah dalam bukunya “minhajul qashidin”. Bersyukur pada tataran menjadi langsung unggul berlaku pada dua keadaan yaitu sebagai tanda kerendahan hati terhadap segala nikmat yang didiberikan oleh Sang Pencipta ialah sama, baik sedikit atau banyak dan sebagai ketetapan daripada Allah, supaya kebajikan senantiasa dibalas dengan kebajikan. Allah berfirman, “…. Sesungguhnya jikalau engkau bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan sekiranya engkau mengingkari –kufur— (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7). Al Baqarah ayat 152 : ‘Maka ingatlah Aku ( Allah ) pasti Aku akan mengingatimu dan syukurilah nikmatku serta tidakboleh sekali-kali engkau menjadi kafir‘.
Lalu syukur dibagi menjadi tiga macam:
1. Syukur dengan hati,
yaitu niat melaksanakan kebaikan dan tidak menampakkannya kepada manusia. Adapun syukur dengan hati ialah Syukur dengan verbal ialah Rasulullah SAW. bersabda: “Membicarakan kenikmatan itu ialah syukur dan meninggalkannya adalahkekufuran(akan nikmat).” (HR.Ahmad).
2. Syukur dengan lisan,
yaitu menampakkan rasa terima kasih kepada Allah SWT dengan pujian.
3. Syukur dengan anggota badan,
ialah memakai seluruh nikmat Allah dalam ketaatan kepadaNya. Oleh lantaran makna syukur ialah memakai seluruh kenikmatan dengan cara yang dicintai oleh Allah, maka mustahil seseorang sanggup mensyukuri nikmatNya kecuali dengan mengetahui apa-apa yangdicintai oleh Allah dan apa-apa yang dibenci-Nya.
e). Sabar
Sabar yaitu sifat tahan menderita sesuatu (tidak lekas marah; tidak lekas patah hati; tidak lepas putus asa, tenang dsb). Di dalam menghadapi cobaan hidup, ternyata kesabaran ini sangat penting untuk membentuk individu/ langsung unggul. Manusia diciptakan dengan disertai sifat tidak sabar dan karenanya ia banyak berbuat kesalahan. Akan tetapi, agama meminta setiap orang semoga bersabar lantaran Allah. Orang diberiman harus bersabar menunggu keselamatan yang besar yang Allah janjikan. INI perintah di dalam Al-Qur`an, “Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (al-Muddatstsir: 7) Sabar ialah salah satu sifat penting untuk mencapai ridha Allah; itulah kebaikan yang harus diusahakan semoga lebih erat kepada Allah. “Hai orang-orang yang diberiman, bersabarlah engkau dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya engkau beruntung.” (Ali Imran: 200).
Al Qur`an juga menyatakan hal ini, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah: 45). Ayat lain dari surah yang sama menekankan bahwa kegembiraan didiberikan kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi rintangan atau kesusahan. “Dan sungguh akan Kami diberikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, belum sempurnanya harta, jiwa dan buah-buahan. Dan diberikanlah diberita bangga kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.’” (al-Baqarah: 155-156).
Sabar ialah sifat mulia yang sanggup meningkatkan kekuatan orang-orang diberiman. Allah menyatakan pada ayat diberikut, betapa kekuatan sabar ini bisa mengalahkan sesuatu. “Sekarang, Allah sudah meentengkan kepadamu dan Dia sudah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jikalau ada di antaramu seratus orang yang sabar, pasti mereka sanggup mengalahkan dua ratus orang; dan jikalau di antaramu ada seribu orang (yang sabar), pasti mereka sanggup mengalahkan dua ribu orang dengan seizin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” (al-Anfaal: 66).
Sabar ialah sifat yang tergolong positif yang diterangkan dalam Al-Qur`an. Seseorang bisa saja rendah hati, sederhana, baik budi, taat atau patuh; namun tiruana kebaikan ini spesialuntuk akan berharga ketika kita menggabungkannya dengan kesabaran. Kesabaranlah yang diperlihatkan dalam berdo’a dan ialah sifat orang diberiman, yang membuat do’a-do’a kita sanggup diterima.
f). jujur
Shiddiq (jujur, benar) ialah lawan kata dari kidzib (bohong atau dusta). Secara morfologi, akar kata shidq berasal dari kata shadaqa, yashduqu, shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila qauluhu ‘pembicarannya diterima’.
Ayat Allah yang mempersembahkan ilustrasi yang terang tentang makna (shiddiq): “Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang jujur (benar) tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih.” (Al-Ahzab:8)
Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (shiddiq) ke dalam enam jenis:
1. jujur dalam verbal atau bertutur kata.
Setiap orang harus sanggup memelihara perkataannya. Menepati komitmen termasuk kategori kejujuran jenis ini.
2. jujur dalam berniat dan berkehendak.
Kejujuran ibarat ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan lantaran Allah. Jika dicampuri dengan dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batallah kebenaran niatnya. Orang yang ibarat ini sanggup dikatakan pembohong. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai diberikut: “Ketika Rasulullah saw bertanya kepada seorang alim, ‘Apa yang sudah engkau kerjakan dari yang sudah engkau ketahui?’ Ia menjawaban, ‘Aku sudah mengerjakan hal ini dan hal itu.’ Lalu Allah berkata, ‘Engkau sudah berbohong lantaran engkau ingin dikatakan bahwa si Fulan orang alim.”
3. jujur dalam berobsesi atau bercita-cita (azam).
Manusia terkadang mengemukakan obsesinya untuk melaksanakan sesuatu. Misalnya, “Jika Allah menganugerahkan banyak harta kepadaku, saya akan sedekahkan setengahnya.” Janji atau obsesi ini harus diucapkan secara jujur.
4. jujur dalam menepati obsesi.
Dalam suatu kondisi, hati terkadang banyak mengumbar obsesi. Baginya praktis ketika itu untuk mengumbar obsesi. Kemudian, ketika kondisi realitas sudah memungkinkannya untuk menepati komitmen obsesinya itu, ia memungkirinya. Nafsu syahwatnya sudah menghantam keinginannya untuk merealisasikan janjinya. Hal itu sungguh berperihalan dengan kejujuran (shiddiq).
5. jujur dalam berinfak atau bekerja.
jujur dalam maqam-maqam beragama. Merupakan kejujuran paling tinggi. contohnya ialah kejujuran dalam khauf (rasa takut akan siksaan Allah), raja’ (mengharapkan rahmat Allah), ta’dzim (mengagungkan Allah), ridha (rela terhadap segala keputusan Allah), tawwakal (mempercayakan diri kepada Allah dalam segala totalitas urusan), dan menyayangi Allah.
D. AKHLAK MADZMUMAH
Selain menjaga adat mahgampang, seorang muslim juga harus menghindari adat madzmumah yang meliputi: tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu dengan tujuan ingin memperlihatkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak dan pemarah.
Tahukah antum (pembaca) apa itu adat madzmumah? Akhlak madzmumah ialah adat yang dikendalikan oleh Syetan dan kita sama sekali dihentikan mempunyai adat yang demikian, lantaran adat madzmumah ialah adat yang tercela dan sangat-sangat harus kita jauhi.
Kenapa? Karena ia bisa membuat hati kita membusuk dan susah disembuhkan. Tubuh kita mungkin saja akan tetap terlihat sehat ketika kita berakhlak madzmumah ini, tetapi hati dan jiwa kita menderita dan tersiksa. Sebab ia bukanlah penyakit fisik, melainkan penyakit hati! Lalu, ibarat apa sih penyakit hati itu? Seberapa besar ancaman yang dibawanya? Dan bagaimana cara menanggulanginya? Wabah penyakit hati lebih berbahaya dari penyakit apapun..
Saudaraku, tidakboleh hingga terserang oleh wabah penyakit hati yang sangat ganas ini. Naudzubillah, summa naudzubillah!
• Bersabda Rasulullah SAW: “Ketahuilah, didalam tubuh insan ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, seluruhnya baik dan apabila daging itu buruk, buruklah seluruhnya Ketahuilah olehmu bahwa segumpal daging itu ialah kalbu (hati).” (HR. Bukhari)
Pernah dengar dongeng putra Nabi Adam AS yang berjulukan Qabil dan Habil ? Qabil ialah sosok insan pertama didunia yang terkena penyakit hati (madzmumah). Ketika ia hendak dikawinkan dengan saudara kembar Habil yang tidak cantik, sementara saudara kembarnya sendiri (Qabil) yang bagus yang berjulukan Iqlima akan dikawinkan dengan Habil, ia merasa iri. Kemudian Qabil protes kepada ayahnya sehingga kesannya Nabi Adam AS menyuruh kedua anaknya itu untuk berkurban dengan catatan siapa yang kurbannya diterima oleh Allah SWT maka dialah yang berhak mengawini Iqlima. Kemudian ketika ternyata kurban Habil yang diterima, Qabil merasa dengki sehingga ia membunuh adiknya sendiri. Penyakit hati yang diderita oleh Qabil sudah menobatkan dirinya menjadi insan pertama didunia yang melaksanakan kejahatan yaitu membunuh. Kita tentu tidak ingin menjadi pengikut Qabil bukan?
• Penyakit hati antara lain disebabkan lantaran ada perasaan iri:
1. Pengertian Iri
Iri ialah sikap kurang senang melihat orang lain menerima kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menjadikan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, contohnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau berbagi isu-isu yang tidak baik. Jika perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan hingga pembunuhan, ibarat yang terjadi pada dongeng Qabil dan Habil.
2. Sebab-sebab Timbulnya Sifat Iri:
Kalau kita cermati dari dongeng Qabil dan Habil, kita sanggup melihat bahwa sifat iri ini muncul lantaran :
a. Adanya rasa sombong didalam diri seseorang
b. Kurang percaya diri
c. Kurang mensyukurui nikmat Allah
d. Tidak merasa cukup terhadap sesuatu yang sudah dimilikinya.
e. Tidak percaya kepada qadha dan qadar.
3. Akibat (berbahayanya) sifat Iri :
Sifat iri tidak pernah membawa kepada kebaikan, bahkan pasti membawa akhir buruk. Akibat dari sifat iri tersebut antara lain :
a. Merasa kesal dan sedih tanpa ada keuntungannya bahkan bisa dibarengi dosa.
b. Merusak pahala ibadah
c. Membawa pada perbuatan maksiat, alasannya ialah orang yang iri tidak bisa lepas dari perbuatan menyinggung, berdusta, memaki, dan mengumpat.
d. Masuk Neraka
e. Mencelakakan orang lain
f. Menyebabkan buta hati
g. Mengikuti permintaan syetan
h. Meresahkan orang lain
i. Menimbulkan perselisihan dan perpecahan
j. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan masyarakat
k. Menimbulkan ketidaktentraman dalam diri, keluarga, masyarakat, atau orang lain.
4. Teknik menghindari sifat Iri :
Diantara cara-cara menghindari sifat iri sebagai diberikut :
a. Menumbuhkan kesadaran didalam diri bahwa kenikmatan itu pemdiberian Allah SWT, sehingga masuk akal apabila suatu ketika Allah memdiberi nikmat kepada seseorang dan tidak mempersembahkannya kepada orang lain.
b. Membiasakan diri bersyukur kepada Allah SWT dan merasa cukup terhadap segala sesuatu yang sudah diterimanya.
c. Menjalin persaudaraan dengan orang lain, sehingga terhindar dari perasaan benci dan tidak senang apabila orang lain mendapatkan keberuntungan (kesenangan).
d. Membiasakan diri ikut merasa senang apabila orang lain menerima laba (kesenangan).
• Penyakit hati disebabkan lantaran perasaan dengki.
1. Definisi Dengki.
Dengki artinya merasa tidak senang jikalau orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha semoga kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain menerima musibah. Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. Orang yang terkena sifat ini bersikap serakah, rakus, dan zalim. ia akan menghalalkan segala cara untuk mencapai keinginannya, bahkan tidak segan-segan berbuat aniaya (zalim) terhadap sesamanya yang mendapatkan kenikmatan semoga cepat kenikmatan itu berpindah kepada dirinya. Seperihal sikap buruk yang namanya dengki ini, simak Hadist tersebut ini :
• Bersabda Nabi SAW :
“Dengki itu memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
• Dan Nabi SAW juga bersabda :
“Menimpa kepadamu suatu penyakit umat-umat sebelum engkau, yaitu benci-membenci dan dengki. Dialah pencukur agama, bukan sekedar pencukur rambut.” (HR. Turmudzi)
Saudaraku, Hadist yang pertama membuktikan bahwa dengki itu memakan kebaikan ibarat api yang memakan kayu bakar. Disini terang bahwa dengki itu suatu hal yang berlawanan dengan kebaikan, bahkan menjadi musuhnya. Sedangkan Hadist yang kedua membuktikan bahwa jikalau suatu masyarakat sudah terjangkiti penyakit dengki, maka agama akan hancur, tatanan dan aturan yang ada tidak akan berguna. Oleh lantaran itu, jikalau sifat ini tidak dihindari, tatanan kehidupan bermasyarakat akan kacau dan rusak, bahkan agama tidak lagi dijadikan pedoman hidup.
2. Penyakit Dengki
Diatas sudah dijelaskan bahwa penyakit dengki berpertama dari iri dan marah, sehingga penyebab dari iri juga ialah penyebab dari penyakit iri, ditambah hal-hal sebagai diberikut :
a. Kalah bersaing dalam merebut simpati orang atau dalam usaha.
b. Sifat kikir yang berlebihan
c. Cinta dunia dan sejenisnya.
d. Merasa sakit jikalau orang lain mempunyai kelebihan
e. Tidak diberiman kepada qadha dan qadar.
3. Bahaya Penyakit Dengki
Semua penyakit, apapun namanya, pasti menhadirkan ancaman bagi orang yang dihinggapinya. Demikian juga penyakit hati yang dibawa oleh penyakit dengki ini antara lain sebagai diberikut :
a. Mendorong untuk berbuat maksiat ibarat menggunjing, berbohong, marah, senang jikalau orang lain menerima musibah.
• Rasulullah SAW bersabda :
“Manusia akan senantiasa bisa berbuat kebajikan selama tidak saling hasud satu sama lain.” (HR. Thabrani)
b. Mencelakakan orang lain
c. Merugikan diri sendiri dan orang lain
d. Kebutaan hati dalam mendapatkan kebenaran, lantaran sibuk memikirkan bagaimana cara mencelakakan orang lain.
e. Tidak akan diakui sebagai umat Rasulullah SAW dan tidak akan menerima syafaatnya pada hari Kiamat nanti.
• Bersabda Rasulullah SAW
“Bukanlah dari golonganku orang yang mempunyai kedengkian.” (HR. Thabrani).
f. Masuk Neraka tanpa dihisab terlebih lampau.
• Nabi SAW Bersabda :
“Ada 6 (enam) kelompok orang yang akan masuk Neraka sebelum dihisab amalnya, disebabkan oleh enam perkara. Yaitu :
1. Penguasa lantaran ke zalimannya
2. Orang Arab (atau ras lainnya) yang fanatik dengan kesukuannya
3. Para tokoh, lantaran kesombongannya
4. Para pedagang lantaran kecurangannya
5. Orang-orang awam lantaran kebodohannya
6. Para ulama lantaran hasudnya.” (HR. Dailami)
4. Bagaimana Teknik Menghindari Penyakit Dengki ?
Adapun cara yang bisa ditempuh untuk menghindari penyakit dengki, antara lain :
a. Menjauhi tiruana penyebabnya.
b. Mewaspadai bahayanya.
c. Membiasakan diri untuk mempersembahkan tunjangan positif terhadap apa yang dialami saudara kita.
d. Mempererat tali persaudaraan sehingga terjalin kerukunan dan persaudaraan.
e. Selalu berdzikir, sehingga hati merasa erat dengan Allah SWT.
f. Ilmu dan amal.
• Hasud.
1. Pengertian Hasud
Hasud ialah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud ialah tindakan yang jahat dan menyesatkan, lantaran mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga lantaran mempublikasikan hal-hal buruk yang bahwasanya harus ditutupi. Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu ialah suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain. Kemudian, jikalau dibiarkan tumbuh, iri hati akan menjelma kedengkian. Penyakit kedengkian jikalau dibiarkan terus akan menjelma penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.
2. Akibat Penyakit Hasud
Penyakit hasud ialah penyakit hati sama berbaspesialuntuk dengan penyakit iri dan dendam. Sehingga dalam bahasa Arab iri, dengki dan hasud mempunyai arti kata yang sama yaitu hasad. Perbuatan iri sanggup menghancurkan persatuan dan persaudaraan. Orang yang bertetangga dan bersaudara sanggup bertengkar dan berselisih bahkan hingga pecah, bila tergoda hasutan. Sehingga putuslah persaudaraan mereka.
• Nabi SAW pernah bersabda :
“Jauhilah sifat hasad, lantaran sesungguhnya hasad itu sanggup memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
• Dan Bersabda Rasulullah SAW :
“Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : “Tahukah kalian orang yang muflis (pailit/bangkrut) itu? Para Sahabat menjawaban :”Orang yang tidak mempunyai harta sama sekali.” Lalu Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya orang yang paling pailit dari umatku ialah orang yang hadir pada hari Kiamat kelak dengan membawa shalat, puasa dan zakat, tetapi ia sudah mencaci maki orang lain, menuduh orang ini, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang-orang yang sudah dianiaya ini didiberi kebaikannya. Apabila amal kebaikannya habis sebelum dilunasi tiruana dosa-dosanya, maka diambillah kesalahan-kesalahan orang-orang (yang pernah dianiaya) dan ditumpahkan tiruananya kepada dia, kemudian ia dilempar kedalam Neraka.” (HR. Muslim)
melaluiataubersamaini demikian, kalau kita rinci akhir penyakit hasud ini kurang lebih sebagai diberikut :
a. Merugikan diri sendiri dan orang lain.
b. Menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
c. Meruntuhkan sendi-sendi persatuan dan kerukunan dalam masyarakat.
d. Mencelakakan orang lain.
e. Menghilangkan amal perbuatan baik.
f. Masuk Neraka
3. Penyebab Penyakit Hasud.
Penyebab penyakit hasud tidak jauh tidak sama dengan penyakit iri dan dendam, ditambah hal-hal sebagai diberikut :
a. Permusuhan dan Kemarahan.
b. Sikap tidak rela orang lain lebih baik darinya.
c. Sombong
d. Tamak dan rakus dunia.
e. Lemahnya iman.
f. cepatdangampang diprovokasi orang lain.
4. Bagaimana Teknik Menghilangkan Penyakit Hasud?
Untuk menghilangkan penyakit ini, cara yang bisa dilakukan antara lain sebagai diberikut :
a. Menumbuhkan kesadaran bahwa permusuhan dan kemarahan akan membawa petaka dan kesengsaraan baik lahir maupun bathin.
b. Saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
c. Jadilah orang yang mempunyai pendirian tidak praktis di provokasi.
d. Mengamalkan aliran agama.
E. PENUTUP
Bermula dari zaman Nabi Adam a.s, insan sudah ditakdirkan untuk menjalani peringkat hidup duniawi di atas muka bumi ini. Sedari detik itu sehingga kini, insan terus menjalani hidup dengan banyak sekali cara dan kejadian yang membentuk sejarah dan tamaddun manusia. Sifat dan keperibadian insan penuh perperihalan dan berguaka ragam. Manusia bukan makhluk sosial semata-mata malah bukan jua diciptakan untuk mementingkan diri sendiri semata-mata.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam diutuskan kepada insan untuk menyempurnakan adat sebagaimana yang ditetapkan dalam hadis Rasulullah SAW. melaluiataubersamaini adat Rasulullah memenuhi kewajiban dan menunaikan amanah, menyeru insan kepada tauhid dan dengan adat jualah baginda menghadapi musuh di medan perang.
melaluiataubersamaini adat baginda memimpin rakyat dalam usaha mencapai impian serta membangunkan Negara yang berdaulat dan merdeka. Sesungguhnya adat yang mulia melengkapkan sendiiman untuk menuju kepada kesempurnaan kepribadian insan sebagaimana keterangan hadis yang berbunyi:
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda: “Paling tepat keimanan orang-orang mukmin ialah yang lebih baik akhlaknya.” (HR At-Tirmizi dari Abu Hurairah).
Dalam konteks pengamalan syariat iaitu yang mencakup dedikasi hamba terhadap Allah, sanggup dilihat pada rukun Islam yang lima dan juga dalam hal muamalah, adat berperanan untuk melengkapinya.
Mabadunga dalam hal ibadah, kita akan dapati antara pesan yang tersirat ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh Islam terdapat pertautan yang erat antara adat dan ibadah meskipun ibadah itu berlainan pada rupa dan bentuknya tetapi ketiruananya menuju kepada satu samasukan yang digariskan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya: Aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak.
Sembahyang, puasa, zakat, haji dan lain-lain amalan yang diperintahkan di dalam Islam ialah ialah anak tangga untuk mendaki kemuncak kesempurnaan dan sebagai taktik untuk melindungi diri dai kerosakan dan kerendahan moral. melaluiataubersamaini alasannya ialah ciri-ciri itu maka ibadah-ibadah tersebut terletak di kawasan yang tinggi dalam agama.
Persiapan umat Islam untuk menjadi Ummatan Wasathon harus dilengkapi dengan tuntutan untuk dijadikan alat komunikasi dengan sesama manusia. Tuntutan itu berupa aliran adat mulia, yang diperlukan untuk mewarnai segala aspek kehidupan manusia. Kerana itu, sesungguhnya ilmu komunikasi yang paling jago ialah ilmu yang didasarkan kepada adat yang mulia.
0 Response to "Makalah Moral Mahmudah Dan Moral Madzmumah"
Posting Komentar