Pengertian Model Enactive, Iconic, Symbolic

Model Enactive, Iconic, Symbolic sebagai Model Pemrosesan Informasi

Joyce, Weil & Calhoun (2009: 31) mengemukakan definisi Model pemrosesan informasi. Adapun pendapatnya adalah:

Model pemrosesan informasi (information-processing models) menekankan pada cara-cara meningkatkan dorongan alamiah manusian membentuk makna ihwal dunia (sense of the world) dengan memperoleh dan mengolah data, mencicipi masalah-masalah dan menghasilkan solusi-solusi yang tepat, serta berbagi konsep dan bahasa untuk mentransfer solusi/ data tersebut. Beberapa model dalam kelompok ini menyediakan informasi dan konsep pada pembelajar, beberapa lagi menekankan susunan konsep dan pengujian hipotesis, dan beberapa yang lain merancang cara berpikir kreatif.

Model ini terdiri dari tujuh model pengajaran yaitu: (1) model berguru berpikir secara induktif; (2) model pencapaian konsep-konsep; (3) model induktif kata-bergambar; (4) model penelitian ilmiah dan tes penelitian; (5) model penghafalan (memorization); (6) model sinektik; dan (7) model berguru dari presentasi.

Model pencapaian konsep-konsep dibangun atas kajian-kajian yang dilakukan oleh Bruner, Goodnow, dan Austin (1967). Model ini dirancang untuk mengajarkan konsep dan memmenolong siswa lebih efektif dalam mempelajari konsep. Model ini ialah metode efisien dalam menyajikan informasi yang tersusun dan bersiklus dari ruang lingkup topic yang luas bagi siswa pada setiap tingkatan perkembangan (Joyce, Weil & Calhoun, 2009: 32-33). Langkah-langkah pada model pencapaian konsep-konsep yaitu: (1) tahap penyajian data dan identifikasi konsep; (2) tahap pengujian pencapaian konsep; (3) tahap analisis strategi-strategi berpikir.

1. Pengertian Model Enactive, Iconic, Symbolic

Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Model sanggup diartikan pula sebagai suatu tipe atau desain (Sagala, 2003: 174). Sedangkan Enactive, Iconic, Symbolic ialah tahap berguru yang harus dilalui akseptor didik semoga berhasil dalam berguru (Bruner dalam Aisyah, 2007).

Dari dua definisi tersebut maka sanggup disimpulkan bahwa model Enactive, Iconic, Symbolic ialah suatu desain pembelajaran yang dalam prosesnya terdapat Enactive, Iconic, dan Symbolic sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran. Adapun definisi dari Enactive, Iconic, dan Symbolic dalam penelitian ini sebagai diberikut (Aisyah, 2007: 1.6):

a.       Tahap Enactive, yaitu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan dimana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan memakai benda-benda konkrit atau memakai situasi nyata.

b.      Tahap Iconic, yaitu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di kondusif pengetahuan itu dipresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual (visual imagery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan kongkrit yang terdapat pada tahap enactive.

c.       Tahap Symbolic, yaitu suatu tahap pembelajarn di mana pengetahuan itu dipresentasikan dalam bentuk simbol-simbol  abnormal (abstract symbol,   yaitu   simbol-simbol   arbiter   yang   dipakai   berdasarkan janji orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol lisan (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat, lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abnormal lainnya.

2.      Asumsi dan Filosofi Model Enactive, Iconic, Symbolic

Model Enactive, Iconic, Symbolic dikemukakan oleh spesialis psikologi yaitu Bruner. Jerome S. Brunei ialah perkembangan dan andal psikologi berguru kognitif. Pendekatannya ihwal psikologi ialah eklektik. Penelitiannya yang demikian banyak itu mencakup persepsi manusia, motivasi, berguru dan berfikir. Dalam mempelajarai manusia, ia menganggap insan sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menganggap, bahwa berguru itu mencakup tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan (Lela, 2009).

Model berguru Bruner didasarkan pada dua perkiraan (Aisyah, 2007)., yaitu :

(1) Perolehan pengetahuan ialah suatu proses interaktif, artinya pengetahuan akan diperoleh orang yang berguru (pebelajar) bila di dalam pembelajaran yang bersangkutan diberinteraksi secara aktif dengan lingkungannya. Pendekatan interaktif ini tidak saja menguntungkan dan memdiberi perubahan pada pebelajar, tetapi juga kuat dan memdiberi perubahan pada lingkungan di mana beliau belajar;

(2) Orang yang mengkonstruksi pengetahuannya dengan cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang sudah diperoleh sebelumnya. Dalam berguru hal-hal yang memiliki kemiripan dihubungkan menjadi suatu struktur yang memdiberi arti. melaluiataubersamaini demikian, setiap orang memiliki model atau kekhususan dalam dirinya untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu korelasi antara hal yang sudah diketahuinya. melaluiataubersamaini model ini seseorang sanggup menyusun hipotesis untuk memasukkan pengetahuan gres ke dalam struktur yang sudah dimiliki sehingga memperluas struktur yang sudah dimilikinya atau mengembangkah struktur baru.

Syarat individu semoga berhasil dalam berguru harus melalui tahap-tahap berguru (Bruner dalam Aisyah, 2007). Hal yang sama dikemukakan oleh Aisyah (2007: 1.6) Agar pembelajaran sanggup berbagi keterampilan intelektual, maka metode ini perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif pengetahuan anak semoga pengetahuan itu sanggup diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh jikalau pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enactive, tahap Iconic, dan tahap symbolic.

Model Enactive, Iconic, Symbolic sejalan dengan model konstruktivisme. Menurut Gasong (2010) mengemukakan ihwal konstruktivistik, berupa:

Pembentukan pengetahuan berdasarkan konstruktivistik memandang subyek aktif membuat struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. melaluiataubersamaini menolongan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan diubahsuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi. Hal penting dalam teori konstruktivisme ialah bahwa dalam proses pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapat penekanan. Merekalah yang harus aktif  berbagi pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung tanggapan terhadap hasil belajarnya. Penekanan berguru siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan memmenolong mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu ialah pembiasaan kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan mitra sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan wangsit dan pengembangan konsep baru. Karenanya pengutamaan dari mendidik dan mengajar tidak terserius pada si pendidik melainkan pada pebelajar (Gasong, 2010).

Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat faktual dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Pranata dalam Gasong, 2010).

3.      Langkah-langkah Model Enactive, Iconic, Symbolic

Langkah-langkah penerapan teori bruner berdasarkan Anita (Aisyah, 2008) sanggup dilakukan dengan kegiatan sebagai diberikut:

a.       Sajikan teladan dan bukan teladan dari konsep-konsep yang akan kita ajarkan.

b.      Bantu siswa untuk melihat adanya korelasi antara konsep-konsep.

c.       Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabanannya.

d.      Ajak dan diberi semangat siswa untuk mempersembahkan pendapat berdasarkan intuisinya.

Langkah-langkah ini bisa diterapkan untuk memberikan konsep-konsep ibarat pembelajaran menemukan rumus luas kawasan persegi panjang, pembelajaran menemukan rumus luas kawasan segitiga, pembelajaran konsep volume kubus, membuat dan menggambar jaring-jaring kubus, pembelajaran penjumlahan dan pengurangan, pembelajaran perkalian dan pernbagian, pembelajaran kecepatan, jarak dan waktu.

4.      Penelitian ihwal Model Enactive, Iconic, Symbolic

Setidaknya ada dua penelitian ihwal Model Enactive, Iconic, Symbolic. Penelitian ihwal Model Enactive, Iconic, Symbolic sebagai diberikut:

a.       Penelitian yang dilakukan oleh Luluh Farida pada tahun 2007 yang berjudul Implementasi Teori Bruner  pada Pembelajaran Volum Kubus dan Volum Balok Pada Siswa Kelas V SD. Luluh Farida ialah mahasiswa Jurusan Matematika dan Komputasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini dilakukan di SDN Pujon Kidul 2 Malang. Implementasi Teori Bruner pada pembelajaran Volum kubus dan balok di SD kelas V selama proses pembelajaran terealisasi dengan cukup baik, yaitu terlihat dari kegiatan siswa dalam melaksanakan tahap-tahap teori bruner yang terealisasi dengan baik, terlihat dari prosentase rata-rata kegiatan siswa mencapai 80,18%. Prosentase ketuntasan berguru siswa mencapai 75% dan ini berarti bahwa sudah mencapai ketuntasan klasikal, Sedangkan ketuntasan individual belum tercapai sebab nilai tes tamat yang dicapai masih ada yang dibawah kriteria yaitu kurang dari 65.

b.      Penelitian yang dilakukan oleh Novita Eka P. pada tahun 2006 yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ihwal Operasi Hitung Bilangan Bulat Menggunakan Teori Bruner. Novita Eka P. ialah mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Kelas SD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penelitian ini dilakukan di SD Koalisi Nasional Ngaliyan 01, 03, 07 Semarang. Hasil yang dicapai setelah bimbingan berguru yang dilakukan oleh penulis memakai Teori Bruner ialah minat berguru matematika meningkat dan nilai yang diperoleh diatas rata-rata kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi & Rostika, Desi. (2008). Konsep Dasar Matematika. Bandung: UPI Press.
Adjie, Nahrowi & Maulana. (2006). Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: UPI Press.
Arikunto, Suharsimi. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aisyah, Nyimas. (2007). Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.
Aripin, Ahmad. (2008). Penerapan Metode Eksperimen melalui Penggunaan Alat Peraga Tutup Botol Bekas (Kempyeng) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Operasi Hitung Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Bulat Negatif (Penelitian Dilaksanakan di Kelas V SDN Kalimeang Kecamatan Karangsembung Kabupaten Cirebon). Skripsi pada Program Studi PGSD UPI Kampus Sumedang. Sumedang: Tidak Diterbitkan.
Charles, et.al. (1987). How to Evaluate Progress in Problem Solving. Virginia: National Council of Teacher of Mathematic (NCTM).
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2006. Jakarta: Media Makmur Majumandiri.
Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eka, Novita. (2006). Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ihwal Operasi Hitung Bilangan Bulat Menggunakan Teori Bruner. Tugas Akhir Program Diploma II Pendidikan Guru Kelas SD FKIP UNNES. Semarang: Tidak Diterbitkan.
Evranita. (2009). Pemahaman Konsep dalam Matematika (Eksplorasi Perkalian dan Geometri). [online]. Tersedia: http:// bpgdisdik-jabar.net/publikasi/evra.pdf. [08 Desember 2009].
Faridah, Luluh. (2007). Implementasi Teori Bruner  pada Pembelajaran Volum Kubus dan Volum Balok Pada Siswa Kelas V SD. Skripsi pada Program Studi Pendidikan Matematika dan Komputasi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang. Malang: Tidak Diterbitkan.
Gasong, Dina. (2010). Model Pembelajaran Konstruktivistik Sebagai Alternative Mengatasi Masalah Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://www. muhfida.com/konstruktivistik.doc [31 Maret 2010].
Herman, Tatang dkk. (2008). Pendidikan Matematika I. Bandung: UPI Press.
Hernawan, dkk. (2007). Media Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.
Joyce & Weil. (2009). Models of Teaching Model-model Pengajaran Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karso, dkk. (1998). Pendidikan Matematika 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Kunandar. (2008). Langkah cepatdangampang Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajpertamai Pers.
Kuswana, dkk. (2005). Model, Pendekatan, Strategi, Metode, Gaya. [online]. Tersedia: http:// wowosk.com/artikel/kurpem-model.php. [20 Desember 2010].
Lela. (2009). Teori-teori Pembelajaran Matematika berdasarkan aliran psikologi Kognitif. [online]. Tersedia: artikelmateri2.blogspot.com/search?q=22/tugas-4-bruner-dienes/. [20 Desember 2009].
Mustofa, Ahmad. (2009). Pemahaman Konsep. [online]. Tersedia: http:// blog.mgmpkotabogor.org/?j=baru&idt=5&pemilik=ahmad_mustofa. [08 Desember 2009].
Mustoha, Amin dkk. (2008). Senang Belajar Matematika untuk SD/MI Kelas 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Nasution. (2008). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Purnomosidi. (2008). Matematika 2 untuk SD/MI Kelas 2. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Raharjo, M. Dkk. (2009). Pembelajaran Soal Cerita di SD (Modul Matematika SD Prigram Bermutu). Yogyakarta: PPPPTK Matematika.
Resmini, Novi. (1998). Pembelajaran Menulis Cerita Melalui Implementasi Prosedur Menulis Terbimbing di Sekolah Dasar. Tesis Master Pendidikan IKIP Malang. Malang: Tidak diterbitkan.
Russefendi. (1984). Dasar-dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru. Bandung: Tarsito.
Sagala, Syaiful (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Memmenolong Menyelesaikan Problematikan Belajar dan Mengajar. Bandung: Afabeta.
Soedjadi. (1999/2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia Konstatasi keadaan masa sekarang menuju cita-cita masa depan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas.
Sudrajat, A. (2010). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran [online]. Tersedia: http:// akhmadsudrajat:allabouteducation. [2 Mei 2010].
Sugiyono. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, Utari. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa (SMA) dan Beberapa Unsur. Disertasi Doctor FPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Suherman, E. (2004). Individual Textbook Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA FPMIPA UPI.
Suherman & Winataputra. (1992). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Solichatun. (2007). Implementasi Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika untuk meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi berguru siswa Sekolah Menengah Pertama (Suatu Tindakan Kelas di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Lembang). FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Syaripudin, Tatang. (2003). Landasan-landasan Pendidikan di SD. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Tim Pengembang Kurikulum. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Dokumen 2 SDN Pancasila Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Tn. (2009). Taksonomi Bloom. Dalam Wartamasyarakat Gunadarma [online]. Tersedia: http:// wartamasyarakat. gunadarma. ac.id/2009/12/taksonomi-bloom/. [26 April 2010].
Wiriaatmadja. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas untuk meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

0 Response to "Pengertian Model Enactive, Iconic, Symbolic"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel